25. Kopi Hitam yang Manis

6.6K 86 1
                                    

Sinar matahari masuk melalui jendela kaca. Semalam Arthur lupa menutup korden jendela sehingga pagi ini sinar matahari bebas menembus hingga menyentuh permukaan kulit.

 Semalam Arthur lupa menutup korden jendela sehingga pagi ini sinar matahari bebas menembus hingga menyentuh permukaan kulit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Arthur membuka matanya. Terlihat pemandangan yang sangat indah, pemandangan terindah yang dia rasakan selama ini saat membuka mata. Dilihatnya lekat wajah Kay memancarkan kecantikan alami. Wajah putih bersih, alis tebal dan bibir berwarna pink. Kay seperti percampuran asia dan eropa. Tapi yang Arthur ketahui, Bunda Tamara adalah asli orang Indonesia. Namun warna mata dan hidung mancung Kay menggambarkan seperti orang Eropa. Entahlah.


Tangan Arthur yang melingkar indah dipinggang Kay terpaksa harus diangkat. Perlahan Arthur ingin beranjak dari kasur namun tangan Kay yang masih berada di pinggang Arthur melarangnya untuk bergerak, entah sadar atau tidak namun cukup membuat Arthur semakin berdetak. Bagaimana tidak gerakan Kay membuat Arthur dapat merasakan dada Kay yang melekat pada dada bidangnya. Wajah mereka pun hanya menyisakan jarak yang sangat tipis.


Arthur kembali pada posisi semula. Dipeluknya kembali pinggang Kay hingga tertidur kembali. Waktu yang lumayan lama dihabiskan Arthur untuk memandangi indahnya ciptaan Tuhan sambil menyibakkan anak rambut Kay yang menutupi wajahnya.


Ponsel Arthur berdering pertanda bahwa adegan romantis harus berakhir. Perlahan Arthur beranjak dari ranjang dan menjauh menuju balkon untuk mengangkat ponselnya.
"Hhhmmm"
"Mr. Archer dari mana saja kau? Susah sekali dihubungi! Dimana Kay?"
"Kau menelponku sepagi ini hanya untuk menanyakan Kay? Yang benar saja Marlon!"
"Heehhmm tentu tidak! Aku hanya ingin mengingatkan kau bahwa penerbanganmu dipercepat!"
"Ya ya.. kapan?"
"Pukul 9 waktu swiss, malam nanti!"
"Hah? Apa? Kau bercanda Marlon!"
"I'm serious Mr. Archer. Aku sudah kirimkan tiket ke emailmu!"
"Oke!"


Bep.
Telpon terputus.
Arthur membalikkan badan hendak kembali masuk kamar namun dikagetkan dengan Kay yang sudah berdiri dibelakangnya entah sejak kapan. Dilihatnya Kay yang menggunakan balutan baju tidur dengan rambut yang digulung keatas sambil membawa secangkir kopi ditanganya.


Dengan sedikit ragu-ragu Kay mendekat pada Arthur dan memberikan secangkir kopi yang ada ditanganya.
"Thank you Kay!"
"You are welcome!"
Mereka berdua menikmati pemandangan pagi dari balkon sambil menyesap minuman masing-masing. Pandangan Arthur berpindah menuju leher bagian belakang Kay yang tereskpos bebas.


Saat pandangannya terus tertuju pada leher Kay, Arthur tak sengaja terbatuk.
"Arthur are you okay?"
"I'm okay! Uuhhuukk.. oh ya Kay, besok-besok jangan lagi kamu gulung rambutmu!"
"Hah? Seperti ini?" Sambil menyentuh rambut dan tanganya turun menyentuh leher bagian belakang
"Kay stop it!"
Kay terkaget dengan teriakan Arthur hanya diam mematung sambil menampilkan wajah polos dan lugu.


"Sorry Kay bukan maksud aku..."
"It's okay Arthur. Aku tahu kamu gak suka rambut berantakan kan? Tenang aja, aku gak pernah gulung rambut kayak gini di kantor kecuali lagi banyak kerjaan dan aku butuh relaks sebentar!"
"Aahhh baguslah"
Dalam hati Arthur berkata "bukan itu maksud aku Kay. Rambutmu yang digulung itu bisa buat laki-laki tergoda apalagi leher jenjang putih bersih. Aaahh shhiiittt!"


"Mr. Archer apa kau sudah membuka email?"
"Belum, ada apa?"
"Penerbangan ke Indonesia dipercepat malam nanti"
"Oh iya aku tahu dari Marlon!"
"Marlon!!!"
"Ada apa dengan Marlon?"
"Aku udah janji sama dia kalau mau ngehubungin begitu sampai Swiss tapi sampai hari ini aku belum memberinya kabar! Aku benar-benar lupa!"
"Emang harus?"
"Bukan harus atau tidak tapi ini sebuah janji. Janji memberi kabar"
"Ya ya ya"
"Okay, aku akan kembali ke kamar dan memberi tahu Marlon! And thank you for your hug Mr. Archer"



Arthur diam mematung mendengar kalimat terakhir Kay sebelum dia menghilang dibalik pintu. Entah apa yang Arthur rasakan sekarang. Marah karena Kay memberi perhatian lebih pada Marlon dari pada dirinya, namun senang ketika mendengar bahwa Kay berterimakasih atas pelukannya semalam. Tentu saja menurut Arthur dirinya selangkah lebih maju dari pada Marlon.
Arthur tersenyum sambil kembali menatap pemandangan dari balkon sambil menghabiskan kopinya.
"Kopi ini pahit namun terasa manis"





===========

Jangan lupa vote dan komen ya.. Biar makin semangat update nya.. Terimakasih..

Mr. CEO 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang