Dari balik sebuah dinding yang terbuat dari anyaman bambu itu terbaring seorang yang kini berkelana di alam mimpi. Sakit yang beberapa waktu lalu ia rasakan seolah membuatnya jadi lelah akan semua hal. Matanya perlahan bergerak, dan untuk pertama kali ia benar-benar melihat cahaya matahari yang menerobos dinding bambu yang sedikit berlubang. Netranya menatap sekitar, tapi berikutnya rasa sakit di bahunya membuat Lin kembali pada tempatnya.
Dia berada pada sebuah rumah kecil dan sederhana. Dinding-dindingnya terbuat dari anyaman bambu, dan atapnya mulai menghitam. Dia tak menemukan siapapun di sana selain air minum pada sebuah gelas dari bambu di atas meja tepat di samping ia berbaring.
Tak lama, seorang datang dengan membawa dua orang di belakangnya. Kakek tua itu terlihat sangat renta, umurnya mungkin sudah menginjak 80 tahun lebih. Dibelakangnya dua orang laki-laki dengan baju batik. Mereka tersenyum kala melihat Lin yang sudah sadar.
"Kamu sudah bangun, Nak?" Si Kakek melangkahkan kakinya dengan pelan ke arah Lin, remaja itu bisa dengan jelas melihat raut gembira dari pria tua itu. Lin mengangguk ketika kakek itu sudah berada di sampingnya.
"Kamu sekarang baik-baik saja, Nak. Kakek ini yang sudah menyelamatkanmu tadi pagi. Kamu bisa dengar suara saya?" Salah seorang dari laki-laki itu bertanya. Dan Lin hanya mengangguk.
"Kami sudah menghubungi kepolisian, di sana keluargamu juga khawatir."
"Be—benarkah?" Laki-laki itu mengangguk.
"Sekarang, bertahanlah sampai petugas kepolisian datang. Kami tidak tahu apa yang salah dengan tubuhmu. Tidak ada luka luar, apa ada yang sakit?" Lin mengangguk dengan lemah.
"Maaf, masyarakat di sini tidak ada yang bisa melakukan pengobatan untuk luka dalam. Jadi bersabarlah sebentar lagi."
Lin bisa mendengar Si Kakek kembali berbincang dengan dua orang di dekatnya. Tapi ia tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan. Tubuhnya sama sekali tidak bisa ia gerakkan. Apa yang terjadi dengannya? Apa yang terjadi sebenarnya?!
Bisakah seseorang menjelaskan bagaimana bisa hal ini terjadi padanya?
🍁🍁🍁
Dalam begitu banyak masalah, Renan tidak pernah melihat Ronata bisa emosi seperti ini. Ibu dua anak itu berdiri di dekat pintu sambil menggigiti kukunya. Pencarian Lin belum bisa dilakukan karena waktu kehilangannya belum sampai 2×24 jam.
Mungkin saat inilah Ronata bisa merasakan. anaknya sedang dalam bahaya. Kalau tidak, mungkin ia akan menjawab telpon dari Dewa bukan malah menolaknya.
"Bu Ronata, maaf ..." Seorang petugas kepolisian datang menghampiri Ronata. Renan ikut bangkit dari duduknya untuk mendekat.
"Kami mendapatkan sebuah panggilan dari pelosok desa yang sangat jauh dari sini. Di sana telah ditemukan sosok remaja yang masih menggunakan seragam, mungkin ..." Ronata membelalakkan matanya.
"Anak saya pakai seragam sekolah terakhir kali kami melihatnya ..." Katanya lirih. Petugas itu mengangguk.
"Apa anak Anda berwajah putih, dengan tinggi sekitar 170 cm?" Renan mengangguk. Ia mengepalkan tangan. Belum siap mendengar kalimat selanjutnya dari laki-laki di hadapannya.
"Kita bisa langsung ke tempat kejadian untuk memastikan apakah itu benar-benar anak Anda atau bukan. Untuk ke sana, kita memerlukan waktu sekitar 3 jam, apa Anda keberatan?"
Jangankan tiga jam, butuh waktu berpuluh-puluh jam pun Ronata siap melakukannya. Firasatnya tidak pernah berbohong, Lin dalam bahaya. Dan dia tidak ada di sana hanya untuk mengatakan, "tidak apa-apa ...".
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Arjuna✓
Novela JuvenilLinggara tak pernah menyangka ada kehidupan serumit hidupnya. Sosok ayah yang misterius membuat harinya dipenuhi dengan tanda tanya yang tak dapat dijawab siapapun. Ketika ia merasa sedih kala sang ayah mudah tersulut emosi, disaat yang sama ia mera...