10 - A Hope

939 115 97
                                    

Hari ke-14 penyanderaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ke-14 penyanderaan.

Pukul 12 siang sekarang. Guliran waktu terasa begitu alot dan lama. Sehari rasanya seperti seminggu bagi Bagas. Lalu kini, sudah 14 hari lamanya. Berarti, terasa seperti 14 minggu alias 98 hari bagi Bagas.

Selama 14 hari ini, sudah tak terhitung berapa banyak tamparan dan jambakan yang diterima Bagas. Sudah tak terhitung juga berapa kali bentakan dan makian yang Bagas telan. Dan... sudah 5 kali Bagas diperkosa setelah dicekoki obat perangsang. Dijadikan pelampiasan fantasi seks Valencia yang ganas tak biasa.

Hari ini, setelah dimandikan oleh Valencia, Bagas diberi kesempatan untuk melihat dunia luar dari jendela kamar. Ia duduk dengan tangan kaki yang masih terborgol tentunya.

Tubuh segar Bagas dilapisi handuk lebar. Rambut basah wanginya sedang disisiri si penyandera. Wajahnya pucat dengan bibir agak kebiruan. Ekspresinya kosong mengawang. Pipinya tak lagi merah, sudah dua hari tidak ditampar karena Bagas sudah tak banyak bicara. Hanya diam saja.

Selesai menyisiri rambut Bagas dengan gaya yang Valencia sukai, yaitu gaya belah pinggir ke belakang, wanita itu pergi ke hadapan Bagas. Sedikit membungkuk, hendak melihat iras Bagas yang tampan tapi tak berjiwa.

"Ganteng banget Sayangnya aku." Valencia tersenyum gemas, lalu mengecup pipi dan dahi Bagas.

Bagas diam saja, setia dengan raut kosong datarnya. Namun, benaknya sangat-sangat ribut dan berputar-putar. Hati dan harga diri porak-poranda, hancur tak bersisa.

"Kita makan siang dulu, yah? Abis itu kita berdua bobok siang," ujar Valencia lagi.

Lelaki itu mengangkat pandangannya pada Valencia. "Vale," panggilnya.

"Ya, Sayang?"

"Gue mau sholat. Selama di sini, gue gak pernah bisa sholat," ujarnya datar dengan kantung mata yang gelap.

Dahi Valencia mengerut, seperti meremehkan dan tak mau setuju.

Dengan rendah dan perlahan, Bagas kembali berucap, "lo jagain gue ambil wudhu. Gue minta kain apa aja buat tutup aurat gue. Gak banyak, yang penting perut sampai lutut gue ketutup. Gue gak minta buka borgol. Gue sholat di sini. Gue gak ke mana-mana. Gue cuma mau sholat." Sorot mata Bagas datar tak bernyawa. Intonasinya monoton tak bernada.

Valencia menatap wajah dan mata itu. Wajah tampan yang sudah tak punya ekspresi apapun. Depresi parah merenggut rona muka Bagas yang dulu. Senyum manis Bagas yang selalu jadi candu Valencia tak pernah terlihat lagi sekali pun.

Valencia menghela napas, kemudian mengangguk tanda mengizinkan.

"Makasih," ucap lelaki itu datar, lalu berdiri dari kursi. Melangkah kecil-kecil dan pelan karena rantai borgol kaki yang pendek.

Perempuan itu menatap Bagas dari belakang. Beberapa sekon memandang, ia bersuara, "kenapa kamu sekarang gak pernah minta dibebasin lagi?"

Pertanyaan Valencia membuat Bagas menoleh dan membalikkan badan. Ia diam tak menjawab, hanya menatap datar dari kejauhan. Sorot lelah tertekan begitu pekat, lambang depresi jiwa yang kental.

34 DAYS HOSTAGE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang