11. Dikejutkan Si Mata Biru

108 29 2
                                    

Dara sudah sering dibuat terkejut oleh beberapa orang. Yang paling sering membuatnya terkejut tentu saja Ranadrian kakaknya. Kakak laki-laki satu-satunya itu senang sekali mengerjai Dara. 

Tapi kejutan hari ini benar-benar kejutan luar biasa yang membuat jantung Dara hampir copot. Mata Dara membelalak, ia terperangah, membuat bibirnya yang lembut setengah terbuka.

"Mr. Richard Wenner saya tugaskan sebagai arsitek senior yang akan memperkuat tim konsultan desain kita. Keahlian Mr. Richard Wenner mendesain bangunan bertingkat tinggi tidak diragukan lagi. Sarjana strata 2, jurusan arsitektur Universitas Columbia. Satu kampus denganmu, Dara," ucap Pak Narendra mengenalkan pegawai baru dari luar negeri yang didengung-dengungkannya sudah seminggu ini.  

Pak Narendra mengalihkan pandangannya pada Dara yang masih tertegun seolah tak percaya dengan penglihatan dan pendengarannya. 

Richard Wenner! Bekerja di perusahaan ayahnya. Satu gedung dengannya, bahkan mereka akan berada di lantai yang sama. Bagaimana bisa? Bukankah dua bulan lalu Richard masih berada di New York yang jauhnya bermil-mil dari Kota Jakarta ini?

Apa ini mimpi? batin Dara masih meragukan apa yang dilihatnya saat ini.

"Pengalaman Mr. Richard Wenner sangat luar biasa. Saya merasa beruntung, Mr. Wenner bersedia bergabung dengan tim saya. Saya yakin, proyek kita selanjutnya pasti akan menjadi luar biasa dengan sentuhan desain dan pemikiran Mr. Richard Wenner," lanjut Pak Narendra seraya mengalihkan pandangannya kepada Richard dan tersenyum.

Richard balas tersenyum sembari mengangguk memberi hormat. Pak Narendra mengenalkannya pada semua pegawai bagian konsultan dalam bahasa Inggris, sehingga Richard dapat mengerti setiap kata yang diucapkan Pak Narendra.

Hello everyoneThank you for accepting me here. I am very honoured. Saya harap kita bisa bekerjasama dengan baik," ucap Richard memberi salam kepada kurang lebih dua puluh lima orang yang duduk mengelilingi meja pertemuan berbentuk oval ini dengan perhatian semuanya terpusat padanya.

Richard tersenyum pada semuanya dan memandangi wajah-wajah calon rekan kerjanya satu per satu. Senyumnya semakin lebar saat pandangannya sampai pada wajah cantik Dara. 

Dara yang masih diselimuti rasa terkejut tak sanggup membalas senyum Richard. Ia malah memberengut dan mengernyitkan matanya.

Dara jelas menahan kesal pada Richard karena merasa telah dipermainkan. Mengapa Richard sama sekali tidak pernah membicarakan rencananya bekerja di sini kepada Dara? Padahal hampir setiap kali lelaki berambut pirang itu mengirim pesan menanyakan kabarnya. 

Apa sebenarnya maksud Richard bekerja di sini? Padahal Dara yakin sekali, Richard punya karir cemerlang di New York. Untuk apa ia membuang dirinya ke Jakarta? Semua pertanyaan itu bermunculan di dalam kepala Dara.

Usai acara pertemuan intern tim konsultan desain ini, Pak Narendra ayah Dara memanggil Dara.

"Dara, mulai hari ini Mr. Richard Wenner akan bergabung dalam tim konsultan desain kita. Ayah harap kau bisa ikut menjelaskan apa pun tentang perusahaan kita ini pada Mr. Richard Wenner. Oya, Richard juga lulusan Universitas Columbia loh. Satu almamater denganmu, kan? Ayah yakin, banyak yang bisa kalian berdua diskusikan," ucap Pak Narendra di hadapan Dara dan Richard Wenner. 

Richard tersenyum, menahan rasa senangnya, sementara Dara hanya tersenyum samar masih menyimpan rasa kesalnya. 

"Aku sudah mengenalnya, Ayah," sahut Dara, mengejutkan Pak Narendra.

"Oya? Kalian sudah saling kenal?" tanya Pak Narendra sambil terbelalak.

"Tentu saja! Kami kan satu kampus. Beberapa kali kami bertemu di New York. Memangnya Mr. Richard Wenner tidak pernah cerita?" jawab Dara bernada menyindir.

From America With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang