23. Tugas Di Luar Kota

122 21 0
                                    

Lea mulai berpikir, mengapa seseorang seperti Richard mau bersusah payah berteguh hati menjalankan ibadahnya? Sementara ia yang sudah terlahir dalam keluarga muslim seringkali mengabaikan ibadah wajibnya? Membuat Lea terkadang malu tiap kali mendapati Richard lebih tekun beribadah dibanding dirinya. 

Seperti saat bulan puasa ini. Selama seminggu mereka berdua harus melihat lokasi proyek yang berada di Surabaya. Perjalanan jauh dan cuaca panas membuat Lea tak mampu menahan haus. 

Lapar masih mampu ia tahan, tetapi ia mulai merasa kehausan. Membuatnya merasa tak apa-apa jika ia berbuka puasa. Bukankah ia bisa disebut sebagai musafir yang telah menempuh perjalanan jauh?

Dara terkejut saat Richard memergokinya sedang meminum sebotol air mineral. Lelaki bermata biru itu terbelalak heran.

"Oh, kamu sedang berhalangan puasa ya?" tanya Richard.

Lea sempat merasa kesal dengan pertanyaan Richard itu. Ia heran, mengapa Richard usil sekali selalu mencampuri urusan orang lain? Ia berpuasa atau tidak berpuasa bukan urusan Richard, kan?

"Nggak. Aku cuma nggak tahan haus. Di sini panas sekali. Dan kita baru saja menempuh perjalanan jauh. Menurutku, nggak apa-apa aku membatalkan puasa sekarang. Daripada nanti pingsan," jawab Lea.

Richard tersenyum.

"Kalau kamu memang nggak sanggup melanjutkan puasa, nggak apa-apa berbuka sekarang," komentar Richard.

Richard mengucapkan kalimat itu dengan suara datar, namun entah mengapa Lea merasa tersindir. Mungkin karena dalam hatinya terdalam ia sadar, jika ia mau, sebenarnya ia masih bisa menahan diri untuk tidak minum sekarang.

"Memangnya kamu nggak haus, Sir?" tanya Lea.

Richard mengangkat kedua alisnya.

"Bagiku yang sudah terbiasa berpuasa di New York selama hampir delapan belas jam, puasa di Indonesia bukanlah seusatu yang berat. Beruntung sekali penduduk muslim di negeri ini. Cuaca di negara tropis cenderung lebih stabil, dan saat bulan Ramadan, lebih banyak yang berpuasa daripada yang tidak berpuasa. Aku bukan menggampangkan, tapi sungguh, buatku berpuasa di Indonesia lebih mudah daripada berpuasa di New York," jawab Richard agak panjang.

Lea menelan ludah. Benar dugaannya, Richard jelas sedang menyindirnya secara halus. Dengan kata lain Richard ingin mengatakan, seharusnya ia mampu tetap menahan diri untuk berpuasa, karena seberat-beratnya puasa di sini, masih lebih berat puasa di New York.

"Ah, kamu beruntung sekali, Mr. Wenner. Sudah berpengalaman berpuasa dengan tantangan yang lebih berat," sahut Lea, membalas sindiran Richard secara halus juga.

Richard hanya tersenyum. Namun karena ucapan Richard, walau pun puasanya hari ini sudah jelas batal, Lea enggan untuk makan. Bahkan ia tidak minum lagi sampai akhirnya waktu magrib tiba. 

Lea merasa malu sendiri. Walau ia lihat di lokasi proyek ini beberapa pekerja proyek ada yang dengan santai melahap makan siang. Ia mencoba maklum. Pekerjaan membangun gedung memang pekerjaan yang berat. Sangat menguras energi. 

Satu jam sebelum waktu maghrib, kegiatan di proyek ini dihentikan. Selama bulan Ramadan, kebijakan manajer proyek menghentikan seluruh kegiatan di lokasi proyek sejak pukul lima sore sampai pukul delapan malam. Mulai pukul delapan malam, shift malam untuk pekerja yang bertugas malam hari sudah dimulai lagi.

From America With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang