"Ke mana lagi setelah ini?" tanya Brad setelah mereka selesai salat ashar.
Dara berpikir sejenak, ia juga tidak punya ide akan mengajak Brad ke mana lagi. Ia tidak tahu apakah ada jadwal pertunjukan budaya musik Indonesia yang bisa membuat Brad lebih mengenal sedikit budaya Indonesia.
"Bagaimana kalau kita ke rumahmu? Aku harus bertemu kedua orang tuamu, kan?" usul Brad.
"Iya, sebaiknya memang kamu ketemu orang tuaku karena dulu mereka sudah pernah bertemu kamu," sahut Dara.
"Aku akan menyampaikan niatku ingin melamarmu," ucap Brad.
Alis Dara terangkat. Ia tak mengira, Brad sungguh-sungguh tidak ingin menunda-nunda lagi.
"Kamu bercanda, Brad? Kamu mau melamarku sekarang?" tanya Dara masih terkejut.
"Aku sudah pernah melamarmu setahun lalu saat kamu hampir menangis di puncak Empire State Building. Sekarang saatnya aku menghadap kedua orang tuamu untuk melamarmu menjadi istriku. Supaya semua menjadi jelas. Di New York nanti aku akan menyampaikan kabar ini pada ayah dan ibuku. Bersiap-siaplah, Dara. Mungkin sebulan atau dua bulan lagi aku akan datang lagi ke sini untuk menikahimu," jawab Brad lagi.
Untuk sejenak, Dara tidak tahu harus berucap apa. Lidahnya kelu, ia hampir tidak bisa memercayai kesungguhan kata-kata Brad Smith.
"Brad, kamu serius?" tanya Dara masih terdengar sangsi.
"Tentu saja aku serius. Itu memang sudah menjadi niatku sejak awal kedatanganku ke sini. Sebelum aku didahului Richard, atau sebelum ayahmu berpikir Richard Wenner adalah lelaki yang layak menjadi calon menantunya," jawab Brad yakin.
"Ah, lagi-lagi kamu menyinggung nama Richard," sergah Dara.
"Aku memang harus menyelamatkanmu dari Richard."
Dara mengehela napas panjang.
"Baiklah, aku ingin tahu, seberapa besar keberanianmu menghadapi kedua orang tuaku dan menyatakan niatmu pada mereka."
"Menurutku, orang tuamu cukup menyukai aku."
Dara mengangkat kedua alisnya.
"Kita lihat saja nanti," ucapnya singkat.
Karena hari sudah cukup sore dan Trans Jakarta semakin padat, Dara memutuskan naik taksi menuju rumahnya di daerah Jakarta Selatan, cukup jauh dari daerah Hayam Wuruk. Untunglah ini hari minggu, jalan raya Jakarta tidak sepadat hari biasa.
"Dara, waktuku tinggal beberapa hari lagi di Jakarta. Kapan kita bisa bertemu lagi? Kapan kamu akan datang lagi ke New York?"
"Aku nggak punya rencana ke New York dalam waktu dekat ini, Brad. Aku sedang nggak ada urusan di New York."
"Datang ke New York untuk sekadar bertemu aku pun kamu nggak mau? Apa kamu nggak akan merasa kehilangan setelah nanti aku kembali ke New York?" tanya Brad terdengar cemas.
"Mau bagaimana lagi, Brad. Kita punya tugas masing-masing. Kamu akan sibuk di New York, aku akan sibuk di sini. Tentu saja aku akan merasa kehilangan kamu, tapi hidup harus terus berlanjut, kan?" jawab Dara, terdengar pasrah dan membuat Brad bertambah gusar.
KAMU SEDANG MEMBACA
From America With Love
DragosteDara meninggalkan New York dan meninggalkan Brad Smith, cowok Amerika yang baru mulai dekat dengannya. Setelah lulus kuliah, Dara memilih berbakti dahulu pada orang tuanya. Richard Wenner seorang arsitek yang masih penasaran pada Dara dan berprinsi...