RUBATOSIS 19

41 15 15
                                    

"Mika, jangan ngelakuin hal berbahaya kayak gini. Biar gue yang maju," ujar Mike saat Mika hendak keluar dari ruangan.

Mika memutar kedua bola matanya malas, Kakaknya itu sudah beberapa kali mengucapkan kata tersebut.

"Ck, bosen gue dengernya."

Mendengar itu, Alvez yang sedari tadi menyimak hanya terkekeh.

"Vez, ayo!" ajak Mika pada Alvez.

"Mika! Lo gak ta---" Mike menghentikan ocehannya saat Mika memilih menutup telinganya dan berjalan keluar.

"Adek durhaka lo. Susah banget dibilangin!" geram Mike pada sifat adiknya itu.

Tatapan Mike jatuh pada Alvez, "Lo udah resmi jadi Pacar adek gue?"

Alvez tersenyum kikuk, cowok itu mengusap tengkuknya sambil menatap Mike tak enak.

"Kenapa mau pacaran sama dia? Liat aja kelakuannya, udah kayak nenek sihir," decak Mike.

Alvez terkekeh, "Dia emang senakal itu."

"Putusin aja udah, cari cewek lain yang bener."

"Terus, lo bilang kalo gue cewek gak bener gitu!" pekik Mika yang sudah ada di depan pintu.

"Emang bener," decih Mike.

"Anj--" Mika maju, hendak memukul Mike. Tapi ditahan oleh Alvez.

"Lepasin gak?! Lepasin, Vez!"

"Keluar dulu, ya. Ada yang mau gue omongin sama Mike." Alvez mengusap kepala Mika dengan lembut.

Mika memutar kedua bola matanya malas. Lalu berjalan ke belakang tubuh Mike. Cowok itu meringis saat Mika menubruk bahunya dengan keras.

Setelah mengambil tasnya, Mika berlalu keluar dengan pintu yang ia tutup dengan keras.

"Fix, titisan Hulk dia," gumam Mike sambil memegang dadanya.

"Lo mau ngomong apa?" tanyanya kemudian pada Alvez.

"Gue udah tahu semuanya. Zhiva, Maru ...."

Mike terkejut mendengarnya, "Mika yang ngasih tahu lo?"

Alvez mengangguk. Sementara Mike menatapnya tak percaya. Setahunya, cewek itu adalah pribadi yang tertutup. Tidak semudah itu menceritakan kisah masa lalunya yang pelik.

Dari sini, Mike tahu, seberapa spesialnya Alvez bagi Mika.

Mike menghela napasnya pelan, "Gue, Mika, Alan sama Zhiva. Kita udah sahabatan dari kecil. Zhiva emang dua tahun lebih muda dari kita, tapi karena kepribadian dia yang humble, dan sefrekuensi, akhirnya kita sahabatan. Gak ada yang tahu awalnya kayak gimana, tapi semenjak hubungan dia sama Maru terkuak, Zhiva agak menjauh dari kita. Kita sebenernya udah tahu, kalo Zhiva sering mendapatkan ujaran kebencian dari para fans Maru. Tapi pas ngeliat Zhiva yang tidak terlalu menanggapi semuanya, kita fine-fine aja."

Mike berhenti sebentar, sebelum kembali melanjutkan. "Hingga saat itu tiba, saat di mana Zhiva pergi, Mika begitu terpukul. Dia yang paling terpukul di sini, karena emang dia orang terakhir yang dipanggil Zhiva. Gue masih inget seberapa kacaunya dia saat Zhiva pergi. Gak makan dan minum, keluar kamar juga nggak. Mika seolah menutup dirinya."

Alvez terdiam, dia masih mengingat tangisan terpuruk dari cewek itu. Begitu menyakitkan dan menyayat hati. Hingga tepukan di bahunya membuat Alvez menoleh.

"Thanks, udah jagain adek gue, gue percayain Mika sama lo."

***

Mika menghembuskan napasnya beberapa kali. Dia benar-benar gugup saat ini. Alvez yang melihat itu hanya diam saja sambil menatap kekasihnya khawatir. Tidak mungkin jika dia menggenggam tangan Mika di depan semua orang, kan? Itu akan membuat masalah baru nantinya.

RUBATOSIS [SEQUEL L&H]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang