"Mik ... lo di mana?" Pertanyaan di seberang sana membuat Mika yang saat ini tengah mencari sesuatu di sana jadi terhenti, dia terkekeh pelan.
"Kenapa, hum? Kangen gue, ya?" canda Mika.
"I need you now, Mik. Where are you?"
Mika tersenyum saat menemukan apa yang ia cari. Kalung persahabatan yang dibelinya tempo lalu. "Gue mau ikut eskul dulu, lo di tempat biasa, kan? Nanti gue nyusul, okay?" cerocos Mika.
"Mika ... mereka bikin gue takut."
"Zhivaa! Lo kan biasanya ngehajar mereka. Bahkan lo bisa bela diri, kenapa gak lo hajar mereka aja?" tanya Mika sambil terkekeh, seolah apa yang Zhiva ucapkan diseberang sana itu adalah lawakan.
Tentu saja Mika tahu siapa yang mereka maksud. Mereka yang dimaksud adalah fans dari Maru Prapanca, kekasih dari Zhiva. Tapi dia yakin, sahabatnya dapat menanganinya dengan baik.
"Mika ... gue bakal nunggu lo."
Mika terkekeh mendengarnya. "Iyaa, adek kelas! Tunggu gue di sana, jangan kemana-mana pokoknya."
"Zhiv ... kayaknya, eskul gue udah mulai masuk deh. Babay Zhivaaa."
"Selamat tinggal ...."
Mika tersenyum setelah mematikan ponselnya. Lihat saja nanti, dia akan memberikan kejutan yang menarik untuk Zhiva. Ya, sangat menarik.
***
"Zhivaaa tar--" Mika tercekat saat melihat seseorang di sudut sana. Langkahnya perlahan mundur sambil menutup mulutnya. Buku yang ia bawa terjatuh begitu saja. Tubuhnya meluruh begitu saja.
Matanya masih menatap tak percaya ke depan sana. Tubuhnya lemah tak berdaya saat menemukan tubuh sahabatnya dipenuhi oleh darah, tak sadarkan diri.
"I need you now, Mik. Where are you?"
"Mika ... mereka bikin gue takut."
"Mika ... gue bakal nunggu lo."
"Selamat tinggal ...."
Mika menggeleng tak percaya, tangannya bergetar, tak ada siapapun di sini, karena ini adalah tempat rahasianya bersama Zhiva, Mike dan juga Alan.
Tangan yang sudah dipenuhi oleh keringat itu meraih ponselnya dan menelepon Polisi. Mika mengusap air matanya yang mengalir begitu saja, berlari sejauh mungkin dengan mencengkeram dada kirinya. Sesak, itu yang ia rasakan saat ini.
Mika meninggalkan tempat itu saat ambulan dan mobil Polisi datang.
Sejak saat itu, ia mulai membenci apapun yang berhubungan dengan gamers.
***
Mika terbangun dengan keringat yang membanjiri wajahnya. Kenangan dari masalalu itu kembali membayangi dirinya. Napasnya semakin tak beraturan, tangan kanannya ia gunakan untuk menepuk-nepuk dadanya, berusaha untuk menghilangkan rasa sesak di sana.
Genggaman di tangannya membuat Mika menoleh ke samping. Alvez menatapnya dengan wajah khawatir.
"Are you okay?" Alvez berujar sambil mengelus tangan Mika dengan ibu jarinya.
"Sesek, Vez." Mika menangis. Mengeluarkan seluruh rasa sesak yang menggerogoti isi hatinya.
Alvez menarik Mika untuk masuk ke dalam dekapan hangatnya. "Everything is okay."
"Want to say something?" Alvez melepaskan pelukannya saat merasa Mika sudah tenang. Tangannya terulur guna mengusap sisa air mata dipipi Mika.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBATOSIS [SEQUEL L&H]
Humor[Follow dulu sebelum membaca] [End] *** Mikala Achazia Pratama, hanyalah seorang Mahasiswi biasa yang berusaha menyelesaikan pendidikannya di sebuah Universitas. Hingga kembaran gilanya datang, memintanya untuk menyamar menjadi pria dan memporak-por...