27. Kisah Kita

52 8 9
                                    

Serpihan popcorn, 4 gelas minuman dingin yang nyaris tandas, dan 3 potong pizza bersuhu ruangan tengah berserak ria di atas meja, diabaikan oleh para pemilik sebab terlalu fokus menonton film. Setelah nyaris 2 bulan, akhirnya Sindy dan Radi kembali berkunjung ke kediaman bu Salma untuk membuat rumah itu berantakan. Tapi, setidaknya mulai saat ini sudah ada Ell yang membuat Aya berhenti menjadi obat nyamuk bagi kedua sahabatnya.

"Sekarang Yash agak berubah ya? Inget gak waktu pertama kali dia masuk sekolah? Guguk aja minder karena kalah galaknya." celetuk Sindy sambil mengunyah popcorn.

"Kumis pak Anwar aja bisa rontok kalau deket-deket Yash." hanya membayangkan 2 monster sekolah dipersatukan saja sudah membuat adrenalin Radi meningkat.

"Jangan gitu, dong! Masa di samain sama guguk!" dengus Aya, membela Ell yang sebenarnya Ell sendiri tidak merasa perlu dibela.

"Lo bahkan lebih parah, Ay! Waktu itu lo bilang Yash brengsek! Gila! Psycho! Mesum! Anj..." kalimat Sindy terpaksa menggantung sebab Aya langsung menutup mulut itu, kendati semua orang tau apa suku kata terakhir yang hendak Sindy kumandangkan.

"Kapan gue bilang gitu? Gak pernah, tuh!" pekik Aya, mengulum bibir bawahnya.

Berengsek? Terserah! Ell bahkan tidak peduli bila seluruh makhluk bumi memanggilnya dengan sebutan itu. Gila? Memang! Bukankah setiap hari ia harus rutin minum obat? Psycho? Mmm... Jujur. Awalnya kata itu terdengar agak menyebalkan. Namun, setelah mendengar Psycho untuk yang kesekian kali, kini ia sudah tidak peduli lagi. Tapi...

"Mesum?" pada akhirnya Ell membuka suara sebab amat terusik dengan gelar yang ia sangdang saat ini. "Kapan aku pernah mesum, Ay?" penuh penekanan.

"Bukan gitu, Ell. Waktu itu aku bilang kaya gitu karena aku salah paham sama kejadian di gudang. Lagian kan, salah kamu sendiri karena sampai sekarang gak pernah kasih aku penjelasan." dalih Aya bagai landak yang tersudut.

"Gudang? Ada kejadian apa di gudang? Kok, gue gak tau, sih?" heran Sindy sambil melahap popcorn, mengingat rahasia Aya dan Ell di gudang masih belum terbongkar.

"Waktu itu aku pikir kamu pingsan karena kecapean atau kepanasan. Jadi, aku cuma mau kasih pertolongan pertama aja, Ay. Dan salah satunya ngelonggarin pakaian supaya lebih nyaman untuk bernapas. Cuma itu!" timpal Ell penuh penekanan, merasa tidak adil dalam dunia yang tidak pernah adil bagi siapa pun.

Ada rasa tidak enak hati pada Ell sebab telah berasumsi macam-macam padanya. Namun, kata maaf itu terbias dengan kalimat "Ya, salah kamu sendiri kenapa waktu itu gak kejar aku!" dengus Aya tanpa berani menatap kedua mata Ell.

"Eh! Lo semua bisa diem gak, sih? Gue mau nonton dengan hikmat, nih!" omel Radi, si penonton setia Ready or Not.

Sebenarnya Radi sudah menonton film thriller itu belasan kali. Bahkan ia sampai hafal setiap potongan dialog pada adegan penting dalam film. Sesuka itu Radi dengan alur cerita Ready or Not yang dibintangi oleh Samara Weaving, film satu keluarga yang tega ingin memburu menantu baru di rumah mereka sendiri dengan senapan.

Di sisi lain Aya memutar otak untuk menghindar dari tatapan membunuh Ell yang masih kesal dengan panggilan mesum yang dipersembahkan khusus untuknya. Lantas beranjak dan seraya berkata "Gue mau refill minum sama popcorn dulu, ya." berlalu sambil membawa 4 gelas dan mangkuk kosong di atas nampan.

Beberapa saat tanpa Aya terasa begitu hening. 2 pasang mata memusatkan titik fokus mereka pada layar televisi. Ell dan Radi nampak menikmati alur dari film ini. Berbeda dengan Sindy yang tidak tahan lagi dengan film yang sudah ia tonton sebanyak 5 kali, lantas membuka gawai dan lebih memilih berselancar di akun instagram.

EGLANTINE [T.A.M.A.T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang