20. Teruntuk Kamu

68 7 14
                                    

JUMAT ini kelas XI IPA 2 diberi tugas kelompok beranggotakan empat orang. Salah satunya kelompok 3 yang beranggotakan Fajar, Julian, Ell, dan Aya yang dipilih secara diundi hingga akhirnya memaksa ketiga remaja di sana untuk masuk ke tempat hang out Ell di sekolah – perpustakaan.

Mereka mulai fokus menyerap data di meja baca setelah mengambil beberapa buku sebagai bahan materi. Namun, pemandangan kontras dua kubu bertentangan terlihat jelas dari kelompok ini, mengingat Ell dan Julian begitu semangat ketika diberi tugas. Sementara Aya dan Fajar otomatis kehilangan separuh nyawa begitu buku yang tebalnya mencapai tiga ratus halaman itu dibuka.

"Jar, tadi tugas gue ngapain?" barangkali kehilangan separuh nyawa juga membuat Aya kehilangan separuh ingatannya – lupa.

"Cari siapa aja pihak yang terlibat dari Reformasi 98." sahut Fajar, setengah berbisik.

"Kalau lo kebagian tugas apa, Yan?" selidik Aya pada pemuda berkacamata.

"Membedah sebab akibat dari Reformasi 98." balas Julian sambil membaca buku dengan khusyuk.

Suasana cukup hening. Namun, keheningan itu tidak bertahan lebih dari 3 menit sebab Aya sibuk berbuat bising dengan tiap lembar kertas yang ia buka secara kasar. "Jar, kenapa gue kebagian tugas yang susah, sih?" dengus Aya. "Dari tadi gue gak nemu tuh, nama-nama pihak yang paling berperan penting."

"Makanya dibaca! Bukan dibuka-buka, doang!" gemas gadis sawo matang itu. "Lagian tadi kan, lo sendiri yang minta bagian itu."

Oiya! Tapi, gue pikir tugas itu paling gampang buat dicari! Rengek Aya, urung disuarakan.

Selain kerap lupa terhadap hal-hal kecil, sebenarnya Aya juga termasuk tipe siswa yang cukup fokus dalam belajar. Hanya saja fokus itu kerap datang ketika Aya sadar bahwa ia nyaris sampai pada deadline yang telah ditentukan untuk mengumpulkan tugas.

"Ell? Kamu mau tukeran tugas gak sama aku?" tanya Aya, kembali memecah keheningan.

"Nggak." balas Ell tanpa ingin berpaling dari lembaran sumber informasi.

"Ell?"

"Apaan lagi, sih Ay?" dengus pemilik nama, menatap tajam Aya.

Jika Aya pikir Ell sedang marah, maka itu adalah perkiraan yang salah. Ya, Ell hanya sedikit kesal sebab gadis di hadapan tidak pernah kehabisan tanya yang mulai mengganggu fokusnya. Dan kebiasaan menatap lawan bicara dengan mata elang terkadang memang sulit diredam seperti sekarang.

"Aku cuma mau izin buat ambil buku yang lain." kata Aya bersama nada paling lembut sebelum akhirnya beringsut meninggalkan kelompoknya, sedikit terintimidasi.

Lantas bergegas mencari referensi buku yang cocok untuk dirinya. Tentunya ditemani dengan segumpal rasa dongkol yang mencokol dalam dada. Meski begitu Aya tetap berusaha memberi kontribusi terbaik demi mendapat sebuah pengakuan dari rekan kelompoknya. Oh, ralat. Kiranya ia hanya ingin terlihat baik dan dapat diandalkan di depan Ell seorang.

"Apaan sih, gitu aja marah." gumam Aya, mengambil salah satu buku dari rak.

Sekarang sudah waktunya Aya fokus dan mencerna isi buku Di Balik Reformasi 1998 – Catatan Pribadi Laksamana Sukardi yang ia ambil, duduk dengan tenang ditempat semula. Memang benar yang Ell inginkan adalah sebuah ketenangan. Tetapi, bukan berarti Aya tenang sambil terlelap di hadapan Ell dan teman-temannya. Untuk kesekian kalinya, Narcolepsy itu datang di waktu yang tidak tepat.

"Ay, udah selesai bel..."

"Ssstt!" potong Ell, berisyarat menggunkan telunjuk yang disimpan di depan bibir.

EGLANTINE [T.A.M.A.T]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang