25 - Home

837 112 55
                                    

Tanggal 3 Desember.

Kedatangan Valeria dan Ten tepat di saat Bagas diperbolehkan pulang ternyata untuk menjenguk sekaligus membawa kabar, bahwa persidangan kasus akan dilakukan pada bulan-bulan iniㅡbelum pasti tanggalnya. Sebab, barang bukti telah terkumpul lumayan banyak.

Proses penyidikan berjalan lancar. Valeria dan sepaket pembantu Valencia sudah melewati pemeriksaan oleh penyidik. Tinggal Bagas saja yang belum diperiksa karena sakit 8 hari.

Valeria sudah menyiapkan seorang penasihat hukum untuk mendampingi Bagas dan keluarga dalam menjalani kasus ini. Benar, ia lagi yang membayar sebagai bentuk tanggung jawab dan kepedulian.

Pasutri kaya itu tidak bisa berlama-lama di Indonesia. Namun jika dibutuhkan, Valeria akan kembali mengunjungi Indonesia. Ten dan keluarganya yang juga kaya pun tidak keberatan. Setelah mengetahui banyak hal tentang kasus Bagas, mereka merasa tak ada salahnya membantu orang yang sedang kesusahan.

Apalagi, Bagas bukan orang berada. Jika tidak ada yang mau 'membantu', besar kemungkinan kasus penyanderaan kejam ini akan berakhir 'tragis'. Karena Valencia orang berduit. Yang mana terkadang, di negara ini, keadilan bisa 'dibeli'. Betul, begitu banyak tanda kutip di paragraf ini.

Bagas keluar dari rumah sakit bersama istri, anak, ibu, dan adiknya. Sedangkan ayahnya, menjemput mereka dengan mobil pinjaman, stand by di parkiran rumah sakit. Para mertuaㅡorangtua Alma, menunggu di kontrakan sambil melayani kerumunan wartawan yang meminta banyak penjelasan.

Tiba di area luar rumah sakit, Bagas mengarahkan manik ke kanan dan kiri. Terdapat banyak manusia dengan kamera-kamera besar menyorot ke arah diri.

Meski pawa awak media hanya mengambil gambar dan rekaman dirinya dari kejauhan karena sudah diwanti-wanti pihak rumah sakit, Bagas tetap merasa kurang nyaman. Ia malu, tak ingin dikenal dengan cara seperti ini, tapi apa boleh buat?

Kalau tidak viral karena netizens, mungkin Bagas akan benar-benar berakhir di atas ranjang Valencia. Jadi...

"Syukuri aja, jalanin aja," ucapnya dalam hati.

Dengan penuh usaha menghilangkan rasa malu, Bagas dan keluarganya pun sampai di parkiran rumah sakit, lantas memasuki mobil, dan meninggalkan tempat yang merawat Bagas selama 8 hari.

"Pa, itu wartawan-wartawan nimbole mo suruh pigi? Mama Evi bilang kata, di rumah leh so banya skali dorang." (Pa, wartawan-wartawan itu gak bisa disuruh pergi? Kata Mama Evi, di rumah juga udah banyak banget mereka). Purnama bertanya pada Papanya yang tengah mengemudi.

"Nimbole. Ngana kira dorang mo pigi? So bagitu kasiang. Mo bagimana leh, satu Indonesia so tau." (Gak bisa. Kamu pikir mereka mau pergi? Memang begitu. Mau bagaimana lagi, satu Indonesia sudah tau). Si Papa kedengaran pasrah sambil mengemudikan mobil pinjaman.

Bagas yang duduk di tengah tidak nimbrung. Ia hanya menatap jalanan sambil memikirkan percakapan ayah dan adiknya itu. Berita ia yang diculik serta diperkosa sudah merebak luas. Jadi, apa Bagas sekarang mempermalukan keluarga, ya? Belum bisa membantu ekonomi keluarga dengan benar, kini malah mempermalukan.

Bagas tidak bersalah. Ia adalah korban. Namun, tidak bisa mengontrol pikiran yang tiba-tiba pundung dan merasa salah. Alma yang tengah diam, duduk sambil menggendong Andra... apa Bagas akan mempermalukan mereka juga? Pikiran lelaki itu sudah bercabang.

Tiba-tiba Santi, Mamanya, menggenggam tangan tanpa bersuara. Bagas sedikit tersadar, menengok ke bawah pada lima jemari yang sudah digenggam oleh Mama yang begitu cantik. Paras mereka mirip.

34 DAYS HOSTAGE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang