Happy reading <3
***
Mika menutup pintu mobil setelah berterimakasih pada Alan.
Alan yang melihat Mika hendak berjalan masuk langsung keluar dari mobil, langkahnya berhenti tepat di depan Mika.
"Tante Selina bakal pulang besok, gue harap, lo bisa luangin waktu buat dia, Mik." Setelah berkata seperti itu, Alan mengusap kepala Mika lembut sambil tersenyum, membalikan tubuhnya dan berlalu masuk ke dalam mobil.
Mika menatap kepergian Alan dengan sendu.
Apa lo bahagia di atas sana, Va? I miss you so bad. Mika membatin sambil menatap ke atas sana.
Dia lalu menghela napasnya dan melangkahkan kakinya masuk ke dalam markas Vagarious.
Mika membuka pintunya dengan pelan, syukurlah, pintunya belum terkunci. Lampu sudah dimatikan saat ia masuk.
Klik!
Mika menutup mata dengan tangannya saat cahaya dari lampu yang tiba-tiba dinyalakan. Dia mengerjap-erjapkan matanya, dan menemukan presensi Alvez di depan sana, tengah menatapnya datar.
"Jam berapa ini?" tanya Alvez, dingin.
Mika meringis dalam hati saat mendengar pertanyaan dingin dari cowok itu.
"Lo kemana aja sama dia?" Alvez menaruh tangannya pada masing-masing saku, lalu melangkah mendekati Mika. Dia berhenti tepat di hadapan Mika dalam jarak yang dekat, dan hal itu membuat Mika menelan salivanya gugup.
"Berhenti temuin dia."
Mika mendongak, berusaha untuk bersikap tenang. "Vez, gue ketemu sama dia cuma sekali."
"Jangan alesan."
"Vez ...."
"Gak boleh ngomong sama dia."
"Vez! Dia cuma temen g--"
"Gue gak peduli, ini perintah leader."
"Vez!"
Mika melotot saat Alvez menariknya, membuat wajah mereka terpaut beberapa senti. Mika menelan ludahnya gugup, iris tajam Alvez seolah menusuknya, membuat tubuhnya bergeming di tempat. Apalagi saat wajah Alvez begitu dekat dengannya, Mika seolah dapat membaca garis ketampanan cowok itu.
"Kenapa lo gak pernah ngerti?" lirih Alvez.
Ada debaran tersendiri saat mendengar suara bariton itu berujar. Debaran jantungnya bekerja berkali-kali lipat saat mendengarnya, bahkan hanya untuk bernapas saja rasanya sulit sekali.
"Gue pasti udah gila."
Adalah sebaris kalimat dari Alvez sebelum benda kenyal nan dingin itu menempel tepat di atas bibir Mika.
Mika terkejut, tentu saja. Namun seolah terhipnotis dengan tatapan elang yang lurus menatapnya.
Mika bahkan tak menutup matanya saat ciuman itu terjadi, otaknya nge-blank seketika. Kesadarannya tertarik kembali saat Alvez menjauhkan tubuh. Wajah Mika memerah bak kepiting rebus, ia bahkan tidak dapat merasakan apakah kakinya masih menapak di lantai atau tidak.
Mika lalu menatap Alvez horor seolah baru tersadar, dia menutup mulutnya lantaran shock. Ia kemudian melangkah cepat, hendak kabur. Namun lengan Alvez kembali menariknya, memenjarakan tubuhnya diantara dinding dan tubuh sang leader.
"Tunggu! Denger, g-gue ... gue ...."
Bingung, Alvez benar-benar bingung menjelaskan situasinya saat ini. Tapi ia juga tak ingin membuat Mika salah paham.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBATOSIS [SEQUEL L&H]
Humor[Follow dulu sebelum membaca] [End] *** Mikala Achazia Pratama, hanyalah seorang Mahasiswi biasa yang berusaha menyelesaikan pendidikannya di sebuah Universitas. Hingga kembaran gilanya datang, memintanya untuk menyamar menjadi pria dan memporak-por...