25. Yang Abadi

69 6 27
                                    

"Kehilanganku berawal dari kamu dan berujung satu per satu orang-orang yang aku cintai mulai pergi. Aku pikir hidupku udah cukup hancur karena banyak kehilangan. Kalau orang udah kehilangan cinta, bukannya gak ada yang tersisa untuk bisa dihancurin lagi, ya?" tanya retoris Ell. "Tapi, ternyata pemikiran itu salah, Ay. Nyatanya semesta masih gak ramah sama aku. Setiap malam aku selalu cemas dan takut kalau di depan sana masih ada banyak rentetan kejadian buruk yang seolah-olah udah nunggu aku sejak lama." sejenak menghela napas panjang menahan pedih.

Kisah pahit itu terus mengalir dalam ingatan bagai serial drama yang terasa amat nyata. Aya memang tidak menyaksikan secara langsung perjalanan hidup Ell. Namun, rasa sakit Ell begitu hidup hingga mendobrak masuk ke relung terdalam sukma. Bahkan hingga matahari tenggelam dan bulan pun sirna, rangkaian kata tidak akan pernah cukup untuk menjelaskan betapa beratnya masa-masa yang harus Ell terima.

"Jauh sebelum kecelakaan itu mama pernah bilang kalau Alfarezell artinya kebaikan yang sempurna." Ell tersenyum getir seraya berkata "Lucu! Hidupku aja gak pernah berjalan baik. Apanya yang sempurna? Kayanya mereka lupa kalau gak ada kehidupan yang sempurna untuk semua orang." tanyanya menguar mengudara, berharap angin dapat menyampaikan salamnya pada bu Erina di atas sana. "Dan bodohnya lagi aku yang benci nama itu setengah mati, sekarang mengganti Ell dengan Yash supaya bisa mengubah nasib buruk aku. Padahal mengubah nasib buruk gak semudah itu kan, Ay?" Ell menatap Aya bersama senyuman getirnya.

Yang ditanya lagi-lagi tidak mampu menjawab. Barangkali membayangkan Aya berada diposisi Ell saja sudah terlalu sulit. Di sisi lain Aya tahu bahwa hal yang harus dilakukannya saat ini adalah sebuah kata semangat. Rangkaian diksi yang menyejukan hati. Namun, entah mengapa otaknya terlanjur membeku seolah terjebak dalam kedinginan dan kehampaan yang selama ini Ell rasakan.

"Sekarang kamu udah tau kan, Ay! Hidup aku ini seperti menggenggam pasir. Semakin erat aku genggam, semakin cepat mereka menghilang." jelas Ell, menatap dalam kedua pasang netra indah Aya.

Bukan ingin Ell untuk menjauh. Bukan kehendaknya untuk hidup menyendiri tanpa bergantung pada siapa pun, kecuali pada sepi. Bukan maunya untuk bersikap egois pada setiap uluran tangan yang mencoba merangkul. Bukan juga Ell tidak berusaha untuk keluar dari lingkaran setan yang menjerat sukma.

Bagaimana pun Ell hanyalah seorang pemuda tujuh belas tahun yang memiliki banyak ketakutan. Takut kehilangan, takut sepi, takut ditinggal sendiri, dan ketakutan terbesar Ell adalah kehilangan orang-orang yang ia cintai. Sudah cukup Ell kehilangan pak Arya dan segala dunianya. Ia tidak mau lagi bila harus kehilangan bu Erina, tante Widya, oma Laras, dan termasuk Cahaya Rengganis yang telah menjadi dopamin, endorfin, oksitosin dan serotonin yang kuat dalam dirinya.

"Tiap nama itu doa, Ell. Doa yang dipanjat tiap nama kita dipanggil dengan harap salah satu dari ribuan panggilan itu ada yang berhasil menggetarkan langit ke tujuh. Tante Erina dan om Arya pasti gak pernah lupa kalau gak ada kehidupan yang sempurna. Justru mereka berharap kamu bisa baik-baik aja dan ngerasa sempurna dalam hidup yang gak pernah menjanjikan kebahagiaan tanpa lara."

Aya tahu, semua ucapan itu mungkin sedikit terdengar seperti bualan. Tapi, ia yakin bahwa teori yang berasal dari nurani – bukan dari akal – kali ini memang benar. Kadang manusia hanya perlu percaya sebelum melakukan sesuatu, mengubah isi pemikiran ekstrem dengan sesuatu yang lebih positif agar dapat melihat dunia yang lebih ramah. Kadang manusia tidak sadar bahwa yang kejam, tidak adil, dan tega bukan seluruh jagat raya beserta isinya. Tetapi, isi kepala kita sendiri yang terlalu sibuk untuk dipadati dengan segala pikiran-pikiran negatif.

"Kamu tau Sweet Briar atau Eglantine?" tanya Aya setelah sekian lama terdiam, membiarkan Ell menggeleng lemah. "Bunga itu punya bahasa bunga yang paling aku suka. Artinya, terluka untuk sembuh. Aku percaya semua orang terluka untuk sembuh, sembuh dan tumbuh menjadi cantik dengan cara dan pesona mereka masing-masing. Begitu juga kamu, Ell. Kalau kamu pikir sembunyi adalah satu-satunya cara untuk melindungi orang-orang yang kamu cintai, kamu salah. Gak ada orang yang suka dicintai dengan cara kaya gitu, Ell." tutur lembut Aya, berusaha mematahkan jalan pikiran Ell.

EGLANTINE [T.A.M.A.T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang