04. Jalan

39.2K 5.1K 42
                                    

Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Athena baru saja bangun tidur dan langsung keluar dari kamar dengan piyama biru malamnya. Hari libur adalah hari santai untuk Alea. Mandi 1 kali (kecuali jika ada hal yang penting) di hari libur adalah hal biasa baginya.

"Keluar juga lo." Sinis Theo.

Athena menghiraukan Theo yang sedang duduk di sofa bersama Nasya. Athena memasuki wilayah dapur dan membuka penutup makanan. Kosong. Athena menghampiri Theo dan Nasya yang berada di sofa.

"Nggak ada makanan?"

Theo menatapnya sinis, "Masak aja sendiri."

"Bang." Peringat Nasya.

Theo kesal dan beralih menatap televisi.

"Bi Indah hari ini cuti, kak. Suaminya lagi sakit. Mau aku masakin?"

Athena menggeleng, "Makasih." Ucapnya pelan.

Athena langsung berlalu dari sana dan kembali memasuki kamar. Gadis itu membuka laptop dan memulai rutinitasnya, menonton karakter fiksi dari Jepang.

Baru 2 episode, perutnya kembali berbunyi. Athena mempause film-nya dan kembali ke dapur. Ia mengambil satu bungkus cemilan dan kembali lagi ke kamar.

1 jam kemudian

"Gue lapar!" teriak Athena sambil menenggelamkan kepalanya di bantal.

Athena teringat satu hal. Mengapa ia tidak memesan makanan saja? Otak Athena sepertinya baru saja jalan.

Athena membuka handphonenya dan membiarkan musik opening dari laptop mengalun indah. Baru ingin memesan, sebuah telepon dari nomor tidak dikenal memenuhi layar ponselnya. Athena menggeser tombol hijau itu.

"Athena, ini gue. Ares."

"Hm?"

"Itu, lo ada rencana nggak hari ini?"

"Gue hari ini sibuk. Kenapa?" Sibuk maraton maksudnya.

"Oh, yaudah. Padahal gue mau ngajak lo keluar."

"Kemana? Makan?" tanya Athena terdengar sedikit semangat dari sebelumnya.

"Ya, boleh. Gue traktir."

"Oke, gue nggak jadi sibuk. Gue siap-siap dulu! Dah."

Setelah mengucapkan itu, Athena memutuskan sambungan telepon mereka. Kemudian, Athena mematikan laptop dan memasuki kamar mandi dengan semangat dikala mendengar kata traktir. Dengan kata lain, ia akan makan gratis.

°•°•°•

Athena menuruni tangga dengan pelan, satu anak tangga saja menghabiskan waktu 5 detik. Pasalnya, ia sangat malas menuruni tangga. Melelahkan.

"Gue rasa hari ini gue kebanyakan gerak." Gumam Athena dengan langkah lesu.

"Mau kemana lo?" pertanyaan bernada sinis itu tentunya berasal dari mulut sang kembaran.

"Makan." Jawab Athena sekenanya.

"Sama siapa kak?" tanya Nasya lembut.

"Kepo."

Athena langsung membaringkan tubuhnya di sofa panjang karena merasa malas berjalan lebih jauh lagi. Sebenarnya, tubuhnya tidak lelah karena Athena dulu sangat hiperaktif. Namun, sifat pemalas ini sudah melekat pada diri Alea.

Sedangkan Atheon dan Nasya sedari tadi duduk di sofa singel.

"Kenapa lo malah molor di sini? Sana lo, ganggu aja."

"Anggap aja gue makhluk tak kasat mata." Enteng Athena.

Tiba-tiba, pintu diketok. Athena memerintahkan Nasya untuk membukakan pintu. Theo ingin protes, namun tidak jadi karena peringatan Nasya.

"Kak, temen kakak datang."

"Suruh masuk aja." Balas Athena.

Ares ingin menolak, namun tidak jadi.

"Permisi." Gumam Ares.

Ares menghampiri Athena, "Jalan nggak?"

Athena mengangguk dan merentangkan tangannya. Ares menghela nafas pasrah, kemudian berjongkok di depan Athena. Seperti biasa, Athena akan mengalungkan tangannya pada leher Ares..

Nasya dan Theo melihat interaksi kedua insan itu heran. Sejak kapan Athena suka di gendong?

"Lo punya kaki kan? Ngerepotin aja kerjaan lo." Sinis Theo.

"Kaki gue capek karena terlalu banyak ngejar, padahal gue tau semuanya bakal sia-sia. Pada akhirnya, gue lelah dan menyerah." Kata Athena asal.

Hal itu tiba-tiba saja melintas di otaknya, dan sepertinya itu memang suara hati Athena yang asli.

Namun bagi yang mendengar dan mengenal Athena pasti tau, kalimat itu memiliki makna tersendiri. Theo tidak sebodoh itu untuk memahami makna dari perkataan Athena.

Ares tersenyum miring, "Jangan memungut kembali hal yang sudah lo buang."

"Sibuk aja lo! Urus aja urusan Lo sendiri!" Kesal Theo.

Athena yang sudah nyaman bersender di bahu Ares itu berkata pelan, namun terdengar sangat jelas di telinga ketiga orang itu, "Lo juga ngapain ngurusin urusan gue. Sejak kapan lo peduli? Ah dahlah, gue lagi males debat. Lapar."

Ares mengelus puncak kepala Athena singkat dan beranjak pergi dari sana. Theo hanya menatap punggung kedua orang itu kesal dan mendadak perasaan aneh muncul. Seperti ada sesuatu yang menghantam dadanya.

=============================
========

Tinggalkan jejak ya, baik itu berupa komen/vote!
Tq

     ↓ klik!

Transmigrasi | | Dua Jiwa Satu RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang