32. Menuntut Ketegasan

50 9 2
                                    

Ini kesempatan yang kesekian kali bagi Richard bertugas berdua Dara mempresentasikan proyek baru PT. Narendra Property. Seusai presentasi mereka mampir ke kafe kesukaan Dara. 

Dara mengatakan ada yang ingin ia bicarakan pada Richard. Richard pun memiliki niat yang sama, ia juga ingin bicara sesuatu pada Dara. Richard menikmati kopi luwak yang kini mulai menjadi favoritnya. Sedangkan Dara lebih memililih Frappuccino yang dingin.

Dara teringat, Brad yang marah saat melihat ia dan Richard asyik ngobrol dan minum kopi di sini. Ah, Brad, mengingat pemuda itu membuat rasa rindu yang berusaha dipendamnya kembali muncul perlahan. 

"Rick, sepertinya kamu sekarang semakin akrab sama partner kerjamu, Chatlea Rumy. Kuperhatikan kalian sudah bagaikan Sherlock Holmes dan John Watson, Batman dan Robin, kalian saling melengkapi satu sama lain. Lea punya bakat mendesain secara unik, yang semakin terlihat keistimewaannya sejak berkolaborasi denganmu," kata Dara.

Richard tersentak mendengar ucapan Dara. Ia tak menyangka Dara diam-diam mengamati cara kerjanya dan Lea. Lebih jauh lagi, Richard tidak mengira, Dara memperhatikannya. 

"Wow! Surprised! Aku nggak menyangka kamu memperhatikan aku sedetail itu, Dara. Aku merasa tersanjung," katanya sambil tersenyum.

“Aku senang melihatmu akhirnya menemukan seseorang yang bisa dekat denganmu.”

Richard mengernyit, kali ini ia tidak mengerti maksud ucapan Dara.

"Apa maksudmu, Dara?"

Aku nggak bermaksud apa-apa. Aku hanya ikut senang melihat kamu akrab dengan Lea. Aku berharap hubungan kalian bisa berlanjut."

"Berlanjut gimana maksudmu?" potong Richard, terdengar kurang suka dengan ucapan Dara.

Dara sedikit tersentak, kemudian mengangkat kedua bahunya.

"Aku hanya berharap kalian cocok satu sama lain, bukan hanya sebagai partner kerja, tapi lebih dari itu," ucap Dara menjelaskan maksud ucapannya sebelumnya.

Richard memandangi Dara lama, seolah sedang mencoba memahami maksud Dara sebenarnya.

"Kamu berharap aku jatuh cinta pada Lea kemudian melamarnya dan berhenti mengharapkanmu?" tebak Richard tanpa basa-basi, matanya masih tidak beranjak dari memandangi wajah Dara, hingga ia bisa menangkap ekspresi terkejut dari raut Dara.

"Richard! Kenapa kau menuduhku begitu?" sahut Dara, merasa keberatan dengan ucapan Richard.

"Memang begitu kan maksudmu, Dara? Karena saat ini kau sendiri sedang gusar, sudah lewat tiga bulan dari waktu yang dijanjikan Brad akan melamarmu sesudah idulfitri. Kamu cemas, Brad tidak menepati janjinya."

Dara mengernyitkan dahi tanda gusar.

“Kenapa tiba-tiba kamu menyinggung soal Brad? Kita nggak sedang membicarakan Brad. Aku sedang membicarakan hubunganmu dengan Lea," protes Dara.

"Nggak ada yang perlu dibicarakan tentang hubunganku dengan Lea. Aku dan Lea hanya rekan kerja. Aku menyebut nama Brad, karena memang hubungan kita nggak pernah bisa terlepas dari Brad," sahut Richard panjang lebar.

"Kenapa begitu? Apa maksudmu hubungan kita nggak bisa terlepas dari Brad? Apa maksudmu sebenarnya, Rick?" tanya Dara lagi semakin mencecar Richard.

Richard menghela napas panjang.

"Kalau Brad nggak serius ingin menikahimu, aku yang akan menghadapinya. Dua minggu lagi aku akan kembali ke New York. Aku akan mendatangi Brad dan menanyakan janjinya padamu," ucap Richard lugas.

Dara tersentak, dua hal dalam ucapan Richard itu membuatnya terkejut.

"Kamu akan ke New York? Seingatku kamu belum genap setahun bekerja di sini. Kenapa kamu mau pulang?"

"Aku hanya cuti lima hari. Saat lebaran kemarin aku kan nggak libur lama. Hanya dua hari. Aku sudah minta izin ayahmu, dan ayahmu sudah mengizinkan."

"Ada alasan khusus kenapa kamu ingin pulang sekarang, Rick?"

"Ibuku sakit, aku harus menjenguknya. Selain itu, aku harus bertemu Brad, menanyakan keseriusannya menikahimu."

"Oh, aku turut mendoakan kesehatan ibumu. Sampaikan salamku pada beliau. Tapi soal kamu ingin mendatangi Brad dan menanyakan keseriusan janjinya padaku, aku melarangmu melakukannya! Kalau kamu ingin bertemu Brad, silakan! Tapi jangan sekali-sekali menyinggung soal janjinya padaku."

"Kenapa nggak boleh?" berganti kini Richard yang mengernyit.

Dara menghela napas cepat.

"Aku nggak ingin Brad menepati janjinya karena paksaan. Aku yakin, dia pasti akan datang ketika dia memang sudah siap untuk datang."

"Kapan dia siap? Apa dia bilang padamu, kapan dia benar-benar siap menikahimu bukan hanya berjanji?"

"Rick, aku tegaskan sekali lagi. Soal hubunganku dengan Brad sama sekali nggak ada hubungannya denganmu. Ini tentang kami berdua.”

Mata biru Richard menatap mata hitam Dara cukup lama.

"Tentu saja ada hubungannya denganku, Dara. Brad dan kamu pasti tahu, aku masih menunggumu. Kalau Brad nggak serius denganmu, kalau dia hanya mempermainkanmu, aku yang akan maju. Aku nggak main-main," ucap Richard tegas.

"Rick, kamu ...." Dara tidak melanjutkan ucapannya. Ia kehabisan kata-kata, sungguh ia tidak mengira, Richard masih saja menunggunya.

"Jangan khawatir, Dara. Aku pastikan, Brad akan memenuhi janjinya padamu," kata Richard lagi.

Dara tidak menyahut lagi. Ia memilih akan membiarkan semua berjalan sebagaimana mestinya.

**=====**

Hai friends. Lanjut lagi ya cerita ini. Makasih buat yang udah terus setia lanjut baca. Apalagi buat yang ngasih komen. Thank youuu 🤗


Salam,
Arumi


From America With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang