"Gue curiga udah dari awal, liat aja postur tubuhnya, gak sama kayak Mike."
"Matanya juga beda!"
"Gue udah nge-fans Mike dari awal dia jadi Model. Dan entah kenapa, sejak Mike gabung Vagarious, dia jadi beda."
"Dia bener-bener bukan Mike!"
"Dia Mike atau bukan, gue tetep dukung dia."
"Postur tubuhnya kayak cewek gak, sih?"
"Mikee, semangatt!"
"Wah, kalo itu bukan Mike, terus siapa dong?"
Mika menatap ponsel yang berada digenggamannya tak percaya.
"Kamu tenang aja Mika. Semua berita ini akan segera dilenyapkan oleh perusahaan."
"Percuma," lirih Mika. "Berita ini udah nyebar, Ta. Gak mungkin bakal lenyap gitu aja."
"Ini bukan salah kamu. Ketahuan atau nggaknya, semua itu udah jadi urusan Mike."
"Gue takut Mike kenapa-napa. Lo tahu sendiri impian dia kayak gimana, Ta," ucap Mika.
Tata mengangguk setuju. "Kamu harus istirahat dulu. Masalah ini biar Pak Dalton yang ngatur."
Tata merangkul bahu Mika, lalu mulai berjalan dan hendak membawa Mika ke kamarnya. Tapi langkahnya harus terhenti kala melihat anak-anak Vagarious tengah berdiri di depan mereka dengan tatapan yang tak dapat diartikan.
"Mik, lo ...." Mika meneguk ludahnya kasar kala Gatra mulai berucap.
"Tuhkan! Gue bilang juga apa, Mike itu cewek!" pekik Raven kemudian.
Mata Mika melotot, terkejut. Jadi selama ini, mereka sudah curiga jika Mike itu seorang perempuan?
"Jelasin semuanya ke kita," ujar Alvez sambil menatap Mika.
Mika menghela napasnya berat. Tidak ada gunanya juga ia berbohong, ia sudah ketahuan kan. "Mike kembaran gue, gue di sini cuma ngegantiin dia karena tangannya cedera."
"Maaf udah ngebohongin kalian," lanjutnya sambil menunduk.
"Lo tahu konsekuensinya ngelakuin ini, kan? Lo dalam bahaya!" decak Alvez dengan nada naik beberapa oktaf.
Mendengar itu, Mika semakin menunduk, tak mau lagi menatap Alvez.
"Vez ... tenangin diri lo. Dia cewek," ujar Ditho pada Alvez.
"Ngebahayain diri sendiri aja dia berani, kenapa ngelawan gue gak bisa?" sinis cowok itu.
"Vez!"
Alvez menghempas tangan Gatra yang berada di bahunya, lalu berlalu ke kamar sambil mengepalkan tangan.
***
"Alvez paling benci kalo dibohongin sama orang yang dia sayang." Ujaran itu membuat Mika yang sedang menatap ke depan sana menoleh. Di sana Ditho berdiri dengan kedua tangan di saku celana.
"Gue harus gimana?" tanya Mika lirih. Dia jadi merasa bersalah karena telah membohongi Alvez.
"Gue tahu kalo ini semua bukan mau lo. Alvez seharusnya ngerti. Alasan lo juga logis. Dia emang sesayang itu sama lo."
"Gue pacaran sama dia," gumam Mika yang dapat didengar oleh Ditho.
Ditho melirik terkejut, "Lo pacaran sama Alvez?" tanyanya tak percaya.
Mika mengangguk membenarkan. Pada awalnya, Mika memang tidak pernah mau menyukai apalagi mencintai seorang gamers dan semua yang berhubungan dengan kepopuleran. Tapi akhirnya, hatinya luluh juga pada pesona seorang Alvez Frastivoz Sarengga. Pesona laki-laki itu memang tak terbantahkan.
"Pas dia belum tahu kalo lo cewek?"
Mika mengangguk lagi. Matanya terpejam, angin yang berhembus membuat rambutnya berterbangan.
Ditho terkekeh, "Dia nerima lo apa adanya."
"Gue harus gimana supaya dia maafin gue?" tanya Mika dia membuka kembali matanya dan menatap Ditho.
"Jelas dia khawatir sama lo. Bilang baik-baik deh kalo kata gue."
"Hm, gue ke Alvez dulu kalo gitu."
Setelah Mika pergi, Dhavis datang. Cowok itu menepuk-nepuk bahu Ditho, seolah memberikan ketegaran.
"Hidup gue makin gak bener, suka kok sama cewek temen sendiri," ujar Ditho sambil terkekeh.
Seperti biasa, Dhavis hanya berdeham. Tatapan cowok itu masih datar seperti biasanya.
"Kacang," gumam Ditho sambil melirik Dhavis, lalu menghela napasnya pelan.
***
"Vez ...." Mika berjalan ke arah Alvez yang sibuk dengan HP-nya. Gatra dan Raven yang melihat kedatangan Mika, menoleh satu sama lain, sebelum berjalan menjauh dari kedua sejoli itu.
"Vez ...." panggil Mika sambil menggerakkan bahu cowok itu. Tapi Alvez masih bergeming.
Mika menghela napasnya, sebelum berjongkok di depan cowok yang sedang duduk itu. Memegang tangannya, Mika mulai menatap Alvez dengan muka yang memelas.
"Gue sama Mike kembar. Beda sama Mike yang pengen banget terkenal, gue gak mau. Makanya gue gak pernah dipublikasiin sama keluarga gue." Mika menghela napasnya, sebelum menunduk. "Saat itu, gue kaget banget liat tangan Mike berdarah. Terus tiba-tiba, Tata minta gue buat gantiin Kakak gue. Lo ta---"
Mika mendongak pada Alvez yang masih bergeming, "Lo gak dengerin gue?"
"Gue minta maaf karena gue gak cerita semuanya ke lo. Gue takut ketahuan, Vez."
"Vez ... jangan diem gini dong." Mika kembali berujar saat Alvez tak bergeming sama sekali mendengar ceritanya. "Lebih baik lo marahin atau pukul gue daripada lo diem kayak gini."
Mika kemudian mendirikan tubuhnya, lelah juga membujuk cowok di depannya. Dia akan membujuk Alvez lagi besok. Pikirannya benar-benar kacau hari ini.
Saat Mika hendak melangkahkan kakinya, Alvez langsung menarik tangan cewek itu, membuat Mika tertarik dan langsung berhadapan langsung dengan wajah cowok itu.
Tatapan Alvez tidak sedingin tadi, tatapannya jauh melembut. "Ada kabar baik dan kabar buruknya lo di sini. Lo mau denger yang mana dulu?"
Mika meneguk ludahnya sendiri, jarak wajahnya dengan Alvez hanya tinggal beberapa senti lagi. Dan hal itu membuat cewek itu gugup setengah mati. "B-buruk?" jawab Mika ragu.
Alvez menghela napasnya, kemudian menggenggam tangan Mika. "Lo tahu kalo di sini bahaya. Apalagi lo cewek, Mik. Lo kenapa keras kepala banget?" lirih Alvez.
Dia kemudian membawa Mika untuk duduk dipangkuannya, membuat cewek itu tersentak kaget. Alvez lalu memeluk Mika. "Kabar baiknya, gue tahu kalo gue gak homo. Ambil sisi baiknya juga, lo gak mungkin ada di sini kalo lo gak nyamar jadi kakak lo."
Mika terharu mendengarnya, dia benar-benar tidak menyangka jika Alvez akan sedewasa ini. Walaupun diawali dengan pertengkaran tadi.
"Jangan bohong lagi sama gue," bisik Alvez sambil menyembunyikan kepalanya di ceruk leher Mika.
"Gak janji," balas Mika sambil cengengesan.
Alvez tersenyum di sela kegiatannya menciumi aroma leher kekasihnya ini, "Dasar nakal."
Mendengar itu, Mika tersenyum.
Masalah Alvez dengan dirinya sudah selesai. Sekarang tinggal klarifikasi semua masalahnya pada fans.
***
TBCSampai jumpa di part selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBATOSIS [SEQUEL L&H]
Humor[Follow dulu sebelum membaca] [End] *** Mikala Achazia Pratama, hanyalah seorang Mahasiswi biasa yang berusaha menyelesaikan pendidikannya di sebuah Universitas. Hingga kembaran gilanya datang, memintanya untuk menyamar menjadi pria dan memporak-por...