Marlon dan Kay masih terus berpelukan sampai pintu lift terbuka. Terlihat beberapa security dan teknisi berdiri didepan pintu lift.
"Anda tidak apa-apa Tuan dan Nyonya?"
Sedikit kaget namun Marlon mencoba tenang. Marlon hanya menjawab dengan bahasa tubuh agar para teknisi dan security memberinya jalan.Marlon melangkah dengan hati-hati, tentu saja karena Kay yang masih dalam pelukannya.
Sampai didalam apartemen, Marlon menyalakan semua lampu ruangan. Dengan nada yang sangat lembut dan menenangkan, Marlon memecah keheningan.
"Kay, sudah sampai"
Kay perlahan menjauhkan kepala dari dada bidang marlon dan membuka mata.
Mata Kay menyipit karena sinar terang dari lampu apartemen Marlon.
"Are you okay?"
Kay mengangguk perlahan. Marlon membimbing Kay agar duduk di sofa yang ada di ruang tamu."Ini dimana?"
"Ini di apartemen aku"
"Boleh aku pinjem tangan mu Kay?"
Kay memberikan kedua tangan nya kedepan. Seakan Marlon tahu bahwa Kay ragu-ragu untuk memberikan tangannya, Marlon berkata "aku cuma mau obatin luka mu ini"Kay kembali mengangguk pelan. Marlon dengan tenang dan hati-hati mengobati luka ditangan Kay tanpa ada suara.
"Selesai"
"Terimakasih Marlon"
Kembali Marlon memberikan senyum terhangatnya.Marlon berjalan menuju dapur yang bersih dan rapi. Kay berpikir dapur itu tidak pernah dipakai untuk memasak kecuali membuat kopi.
Kay tersenyum sendiri ketika pikirannya melambung.
"Ini aku buatin teh hangat manis buat kamu"
"Whuuuaahh thank you Marlon"
Kay meminum teh hangat buatan Marlon."Waahh mirip buatan Bunda dirumah. Eeehh maaf.."
"Ha..ha..ha.. kenapa harus minta maaf Kay?"
"Ku pikir terlalu lancang bicara santai sama atasan"
"It's okay. Kita lagi gak dikantor kok. Lagi pula aku juga seneng bisa ngobrol santai"Kay yang tidak pandai menyimpan rasa malu pun terlihat merona dikedua pipinya.
"Hhmm aku mau minta maaf atas ketidaksopanan waktu tadi di lift. Sungguh aku gak bermaksud apa-apa. Aku punya trauma sama gelap. Gelap yang bener-bener gelap tanpa cahaya"
Kay kembali menundukan kepalanya."Hey it's okay. Justru aku seneng bisa jadi tempat kamu bersandar saat kamu takut"
Marlon membelai lembut bahu Kay. Kay yang menunduk kembali mengangkat kepala dan tersenyum.
"Terimakasih Marlon"
"Udah jangan kebanyakan terimakasih"
Candaan Marlon membuat suasana mencair. Keduanya larut dengan obrolan singkat namun sangat hangat."Udah hampir larut, ayo aku antar pulang"
"Gak usah repot-repot, aku bisa naik taksi aja"
"Kay sebagai teman yang baik tolong jangan tolak kebaikan aku"
Keduanya kembail tertawa dan tentu saja Kay hanya pasrah menerima ajakan teman baiknya.===============
Jangan lupa vote dan komen ya.. Biar makin semangat update nya.. Terimakasih..
![](https://img.wattpad.com/cover/289013274-288-k777974.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. CEO 21+
RomanceCarita tentang CEO muda yang gemar bermain cinta dengan wanita seksi kelas atas. Namun cintanya justru jatuh pada wanita sederhana yang tomboy. Cover dan semua gambar pada cerita by Pinterest