Sibuk. Satu kata yangbdapat menggambarkan suasana ruang kerja CEO. Marlon dan beberapa karyawan bolak balik keluar masuk untuk berdiskusi. Seperti itulah keadaan Archer Group saat akan mendekati presentasi di luar negeri. Tidak pernah berubah sejak kekuasaan utama perusahaan dipegang oleh Arthur Erland Archer.
Kay adalah karyawan yang tidak pernah keluar ruangan CEO sejak kedatanganya pagi tadi yang langsung disambut perintah untuk segera berdiskusi di ruang CEO.
Kemeja putih yang dibalut dengan blazer hitam dengan dua kancing kemeja teratas tidak dikaitkan sebagaimana mestina terus membuat nafas Arthur tak beraturan.
Bukan karena berpakaian seksi, Kay justru menggunakan pakaian kerja formal lengkap dengan celana panjang yang membuat Arthur sesak.
"Fuck.. kenapa gak bisa konsen gini! Comon Arthur dia gak cantik gak seksi juga kenapa bisa bikin susah nafas gini! Sialan!"
Arthur hanya bergumam dalam hati tentu dengan pikiran aneh setiap melihat KayKay yang terlalu fokus pada layar laptop tidak sadar bahwa Arthur sudah duduk disampingnya sambil tersenyum nakal.
"Maaf Sir ada lagi yang bisa saya bantu? Semua file yang diminta sudah disusun secara rapih dan lengkap"
Kay berusaha tenang ketika melihat senyum dari Arthur. Padahal jauh dalam hatinya sangat takut karena tiba-tiba teringat kejadian kemarin."Finished Kay"
Saat Kay hendak melangkah pergi keluar ruangan tiba-tiba suara Arthur menggema.
"Kay, kayaknya Bella gak bisa nemenin kamu shopping. Dia masih sibuk urus keperluan besok"
"Oh itu tidak apa-apa Sir. Nanti..."
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Arthur menyela "aku antar aja, sekalia aku mau beli beberapa dasi baru untuk besok"Kay kaget dengan ajakan boss nya. Kejadian kemarin benar-benar membuat Kay sangat takut berada berdua dengan Arthur.
"Kita berangkat sekarang!"
Arthur menyambar kunci mobil dan ponselnya kemudian berjalan cepat menuju parkiran. Kay hanya mengekor dibelakangnya sambil berdoa dalam hati.
Tidak ada suara selain suara musik yang bergema di mobil mewah Arthur. Kay hanya terus mamandangi jendela dan sesekali melirik kearah boss nya yang sedang mengemudi.Sampai di sebuah Mall besar dan mewah yang pastinya barang yang tersedia pun mewah.
Kay hanya melongo sambil celingukan melihat ke penjuru Mall.
Masuk ke salah satu brand pakaian ternama, Arthur dan Kay langsung disambut pegawainya yang sudah hafal dengan pelanggan yang datang."Selamat sore Mr. Archer ada yang bisa saya bantu?"
"carikan pakaian formal dan pakaian santai untuk dia" sambil menunjuk Kay yang masih berada dibelakang Arthur.
"Kau tau seleraku kan?" Tanya Arthur pada pegawai dan tentu daja pegawai toko paham betul selera pelanggan VVIP ini.Kay langsung dipersilahkan masuk ke area pakaian wanita.
Arthur yang sedang memilih dasi dengan ditemani manager toko yang tidak lain adalah sahabat SMA nya sambil sedikit berbincang.
"Tumben bawa cewek belanja. Biasanya juga males nganter cewe belanja, Mommy Tamara sering tuh curhat tentang anak kesayanganya yang susah banget disuruh anterin belanja"
Tertawa ringan Arthur menjawab "dadakan bro, besok harus berangkat ke Swiss. Kali ini bareng dia, lihat deh gaya nya enggak banget untuk ketemu klien disana"
"Polos dan lugu"
"Jangan gampang ketipu sama polosnya"
Lagi mereka berdua tertawa.Jack manager toko sekaligus sahabat Arthur sangat memahami selera tamu VVIP nya itu. Arthur tidak akan mau mengantar wanita belanja sekalipun itu Mommy Tamara. Jika kali ini dia datang membawa wanita, mungkin ada sesuatu diantara mereka.
Kini Jack menatap kepergian sahabatnya itu dengan wanita yang selalu mengekor dibelakang Arthur.
Kay membawa banyak paper bag ditangan kanan dan kirinya. Sementara Arthur melenggang tanpa membawa apapun.
"Huuuuuhh ngeselin banget sih ni orang. Bantuin bawa kek"
Dengusan pelan Kay namun mampu menghentikan langkah Arthur. Tanpa sengaja Kay menabrak punggung Arthur yang berhenti mendadak dan menjatuhkan seluruh bawaannya.
"What did you say?"
Arthur membalikan badan sambil berekspresi dingin dan datar seperti biasanya.
"Ma.. maaf Sir.. saya tidak sengaja!"
Kay menjawab dengan jantung berdegup kencang melihat sorot mata Arthur yang tajam.Mereka berdua kembali memasuki toko sepatu ternama. Disambut dengan sangat ramah oleh pegawai toko.
"Carikan dia sepatu!"
"Dengan senang hati Mr. Archer.. mari ikut saya Nona"
Dengan langkah gontai Kay hanya pasrah mengekor pegawai toko tersebut.
Arthur sendiri sibuk memilih sepatu.Arthur tengah duduk sambil memainkan ponsel di ujung lorong. Arthur tidak sadar telah memperhatian Kay yang sedang mencoba beberapa sepatu high heels. Terjatuh dan kembali terjatuh. Kay memang tidak pernah suka memakai high heels. Arthur pun tertawa kecil melihat tingkah Kay.
Selesai membelanjakan sepatu, Kay hendak berjalan keluar toko tapi tidak menemukan Arthur disekitar toko.
Kay berjalan lunglai karena lelah dan tentunya bawaan yang sangat banyak membeku melihat CEO nya sedang asik berciuman dengan seorang wanita. Cantik, seksi, dan memiliki tubuh sempurna."Cukup honey, ini tempat umum" bisik Cyra ditelinga Arthur
"Oh honey kau selalu jadi canduku" Jawab Arthur dengan terus mencium bibir dan leher jenjang Cyra
Di sudut lorong, Kay hanya diam membeku melihat adegan demi adegan yang diperankan oleh CEO nya. Kay segera tersadar kemudian mebalikkan badan dan berjalan dengan menghentakkan kakinya."Kenapa lagi lagi dan lagi. Kenapa harus liat hal yang menjijikan! Ini! Heeyyy ini tempat umum, sadarlah!"
Kay hanya bisa berucap sambil meninggalkan CEO nya. Langkah yang terburu-buru membuat Kay menabrak dada bidang seseorang. Singkat namun Kay dapat mencium aroma wangi maskulin dengan sangat jelas.Kay terjatuh dengan bawaan nya. Dengan kesal Kay melihat sekeliling dengan belanjaan nya yang berserakan. Lagi lagi dia harus membereskan bawaanya.
"Maaf saya..."
"Kaayy..?"
"Maa.. Maarlon?"===============
Jangan lupa vote dan komen ya.. Biar makin semangat update nya.. Terimakasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. CEO 21+
RomantikCarita tentang CEO muda yang gemar bermain cinta dengan wanita seksi kelas atas. Namun cintanya justru jatuh pada wanita sederhana yang tomboy. Cover dan semua gambar pada cerita by Pinterest