Bagian VIII

302 35 2
                                    

-
-
-
-
-

Hari sudah menjelang pagi. Jalanan kota sudah mulai dipadati oleh aktivitas orang-orang pagi itu.

Seokjin terbangun dan melihat sekitarnya. Dia masih berada percis di kamar apartement kosong itu. Dia mengucek matanya dan menatap keluar jendela balkon. Matahari sudah menunjukkan wujudnya dan bersinar terang.

Pria itu segera bangkit dan merapihkan pakaiannya, dia melihat dirinya dari pantulan kaca.

Seokjin memegangi wajahnya, dia berdesis nyeri. Wajahnya terlihat babak belur karna semalam.

Dia membuka jendela balkon dan keluar dari apartement dari balkon itu. Tak ada tanda-tanda Jay juga bodyguard-bodyguard nya disana. Seokjin tersenyum senang, dia turun dari tangga besi yang berada di dekat balkon itu. Kembali ke tempat persembunyian pertama yaitu sebelah tong sampah, sekali lagi melihat kearah sekitar untuk memastikan semuanya aman. Setelah dirasa aman, barulah pria itu keluar dan berjalan keluar dari persembunyian menuju jalanan yang lebih ramai.

Seokjin berjalan tertatih dengan sebelah tanganya memegangi pundak yang terasa nyeri. Dia mencari halte bus untuk menuju ke rumah keluarga Jung.

"T-tuan maaf, dimana tempat halte terdekat disini?"  Tanya Seokjin pada seorang pejalan kaki yang melintas.

"Disana" Tunjuk orang itu pada halte di seberang.

Seokjin melihatnya. Dia berterimakasih pada pejalan itu lalu segera menyebrang. Duduk di halte itu sambil menyandarkan diri sejenak dan menghela nafas. Seokjin menatap lurus kearah depan, tak lama kemudian meraba saku celananya. Dia baru ingat, untuk naik bus dia harus membayar. Tapi bagaimana? Dia tak punya uang sepeserpun atau kartu.

"Aish, aku lupa. Bagaimana caraku pulang?" Monolog Seokjin.

"Ada apa?"

Seokjin menoleh ke sumber suara, dia mendongak dan melihat seorang gadis berdiri menatapnya sambil tersenyum tipis.

"A-ah tak apa, h-hanya saja. A-aku kehilangan uangku" Bohong Seokjin.

Gadis itu duduk di samping Seokjin.

"Memang kemana tujuanmu?"

"Humm, aku tak tau letak pastinya tapi itu di dekat restoran Tuan Nishimura" Jawab Seokjin.

"Ohh disana. Kebetulan aku ingin ke daerah sana, mau ku bayarkan?" Tawar gadis itu.

"Oh b-bolehkah?"

Gadis itu mengangguk dan tersenyum manis. "Tentu saja" Dia mengulurkan tanganya kearah Seokjin.

"Aku kim jisoo, panggil saja jisoo" Ucap gadis bernama jisoo itu.

Seokjin melirik kearah uluran tangan jisoo. Dia sedikit takut untuk membalasnya, dia trauma dengan gadis karna Olivia dulu.

"A-apa kau orang baik?" Tanya Seokjin hati-hati.

Jisoo mengerutkan alisnya bingung, namun sesaat setelah itu dia tertawa renyah.

"Tentu saja, aku bukan orang jahat lhoo" Ucap gadis itu mempout.

Seokjin hanya membalas dengan senyuman canggung. Dia menggaruk tengkuk belakangnya gugup.

"M-maaf ya"

"Oh, gaperlu minta maaf ko, sebagian orang mungkin punya trauma makanya bicara seperti itu" Ucap jisoo.

Seokjin mengangguk setuju.

Akhirnya bus tujuan mereka sampai. Jisoo masuk kedalam bisa diikuti Seokjin. Mereka duduk bersebelahan.

Di perjalanan, keduanya terdiam. Tiba-tiba hawa disekitar mereka menjadi canggung. Entah ingin melanjutkan obrolan dan membahas topik apalagi. Sampai akhirnya jisoo tak sengaja melihat luka lebam di sudut bibir dan beberapa lagi di sudut wajah Seokjin. Karna penasaran akhirnya jisoo bertanya.

ALTER DESTINY (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang