5. Dua Lelaki Yang Berkompetisi

148 49 12
                                    

Wajah Brad Smith murung selama perjalanan menuju bandara. Ia memaksa mengantar Dara dengan mobilnya yang ia kendarai sendiri. Brad juga memaksa Dara duduk di sampingnya, walau semula Dara bersikeras ingin duduk di kursi penumpang bagian belakang. 

Brad memohon pada Dara untuk terakhir kalinya bersedia duduk di sampingnya. 

Brad berjanji tidak akan berbuat macam-macam pada Dara. Sebesar apa pun keinginannya untuk memeluk Dara sebelum mereka berpisah, Brad sadar itu tidak boleh ia lakukan.

Sesekali Dara melirik ke arah Brad yang serius menyetir dengan pandangan lurus ke depan. Dara sama sedihnya dengan Brad, walau pun bercampur lega. 

Sedih tapi lega? Ini memang perasaan yang aneh. Ia sedih harus berpisah dari Brad.  Tapi ia lega, jauh dari Brad bisa menyelamatkan perasaannya. Terlalu lama berdekatan dalam keadaan masih bukan muhrim membuat cemas Dara.  

Setelah mereka tidak tinggal satu kota lagi, Dara tak perlu merasa tersiksa, berada di dekat Brad tetapi tak bisa saling bersentuhan dan saling menggoda.

"Kenapa kamu kelihatan senang akan berpisah denganku?" tanya Brad tiba-tiba, mengejutkan Dara yang sedang asyik tenggelam dalam renungannya dan tanpa sengaja tersenyum geli sendiri.

Dara menoleh kepada Brad, dan mendapati pemuda tampan itu juga menoleh ke arahnya sekilas dengan ekspresi gusar.

"Siapa yang senang?" tanya Dara sembari mengernyitkan matanya.

"Kamu senyum-senyum tadi," cetus Brad.

"Aku tersenyum melihat wajah cemasmu.”

"Kamu senang melihatku cemas?"

"Bukan begitu. Aku tersenyum karena kamu lucu sekali merasa cemas. Padahal kamu nggak perlu cemas.”

Brad kembali fokus memandang lurus ke depan.

"Siapa yang nggak cemas? Kita akan tinggal terpisah bermil-mil jauhnya. Aku nggak bisa memastikan apa yang akan terjadi denganmu di sana. Jangan-jangan kamu ....." ucapnya menggantung.

"Jangan-jangan aku kenapa?" tanya Dara, walau ia bisa menebak apa kelanjutan kalimat Brad. 

"Entahlah, di sana kamu akan bertemu teman-temanmu."

"Di sini juga kamu bertemu teman-temanmu."

Brad tidak menoleh. Pandangannya masih lurus ke depan. Memperhatikan jalanan di hadapannya. Dalam hatinya berkecamuk resah.

"Kamu sudah berjanji akan setia padaku, kan Dara?" tanya Brad.

"Kalau kamu setia padaku, aku juga akan setia padamu," jawab Dara tenang.

Brad tertawa kecil.

"Aku sudah pasti akan setia padamu. Justru kamu yang membuatku khawatir," sahut Brad.

Seketika Dara memalingkan kepalanya ke arah Brad.

"Kenapa? Kamu meragukan kesetiaanku?" tanyanya gusar.

"Kamu selalu saja bilang, kalau kita memang ditakdirkan berjodoh, pasti kita akan bertemu lagi. Aku nggak akan pasrah begitu saja, Dara. Aku akan berjuang supaya bisa bersama kamu," jawab Brad tegas.

From America With LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang