Updatee
Budidayakan vote dan komen dulu sebelum membaca.
Happy reading<3
***
"Mik, menurut lo kita bisa ngewujudin impian kita?"
"Mik ... gue capek."
"Mika ... lo di mana?"
"I need you now, Mik. Where are you?"
Alvez merenggangkan tangannya yang kebal setelah seharian memainkan komputer di depannya. Cowok itu lalu melirik Mika yang berada di sebelahnya.
Hari sudah semakin larut, semua orang mungkin sudah tertidur. Hanya ada dirinya dan Mika di sini.
"Lo gak tidur?" tanya Alvez sambil menaikan satu alisnya.
Mika tak melirik, dirinya hanya fokus pada permainan di depannya. Pikirannya melayang entah kemana. "Sebentar lagi."
Alvez mengendikan bahunya, cowok itu melangkahkan kakinya. Sebelum itu, Alvez menghentikan langkahnya. Dia kemudian menoleh ke arah Mika lalu menghela napasnya jengah. Langkahnya berbalik, menuju ke Dapur.
Klak!
Mika terlonjak saat sebuah mug berisi susu hangat di letakan di meja sampingnya.
"Buat gue?" tanya Mika sambil menunjuk dirinya sendiri.
"Bukan, buat gue." Mika mendesis sinis. Dia lalu mengernyitkan dahinya saat melihat Alvez kembali duduk di sebelahnya dan memainkan ponsel.
"Lo ngapain duduk lagi? Bukannya lo mau tidur?" tanya Mika.
"Bentar lagi, gue ada urusan."
Mika mengendikan bahunya acuh, lalu kembali memainkan permainan di sana.
"Lo ... lagi ada masalah?" tanya Alvez sambil menghadap Mika.
Mika melirik sebentar, lalu terkekeh. "Gak usah sok tahu."
"Gue tahu, karna biasanya orang yang bermasalah itu selalu menyibukan diri dia sendiri," ujar Alvez.
"Dan lo lagi ngelampiasin sesuatu," lanjutnya sambil menatap Mika.
Mika tak menjawab, justru Alvez dapat melihat bahwa ada getaran emosi saat Mika memainkan permainan di depannya.
"Inget impian kita, Mik! Yuhuuu gamers, I'm comingg!"
"Kita bakal terus sama-sama, kan, Achazia?"
"Iyaa! Kita bakal selalu sama-sama selamanyaa!"
Mika menghentikan permainannya, nafasnya tak beraturan. Rasa sesak yang menghujam dadanya semakin menusuk.
"Mika ... lo di mana?"
"Mika ... gue bakal nunggu lo."
"Selamat tinggal , Achazia."
Nyatanya, kehangatan itu selalu ada, memeluk sudut hatinya yang terluka. Perpisahan yang ia katakan tak berarti apapun nyatanya sangat berarti. Karena wajah seseorang yang tersenyum cerah itu masih tertanam jelas dalam benaknya.
Menyakitkan.
Karena bersamaan dengan senyum cerianya, ingatan lain ikut bersamanya. Di mana sosok gadis bersimbah darah disudut ruangan tengah tak sadarkan diri. Sosok gadis yang tampak kesepian hingga detik akhirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUBATOSIS [SEQUEL L&H]
Humor[Follow dulu sebelum membaca] [End] *** Mikala Achazia Pratama, hanyalah seorang Mahasiswi biasa yang berusaha menyelesaikan pendidikannya di sebuah Universitas. Hingga kembaran gilanya datang, memintanya untuk menyamar menjadi pria dan memporak-por...