35. Rasa Yang Dulu Telah Lenyap

75 16 3
                                    

Lea memasuki kafe yang sudah ia sepakati dengan Ray. Di salah satu meja, sudah berkumpul Ray dan empat teman Lea lainnya. Di antara mereka juga terlihat duduk seorang pemuda asing berambut pirang gelap dengan mata biru berwajah menawan. 

Setelah Lea benar-benar berada di dekat meja yang dipenuhi teman-temannya itu, Lea baru menyadari pemuda itu adalah Ethan Walker!

Ah, kenapa sekarang dia makin ganteng saja? batin Lea, merasa menyesal kembali bertemu dengan Ethan.

"Leaaa, akhirnya elo muncul juga. Ibu yang satu ini selaluuuu aja sok sibuk kalau kita ajak kumpul," sambut Ray yang berdiri dari duduknya. 

Ray terlihat ingin mendaratkan kecupan di pipi Lea, tetapi dengan gerakan halus Lea menolaknya. Ray tampak tertegun sesaat melihat sikap Lea yang tidak seperti biasanya. Tetapi ia enggan berkomentar.

"Ini loh, Lea. Elo masih ingat kan pastinya? Bule ganteng Ethan Walker, yang kegantengannya mirip-mirip Chris Hemsworth?" kata Ray mengenalkan Lea kepada pemuda asing itu.

Ethan segera mengulurkan tangan kokohnya kepada Lea. Lea menyambut uluran tangan pemuda berambut pirang itu, dan terkejut saat pemuda itu menarik tubuhnya sehingga duduk tepat di sampingnya. 

"Ray bilang, dulu kamu naksir aku, ya?" tanya Ethan berbisik di dekat telinga Lea.

Lea terdiam sesaat, ia menoleh, dan mendapati wajah tampan Ethan dengan mata biru gelapnya menatapnya, bibirnya mengulas senyum. 

Keterlaluan, siapa yang sanggup berada sedekat ini dengan lelaki serupawan ini? Apalagi Ethan memang lelaki idaman Lea dulu, dan sialnya, sekarang lelaki itu terlihat semakin menawan.

"Dulu sih iya," jawab Lea singkat, berusaha keras menahan perasaannya untuk tidak terpana berlebihan.

Ethan tersenyum semakin lebar, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Lea.

"Memangnya sekarang tidak?" tanya Ethan lagi, masih dengan tatapannya yang menggoda.

Lea menahan napas agak lama, kemudian menelan ludah.

"Sudah terlalu lama aku nggak bertemu kamu lagi. Aku jadi lupa bagaimana perasaan sukaku padamu dulu," jawab Lea.

Ethan tertawa tipis.

"Aku ingat pernah kencan denganmu," ucapnya.

"Itu bukan kencan. Kita hanya nonton bareng," bantah Lea.

"Nonton berdua kan artinya kencan. Dan kamu teman kencan yang menyenangkan," kata Ethan, masih saja disertai seulas senyum menggoda. 

"Sudah terlambat. Salahmu sendiri, kenapa dulu memilih gadis pirang sebagai kekasihmu," sergah Lea, tetap tidak menunjukkan rasa tertarik pada Ethan.

"Jadi  sekarang kamu nggak suka aku lagi?" 

Lea hanya diam.

"Padahal aku mulai suka padamu. Kamu terlihat jauh lebih menarik sekarang daripada dulu," kata Ethan lagi, kali ini senyum yang sejak tadi ia umbar, perlahan menghilang.

"Oh, jadi kamu hanya suka dengan wanita yang menurutmu menarik secara penampilan?" sindir Lea terdengar sedikit sinis.

Ethan terlihat bingung.

"Memang begitu seharusnya kan? Seorang wanita yang menarik tentu saja membuat seorang lelaki tertarik," ujar Ethan tidak mau kalah.

"Jadi, bagimu yang terpenting dari seorang wanita hanya penampilannya saja? Bagaimana dengan kepribadiannya?" sindir Lea lagi.

Ethan tampak semakin kebingungan.

"Lea, udah deh, elo jangan mendebat terus! Kita kumpul di sini buat bersenang-senang, bukan buat saling berdebat," lerai Ray, saat ia melihat sikap Lea semakin tidak simpatik.

Ray heran melihat Lea berubah. Dulu Lea tidak begitu. Lea yang dulu adalah seorang gadis yang pasti akan antusias sekali mendekati lelaki sekeren Ethan. Tapi Lea sekarang malah bersikap ketus yang kemungkinan besar akan membuat Ethan menjadi tidak berminat padanya.

"Lea, elo kenapa sih? Dulu kan elo naksir berat sama Ethan? Kenapa sekarang elo punya kesempatan dekat sama dia, elo malah bersikap nyebelin begitu?" bisik Ray mengingatkan Lea.

"Gue naksir dia, itu kan dulu. Sekarang, gue merasa biasa aja sama dia," sahut Lea juga sambil setengah berbisik.

"Walau pun dia sekarang makin ganteng dibanding dulu?"

“Oke, saat gue lihat dia pertama kali tadi, gue memang sempat terpesona. Tapi itu cuma ketertarikan fisik sesaat. Begitu ngobrol dan melihat sikapnya, gue jadi nggak berselera," jawab Lea tak peduli.

"Nggak berselera? Memangnya dia sejenis makanan? Lea, dia juga kelihatannya jadi merasa nggak nyaman sama elo, karena sikap lo tadi."

"Bagus deh. Berarti gue dan dia sama-sama merasa saling nggak cocok."

Ray memandangi Lea heran bercampur curiga.

"Jadi, kalau tipe cowok ideal lo sekarang bukan yang seperti Ethan, yang seperti apa dong?"

Lea menghela napas sebentar. Ethan yang merasa tak nyaman dengan sikap Lea berpindah tempat duduk di sebelah Kristy.

"Gue suka cowok yang sopan, yang tahu bagaimana bersikap terhadap cewek. Yang menilai cewek bukan dari fisiknya, yang taat beribadah," jawab Lea.

Ray serasa tersedak mendengar jawaban Lea.

"Maksud lo, tipe cowok ideal lo sekarang yang kayak ustaz gitu?"

"Memangnya cuma ustaz yang taat beribadah? Yang bukan ustaz juga ada yang taat beribadah. Cowok bukan ustaz yang saleh dan santun juga ada," balas Lea.

"Ciri-ciri yang lo sebutin itu kayak ciri-ciri cowok lulusan pesantren," sindir Ray.

"Ray, open minded, dong. Eksekutif muda jaman sekarang juga ada kok yang religius walau sibuk bekerja. Coba aja sekali-sekali kamu datang ke masjid menghadiri pengajian untuk eksekutif muda. Banyak cowok alim sekarang ini, Ray. Elo aja yang sampai sekarang nggak tobat-tobat juga," sanggah Lea.

Ray hanya menggeleng-geleng. Dia sungguh tidak menyangka Lea yang sudah lama dikenalnya akan berubah sejauh ini. Ray menyerah saat beberapa menit kemudian Lea pamit pulang lebih dulu. 

Tidak ada teman yang mencegah kepergian Lea. Bahkan Ethan pun tampaknya sudah melupakan Lea. 

Lea pergi dari kafe itu. Anehnya, dia pergi dengan perasaan sangat lega.

**======**

Terima kasih buat yang masih berkenan baca dan ngasih vote. Berharap mau ngasih komenn juga buat support aku yang udah menulis cerita ini 🙏

Salam,

Arumi

From America With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang