"Kita turun di sini, Brad. Ayo siap-siap!" ucap Dara saat Trans Jakarta yang mereka tumpangi sampai di halte Kota.
Brad mengikuti Dara mengantri di belakang penumpang lain yang juga ingin keluar dari bus ini, karena halte ini memang pemberhentian terakhir bus Trans Jakarta jurusan Blok M Kota.
"Ini namanya kota tua Jakarta. Di sinilah Jakarta bermula, dulu namanya masih Batavia."
Dara mulai menjelaskan pada Brad setelah mereka melangkah masuk ke lapangan di depan Museum Fatahillah yang kini sudah dipenuhi orang.
"Kamu benar-benar mengajakku ke tempat ramai," sindir Brad.
Dara tersenyum.
"Di sini aman, kan?" ucapannya itu bukan pertanyaan, lebih tepat pernyataan kelegaannya.
"Aman dari apa?" tanya Brad.
Dara menoleh sesaat kepada Brad yang berjalan di sebelah kanannya.
“Aman dari keadaan hanya berduaan denganmu," jawab Dara.
Brad tersenyum sedikit sinis.
“Padahal kamu dengan santainya duduk berduaan dengan Richard. Tetapi denganku, kamu selalu menghindar," sindir Brad.
“Aku nggak pernah berduaan dengan Richard. Lagipula, aku memang merasa aman bersama Richard, karena aku nggak punya perasaan apa-apa padanya, walau jujur, aku mengagumi ide-idenya yang seringkali spektakular saat merancang sebuah bangunan," sergah Dara membela diri.
Brad berhenti, membuat Dara ikut berhenti.
“Oh, jadi kamu sering kagum dengan kehebatan Richard ya? Kapan kamu pernah kagum dengan permainan pianoku?" sindir Brad lagi, kali ini sindiran itu terdengar agak ketus.
“Brad, please, jangan cemburu lagi pada Richard. Seberapa pun hebatnya Richard, kenyataannya aku tetap lebih memilihmu," sahut Dara.
Ucapan Dara itu seketika membuat ekspresi kesal Brad berubah, seulas senyum perlahan terbentuk di bibirnya.
Tapi tiba-tiba saja ia menghentikan senyumnya.
“Jadi, menurutmu Richard hebat ya? Dan aku nggak sehebat Richard?" tanya Brad lagi.
“Brad, please... Kenapa kamu nggak mengerti juga maksudku sih?"
Dara memberengut, ia mulai malas mendebat Brad lagi, ia datang ke sini ingin mengajak Brad menikmati suasana kota tua ini, bukan untuk saling berdebat.
“Aku hanya ingin, kamu jangan sering-sering bilang Richard hebat di depanku," sahut Brad mengingatkan.
“Kamu ini mudah sekali cemburu, Brad," cetus Dara.
Brad sudah tidak menyahut lagi. Perhatiannya mulai teralih pada keadaan hiruk pikuk di sekitarnya.
Sepertinya akan ada perjalanan menelusuri kota tua ini, ada beberapa barisan orang yang sudah bersiap akan berjalan, masing-masing dengan pemandu.
Ada deretan sepeda yang disewakan bagi pengunjung yang ingin berkeliling tempat ini sambil bersepeda. Lalu Brad melihat deretan kios makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
From America With Love
Storie d'amoreDara meninggalkan New York dan meninggalkan Brad Smith, cowok Amerika yang baru mulai dekat dengannya. Setelah lulus kuliah, Dara memilih berbakti dahulu pada orang tuanya. Richard Wenner seorang arsitek yang masih penasaran pada Dara dan berprinsi...