26. Hari Fitri

134 31 4
                                    

Usai salat maghrib, barulah semua menuju ruang makan. Menu khas Idulfitri ala Indonesia sudah terhidang rapi di atas meja kayu jati berbentuk oval yang cukup besar ini. 

Meja ini dikelilingi enam buah kursi. Lima kursi terisi oleh Pak Narendra, Bu Muthia, Dara, Ranadrian dan Richard. Bu Muthia yang duduk di antara Pak Narendra dan Richard, membantu mengambilkan ketupat untuk Richard dan Pak Narendra. 

Richard terlihat sangat menikmati hidangan istimewa yang baru kali ini ia rasakan dan ia akui kelezatannya.

"Ini namanya ketupat lebaran ya? Lezat sekali. Baru kali ini saya merasakan masakan seperti ini. Gulai ayam dan rendang daging ini, very delicious!" ucap Richard melontarkan penilaiannya seusai menyantap satu ketupat bersama gulai dan rendang.

"Rendangnya yang bikin mama, kalau gulai ayam, itu buatan Dara. Aku tadi ikut bantu masukin beras ke dalam salah satu bungkus ketupat," kata Ranadrian menjelaskan.

"Ah, Mas Rana ini, cuma bantu ngisi satu ketupat aja diumumin ke mana-mana," sergah Dara.

Rana hanya nyengir sambil melirik ke Dara.

"Sayang ya,Vanya nggak ada di sini. Seperti apa ya besok dia Idul Fitri di Tokyo?" keluh Bu Muthia. 

Tiba-tiba saja ia teringat pada putri bungsunya yang sudah setahun ini kuliah di Tokyo dan mengabarkan tidak bisa pulang idulfitri tahun ini.

"Ini persis seperti Dara dulu saat masih kuliah di New York. Dua kali idulfitri nggak pulang," sahut Pak Narendra.

"Hm, padahal menurut saya, idulfitri di sini jauh lebih mengasyikkan daripada di New York. Makanannya juga istimewa," kata Richard.

Pak Narendra tertawa senang.

"Sepertinya Richard betah tinggal di Jakarta," komentar Pak Narendra.

Richard tersenyum lebar dan mengangguk setuju.

"Benar sekali, Pak Narendra. Saya suka suasana ramadan di sini dan sepertinya akan suka juga dengan suasana idulfitri besok," sahut Richard sembari menunjukkan ekspresi suka cita.

Seusai salat Isya, Ranadrian menepati janjinya mengajak Richard keliling Jakarta lalu berhenti di sebuah masjid dan ikut takbir sebentar. 

Dara menolak untuk ikut, ia memilih membantu ibunya memberi bingkisan pada setiap tetangga rumah orangtuanya ini yang datang menghantarkan makanan khas masakan mereka. Di lingkungan ini memang ada tradisi saling bertukar masakan di malam takbiran.

Sejak selepas Isya, Richard mendengar suara takbir berkumandang di mana-mana, berasal dari berbagai speaker masjid di sekitar rumah Dara. 

Malam ini Richard diundang datang ke rumah Pak Narendra kaeena Pak Narendra ingin agar Richard bisa merasakan suasana malam takbiran di Jakarta. Jika ia hanya tinggal di apartemennya, ia tak punya kesempatan untuk merasakan langsung suasana malam takbiran di kota ini.

Ranadrian dan Richard baru kembali pukul sebelas malam. Pak Narendra mengundang Richard untuk menginap di rumahnya, agar besok bisa ikut bersama keluarganya salat idul fitri bersama-sama di Masjid Istiqlal.

Tentu saja Richard senang sekali menerima tawaran Pak Narendra itu. Richard dipersilakan tidur di kamar yang memang disediakan bagi tamu yang datang. Letaknya di lantai atas, di samping kamar Ranadrian, selisih satu kamar dengan kamar Dara.

From America With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang