04 - Shower

1.7K 128 103
                                    

️⚠️TW : kekerasan fisik, adegan tidak nyaman⚠️

[Sebelumnya] "Jadi, sebagai suami dan ayah yang baik, kamu harus berkorban. Aku betul, kan?"

Bagas kembali mengangguk lemah. Kepalanya mulai pening terlalu lama dijambak keras.

"Nah, kalau nurut kayak gini aku jadi tambah sayang." Valencia merasa puas. Ia kecup dahi Bagas yang agak lembap dengan keringat, lalu melepas jambakan dari rambut kusut sang pria malang.

Kini, tangan perempuan gila itu bergerak untuk membuka kancing dan ritsleting celana kain Bagasㅡyang sejak kemarin belum diganti.

"Angkat pinggul kamu, mau aku buka," ucap Valencia dingin.

Bagas menatap tajam. Di balik mulut yang terlakban, ia memaki-maki dalam keterdiaman.

"Angkat! Denger, gak?!" Suara Valencia mulai naik agresif. Matanya menyala-nyala sekali.

Bagas tak punya pilihan lain. Ia mengangkat pinggul, membuat orang gila itu melucuti semua celananya dengan mudah. Wanita itu tersenyum senang, lalu tertawa melihat keadaan menyedihkan Bagas.

Bagas tak mau menatap tubuhnya sama sekali. Malu pada diri sendiri, malu pada Sang Khalik. Ia menatap ke kiri, pada tembok licin yang ternyata terdapat handycam juga di sanaㅡdi pojok kamar mandi. Bagas menunduk, tak mau menatap diri yang sudah hilang harga diri.

Valencia tersenyum. Ia kini berjongkok di sebelah Bagas yang duduk di lantai kamar mandi. Dengan tak tahu diri, menyuruh Bagas buang air saja tanpa privasi, tanpa peduli bagaimana harga diri si lelaki

Bagas tidak mau, pasti. Ia masih menatap rendah ke kiri, belum mengeluarkan air seni yang sebenarnya sudah membuat perut bawah nyeri. Lantas, wanita gila itu kembali merayu agar Bagas rileks saja dengannya di sini.

Iya juga. Untuk apa Bagas malu? Bukannya semua harga dirinya telah diinjak sampai hancur? Bahkan, sudah tak berbaju di depan wanita gila itu.

Bagas tak ada pilihan. Pria yang terbogol tangan-kaki, terlakban mulut, dan terikat lehernya itu pun mengeluarkan air kencing di situ sebab sudah tidak mungkin untuk terus menahan. Duduk di lantai kamar mandi dengan kaki terjulur ke depan, dengan kepala terus menunduk dalam.

Valencia tersenyum tanpa dosa. Bertanya-tanya manis pula, tapi sesungguhnya menjijikkan. Lalu, pria itu tak merespons apa-apa. Terus menengok kiri dengan kepala yang ditundukkan.

"Sebentar, ya."

Valencia berkata manis terus, lalu berdiri tuk mengambil sebuah kursi yang tersedia di sana. Meletakkannya di bawah shower, kemudian mengambil gunting, dan kembali menghampiri Bagas. Lalu, ia menggunting celana Bagas yang tersangkut di ujung rantai borgol kaki.

Bagas menatap tajam wajah Valencia yang sedang tak menatap dirinya.

"Ayo, Sayang, berdiri. Kita mandi dulu." Valencia memegang kedua bahu Bagas.

Lelaki itu bergeming, tak bergerak. Malah menundukkan kepala.

"Gas? Ayo..." ajaknya lagi dengan lembut.

Wajah tertunduk Bagas tertutup poni. Valencia menyibaknya. Menggenggam rahang, lalu menariknya pelan supaya menghadap. Mata pria itu tajam, tapi basah dan memerah.

"Darling, don't cry... it's okay, I won't hurt you. I just want you to take a shower, hm?" ucap perempuan itu begitu lembut.

Manik berkaca-kaca Bagas menatap penuh dendam. Ia tak mau bangkit untuk mandi di kamar mandi kaca.

"Ayo, Gas. Mandi dulu biar wangi. Habis itu, aku suapin kamu sarapan," bujuk Valencia lagi, begitu manis.

Bagas masih diam dan hening. Tak mau bergerak berdiri. Pandangan tajamnya semakin berair.

34 DAYS HOSTAGE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang