18 - Failed Love

879 100 122
                                    

Lusa ya, saya tunggu kabar dari kamu

Baik mba...
Saya nanti kabarin secepatnya ya mba

__________________________

Hari ke-30 penyanderaan.

Asap rokok diembuskan tepat di wajah, membuat si perokok pasif memejam dan terpaksa menahan napas supaya asap tidak masuk ke paru-parunya.

Dada bagian kiri Bagas sudah beberapa hari ini kerap terasa nyeri seperti ditusuk. Tidak terlalu sakit, masih bisa ditahan. Namun, tusukan-tusukan tipis tersebut kian sering terasa, apalagi saat sedang menangis atau merasa sedih dan marah.

"Kamu gak mau nyebat?" Valencia duduk di atas paha Bagas yang tertutup selimut.

Bagas yang berbaring di atas dua bantal tersusun itu hanya diam, ia malas menjawab dan memang kondisi tubuhnya lemah.

"Kalau ditanya tuh jawab!" ujar wanita itu sinis.

"Gak." Satu jawaban singkat meluncur dari mulut Bagas.

"Gak apa? Gak mau nyebat?"

Bagas mengangguk.

"Dulu kamu ngerokok, aku inget." Valencia tersenyum.

Bagas tidak peduli. Ia tetap bergeming.

"Kamu tau sejak kapan aku jadi suka ngerokok?" Ia mengetuk-ngetuk pelan lintingan rokoknya ke bibir asbak, di sebelah pinggang Bagas.

Lelaki itu setia dalam bungkam tak berdayanya. Juga, sangat tak berminat berbincang tak penting dengan si penyandera.

"Sejak kamu nikah sama Alma."

Bagas melirik sedikit, namun hanya sedikit. Tatapannya kembali menepi.

"Aku gak sering, sih... cuman kadang-kadang aja kalau lagi kepengen," oceh wanita itu lagi.

"Kaki gue sakit," ucap Bagas pelan dan serak.

Bagaimana tidak mau sakit? Tubuh Bagas itu sudah ringkih sering sakit, kemudian diduduki Valencia sudah kurang lebih 35 menit.

"Sakit terus alesannya," gumam Valencia meremehkan, lalu membuang asap rokoknya sambil menatap Bagas yang lebih rendah posisinya.

"Gue gak alesan..." Mata Bagas sayu, menahan segala rasa tak nyaman yang menyerbu tubuh. Ia tak dapat lagi merasakan ujung-ujung kuku. Rasanya seperti sudah beku.

Valencia berdecak, terpaksa turun dari paha Bagas. "Kamu tuh makanya makan yang banyak, biar gak sakit-sakitan! Udah dikasih makanan dan minuman bergizi, selalu makannya dikit, makanya sakit-sakitan." Wanita itu mengomel-omel.

Bagas diam saja dengan wajah yang agak meringis menahan sakit. Seluruh tubuhnya seperti kebas, ngilu, dan agak menggigil. Tidak. Bagas tidak mau sakit lagi. Tapi... apa itu penting? Menunda kematian berarti memupuk derita, bukan? Jadi, sepertinya lebih baik mati sekalian.

"Val..." Bagas memanggil pelan.

"Apa, Sayang?" Valencia mengecup pipi Bagas, lalu membaringkan kepala di dada kiri Bagas, pada luka yang sudah mengering meninggalkan bekas 'VB' menjijikkan.

34 DAYS HOSTAGE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang