Jakarta! Ini pertama kalinya Richard berkunjung ke kota ini. Ia sudah memberitahukan kedatangannya hari ini pada Pak Narendra.
Pak Narendra menjanjikan salah seorang pegawainya akan menjemput Richard di bandara Soekarno-Hatta. Dan kini ia sudah berada di dalam mobil yang meluncur cepat di jalan bebas hambatan Jakarta yang cukup lengang.
Ia perhatikan, Jakarta adalah kota yang cukup padat juga. Semakin lama mobil yang membawanya ini melaju menuju pusat kota, semakin banyak bangunan-bangunan tinggi yang tampak. Memang tidak sepadat New York, tapi ia cukup terkesima melihat gedung-gedung yang dilewati mobil ini.
Beberapa kali ia melewati mal-mal yang tampak mewah, beberapa terletak saling berdekatan. Segera saja ia bisa menyimpulkan, penduduk Jakarta sepertinya cukup konsumtif.
Mobil yang membawa Richard sampai ke sebuah gedung tinggi dua tower yang cukup megah. Richard bertanya-tanya, apakah ia diberikan salah satu ruang di apartemen ini?
Pak Narendra memang menjanjikan akomodasi lengkap untuknya, selain sebuah unit apartemen untuk satu orang, juga sebuah mobil operasional yang siap mengantarnya ke mana saja.
Tampaknya Pak Narendra sangat terkesan dengan resume Richard Wenner, sehingga tidak keberatan memberikan fasilitas cukup lengkap untuknya selain gaji yang juga berstandar Internasional.
“Thank you, Mr. Jodi, ucap Richard, pada lelaki pertengahan tiga puluhan yang ditugaskan menjemputnya dari bandara setelah ia sampai di lobi gedung apartemen ini dan barang-barang bawaannya sudah diturunkan dari dalam mobil.
“You are welcome, Sir. Saya bawa barang-barang Mister ke atas ya," kata lelaki yang mengenalkan dirinya sebagai Pak Jodi itu.
Pak Jodi adalah salah satu sopir di perusahaan Pak Narendra. Kelak, dialah yang akan bertugas mengantarkan Richard ke mana pun Richard pergi selama di Jakarta ini.
“Okay. Di mana saya bisa bertemu Mr. Narendra? tanya Richard.
Untunglah, Pak Jodi ini, cukup memahami bahasa Inggris walau tidak terlalu mahir. Lelaki lulusan sekolah menengah atas itu mampu bicara sedikit bahasa Inggris dicampur dengan bahasa Indonesia.
Hanya dengan sedikit usaha keras, Richard dapat memahami apa maksud Pak Jodi.
“I bring this koper to your room dulu ya, Mister. Later baru deh, I bring you to Pak Narendra office, kata Pak Jodi dengan gaya bahasanya yang membuat Richard tersenyum, tetapi ia mengangguk mengerti.
Richard nengikuti langkah Pak Jodi yang mengantarnya menuju lantai sepuluh tempat ruang apartemen untuknya berada.
Ruang itu cukup luas untuk dirinya seorang diri, walau memang masih luas ruang apartemennya di New York. Tapi ini sudah cukup bagus karena Richard diberikan tempat ini secara gratis sebagai salah satu fasilitas yang diberikan PT. Narendra property, selain sebuah mobil berikut Pak Jody yang akan mengantarnya ke mana saja selama di Jakarta ini sejak pukul tujuh pagi sampai pukul lima sore.
Ruang apartemen ini terdiri dari sebuah ruang tamu yang sudah dilengkapi sofa dan sebuah televisi layar datar. Ada sebuah kamar tidur dan satu kamar mandi, serta ruang makan dan pantry. Beruntung ada balkon pula sehingga udara alami bisa masuk ke dalam ruang apartemen ini.
Ruchard merasa puas dengan ruang apartemennya. Cukup bagus dan nyaman untuk dia tinggali seorang diri.
Setelah Richard meletakkan barang bawaannya di kamarnya, kemudian ia mandi dan berganti pakaian, barulah ia diantarkan oleh Pak Jodi bertemu Pak Narendra. Bukan di kantornya, karena Pak Narendra baru saja selesai meeting dengan salah seorang investor.
Pak Narendra langsung mengajak Richard bertemu di sebuah restoran cukup mewah, yang menyajikan menu makanan dari berbagai negara, Eropa, Amerika, dan Asia termasuk menu makanan Indonesia.
Pak Narendra menyambut Richard dengan suka cita, ia menjabat erat tangan Richard lalu mempersilakannya duduk.
Pak Narendra bersama seorang asistennya. Tidak ada Dara, padahal Richard sudah tidak sabar ingin bertemu Dara. Ia belum mengatakan pada Pak Narendra bahwa ia telah mengenal Dara Paramitha, anak Pak Narendra selama di New York.
Richard masih ingin menyimpan rahasia ini sebagai kejutan sampai ia besok benar-benar bertemu langsung dengan Dara.
“Hello, Mr. Richard Wenner. Nice to meet you. Senang sekali anda bersedia bergabung dengan PT. Narendra Property. Bagaimana perjalanan anda dari New York menuju Jakarta?" sapa Pak Narendra.
Nice to meet you too, Mr. Narendra. Saya juga berterima kasih sekali diberi kesempatan untuk bergabung di perusahaan anda. Wow! Jakarta sangat sangat jauh dari New York. Hampir seharian lamanya perjalanan dari negaraku sampai ke sini," balas Richard.
Pak Narendra tertawa senang.
"Saya harap anda tidak kecewa setelah sampai di sini. Jakarta terus berkembang. Masih banyak yang perlu dibangun di Jakarta ini. Oya, bagaimana dengan ruang apartemen yang saya sediakan untuk anda? Apakah Mr. Wenner menyukainya?"
"Sangat nyaman. Terima kasih, saya diberikan fasilitas lengkap di sini. Mr. Narendra benar-benar telah membantu saya sepenuhnya."
"Saya akan berikan yang terbaik untuk anda, Mr. Wenner, karena saya juga mengharapkan yang terbaik dari anda."
"Saya mengerti. Kita saling memberikan yang terbaik. Saya akan membantu memberikan ide-ide desain terbaik saya."
"Terima kasih, Mr. Wenner. Saya sangat terkesan dengan bangunan-bangunan rancangan anda di New York. Semua menawarkan ide desain yang tidak biasa, tetapi tetap manusiawi."
"Itu memang inti setiap hasil rancangan saya, Mr. Narendra. Saya ingin bangunan yang saya desain tidak egois, tetap harmonis dengan lingkungan di sekelilingnya dan dengan manusia-manusia penggunanya,” kata Richard, menjelaskan tema utama yang selalu ia usung dalam rancangannya.
"Itu konsep yang sangat menarik minat saya, Mr. Wenner," komentar Pak Narendra seraya tersenyum kagum mendengar penjelasan Richard.
Richard tersenyum lega. Akhirnya ia bertemu dengan ayah Dara. Pak Narendra Pratama persis seperti yang sudah ia bayangkan, seorang lelaki cerdas dan pemberani. Seorang pebisnis handal, karena itulah ia mampu meraih sukses hingga sejauh ini.
Dalam sekejap, Richard segera saja merasa cocok berbincang-bincang dengan ayah Dara. Sebaliknya, Pak Narendra pun tampak menyukai Richard Wenner. Ia percaya, keputusannya menerima Richard Wenner bergabung dengan perusahaannya adalah keputusan yang tepat. Ia yakin, Richard Wenner mampu menawarkan sesuatu yang baru untuk PT. Narendra Property.
Pak Narendra Pratama tersenyum senang.
Besok Dara pasti terkejut sekali jika tahu di kantornya akan ada staf baru yang secerdas dan sekeren Richard Wenner. Apalagi Richard Wenner juga lulusan Universitas Columbia sama seperti Dara, batin Pak Narendra, tidak sabar ingin memberi kejutan pada anak gadisnya itu.
**==========**
Hai, lanjut lagi ya ceritanya. Semoga masih betah bacanya 😊
Salam,
Arumi
KAMU SEDANG MEMBACA
From America With Love
Roman d'amourDara meninggalkan New York dan meninggalkan Brad Smith, cowok Amerika yang baru mulai dekat dengannya. Setelah lulus kuliah, Dara memilih berbakti dahulu pada orang tuanya. Richard Wenner seorang arsitek yang masih penasaran pada Dara dan berprinsi...