Bagian XVII

243 25 2
                                    

-
-
-
-
-

"Joon! Aish ayo bangun ini sudah hampir jam 12"

Seokjin menggoyangkan tubuh Namjoon yang masih tertidur di sampingnya. Namjoon mengulet, dia mengubah posisinya, perlahan matanya terbuka. Sebuah mata menatap kearahnya, wajahnya...

"AAAAA" Teriak Namjoom terkejut, dia hampir saja jatuh dari kasur.

Seokjin yang melihat Namjoon berteriak pun ikut berteriak. "Wae? Wae? Wae Namjoon?!" Bingung Seokjin.

Namjoon memegangi dadanya, dia bernafas lega kalau mengetahui itu adalah Seokjin.

"Hfftt, kupikir kau setan" Ucap Namjoon.

"Mana ada setan setampam aku, ngaco kamu!" Sewot Seokjin. "Sudah ayo bangun, ini sudah jam 12. Kau tak bekerja huh? Katanya ingin mengambil cuti"

Namjoon melihat kearah Jam dinding di kamar Seokjin. Benar, ini sudah tengah hari, pria itu memakai kembali jaket lalu sepatunya.

"Aku pamit dulu, terimakasih mengizinkan menginap" Ucap Namjoon yang terlihat buru-buru.

"Eh kau tak mau makan dulu?"

Namjoon menggeleng. "Nanti saja, bye" Pamit Namjoon.

Seokjin tersenyum setelah Namjoon keluar dari dalam kamarnya. Dia menyibakkan selimutnya, berniat untuk membereskan kasur. Saat tengah membersihkan selimut, sebuah benda jatuh dan menimbulkan suara kecil. Mata Seokjin mencari benda yang terjatuh itu, hingga akhirnya dia menemukan sebuah cincin yang dia pastikan adalah milik Namjoon. Tangan Seokjin meraih cincin itu, dia meniup-niup cincinnya untuk menghilangkan debu.

"Ternyata kakek salah, cincin ini sangat cantik" Gumam Seokjin. Dia menyimpan cincin itu saku celananya dan lanjut membereskan kasurnya, dia akan mengembalikan cincin itu jika Namjoon datang lagi kemari.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Namjoon sampai di cafe tempat dia bekerja. Langsung dia berlari menuju ruangan atasanya untuk meminta maaf atas keterlambatannya.

"Maaf Tuan, maaf aku terlambat" Namjoon menunduk bersalah.

"Bukan hanya terlambat, kau sudah membuat rugi cafe ini" Ucap atasannya memarahi Namjoon.

"M-maksudmu?"

"Pelanggan mencarimu, dia bilang tak mau makan jika bukan kau yang melayaninya"

"B-bukannya masih ada Jungwoon? Dia masih bisa melayani mereka bukan?"

Atasanya menggeleng. "Mereka hanya ingin dilayani oleh orang yang dekat dengan penerus keluarga Kim"

Namjoon mengerutkan alisnya bingung. Melihat Namjoon yang kebingungan, atasan segera memberikan beberapa bukti pada Namjoon. Beberapa foto dirinya yang keluar masuk kedalam mansion megah milik keluarga Kim.

"D-dari mana kau dapat f-foto itu?"

"Seseorang. Sudahlah, kali ini saya memaafkan keterlambatanmu. Lain kali datanglah tepat waktu" Ucap manager cafe.

Namjoon mengangguk. Dia membungkuk hormat sekilas, lalu berniat keluar dari ruangan manager. Tiba-tiba saja dia teringat tentang rencana cutinya, Namjoonpun kembali membalikkan badanya.

"Mmmm Tuan manager" Panggil Namjoon ragu.

"Ah ya, kenapa lagi?"

Namjoon menggaruk tengkuknya sebelum mulai berbicara. "A-anu, a-aku ingin mengambil cuti"

"Untuk?"

"Di seoul, adikku terus menelpon meminta aku untuk pulang" Ucap Namjoon jujur.

"Hanya itu? Kenapa tak adikmu yang menemuimu?kau tau akhir-akhir ini cafe tengah ramai kan?!"

ALTER DESTINY (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang