⚠️Disturbing content/adegan tidak nyaman⚠️
............
Air mata Alma mengalir, bukan karena sakitnya kontraksi, namun teringat sang suami yang tak bisa hadir dan menemaninya di sisi. Padahal, lelaki itu berjanji akan selalu ada menjaga dan mendampingi saat Alma akan melahirkan nanti.
"Kak Bagas... Kak Bagas, perut aku sakit..." Terisak lirih dengan bahu bergetar. Memegang perutnya. Menangisi dua jenis rasa sakit yang berlomba-lomba menderanya.
Tapi Alma harus tabah dan kuat. Ia harus bisa melewati semua keadaan. Perlahan-lahan, ia pun coba berdiri dari ranjang. Berusaha berjalan menuju luar kamar sambil memegangi perutnya. Sesekali menutup mata dan menggigit bibir, berusaha mengatur napas. Namun, sukar sekali rasanya.
Setelah menyeret empat langkah, Alma tak dapat berjalan lebih jauh lagi, perut dan pinggangnya terlalu sakit. Ia tidak mampu lagi berdiri, lantas terduduk di ubin.
"Awh, aaah..."
Kembali meringis, hanya mampu merintih dan merintih. Berusaha menuju tembok untuk sekadar bersandar sedikit. Ia seret tubuh di lantai sebab kesusahan untuk bangkit.
Permukaan tembok ruang tamu kontrakan pun Alma raih. Menggeser tubuh sedikit demi sedikit, lantas bersandar pada dinding. Melanjutkan desahan dan rintihan sakitnya kontraksi.
"Ya Allah, Alma gak kuat lagi..." Ia memejamkan mata, meremas baju, kemudian bernapas dari mulut seperti meniup.
Entah sudah pembukaan berapa. Alma tidak tahu. Kemarin pukul 7 malam, baru pembukaan 1. Sekarang, pukul 9 pagi, tidak tahu sudah berapa. Yang jelas, sudah sakit dan intens sekali yang dirasakan.
Sebenarnya, sudah sejak subuh merasakan sakit sesekali. Namun, Alma ingat kata-kata tenaga medis di puskesmas kemarin: bila sakitnya belum terlalu, tandanya pembukaan belum sempurna. Lalu yang Alma rasa subuh tadi, masih bisa ia tahan meski sudah mulai-mulai menanjak.
Lantas di pukul 7, Evi mengatakan kalau ia harus ke pasar tuk membeli bahan makanan dan panci baru yang sudah bocor. Evi menyuruh Alma untuk menelfonnya kalau ada apa-apa supaya ia bisa langsung melesat pulang ke rumah.
Maklumilah, Evi adalah wanita paruh baya yang kadang tidak terlalu memerhatikan kondisi gadget. Tidak memerhatikan daya baterai ponselnya yang sudah di bawah 10 ketika berangkat ke pasar.
Kini di pukul 9, Alma hanya pasrah sambil menyuarakan ujaran-ujaran yang ia tujukan untuk Tuhannya. Menunggu dan berharap supaya ibunya cepat pulang.
Kemudian, kontraksi itu semakin gila saja dan tak berjeda. Alma merasa ada dorongan yang kuat turun ke area bawahnya, membuat diri mengejan secara tidak sadar. Putranya mendorong-dorong dari dalam rupanya.
Maka, Alma mengejan meski sebenarnya belum boleh.
Dalam kontraksi persalinan, perasaan ingin mengejan biasa dirasakan ketika kepala bayi sudah di ambang pintu keluar. Namun, dokter atau bidan biasanya akan menyuruh menahan supaya tidak mengejan dulu sebelum diberi tuntunan.
Namun, ini anak pertama. Alma tak punya pengalaman melahirkan sebelumnya. Maka, secara naluriah hanya mengikuti apa yang tubuhnya rasa dan perintahkan.
Alma pun terengah-engah. Sakitnya makin parah. Peluh membasahi badan. Dorongan dari dalam semakin tak terelakkan. Alma sedikit membuka kaki, lalu mengecek dengan tangan. Kemudian, begitu tercengang ia memegang sesuatu di sana. Ubun-ubun bayinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
34 DAYS HOSTAGE ✔️
Mistero / ThrillerHilang setelah bekerja, tidak pulang selama 34 hari, meninggalkan istri yang sedang hamil besar, Bagas akhirnya ditemukan dengan keadaan linglung, mengenaskan, tetapi masih bernyawa meski sangat lemah. Adalah Valencia, yang secara tidak manusiawi me...