06. Merasa Tidak Pantas

38.1K 5.1K 176
                                    

"Makasih, gue suka."

Suara lembut Athena masih terngiang-ngiang dalam benak Ares. Ayolah, Athena terdengar sangat manis!

Ares uring-uringan tidak jelas karena ulah Athena. "Suaranya imut banget sialan!" teriak Ares dengan kepala yang ia tenggelamkan di bantal.

Tiba-tiba, dalam benak Ares timbul beberapa pertanyaan mengenai Athena. Mengapa Athena dekat dengannya? Apakah ia di jadikan pelampiasan? Apakah Athena menyukainya?

"Mana mungkin. Gue nggak secakep Bara, dan gue rasa nggak pantas dekat sama bidadari." Gumam Ares. Setelah mengucapkan kalimat itu, ia mengacak rambutnya sendiri. Ares mulai overthinking.

Ares adalah laki-laki kurang populer di sekolahnya. Mungkin itu karena rambutnya yang panjang atau karena ia yang tidak terlalu pandai bersosialisasi. Meskipun begitu, ketampanan Ares tetap ada. Selain tidak pandai bersosialisasi, Ares juga tidak pernah berurusan lebih dengan yang namanya perempuan.

Dulu, Ares tidak dekat dengan Athena. Ia waktu itu mendekati Athena hanya bersimpati karena tidak ada yang membangunkan Athena di jam istirahat.

Ia kira setelah membangunkan Athena, ia tidak akan memiliki urusan lagi dengan gadis itu, karena tentunya, Athena hanya akan tertarik pada Bara.

Namun nyatanya, ia terjebak dengan pesona gadis itu. Entah sadar atau tidak, Athena telah membuat seorang Ares yang tidak pernah berurusan lebih dengan perempuan menjadi terikat dengannya.

Namun yang perlu kalian tau, Ares tidak semenarik Bara sehingga ia hanya memiliki sedikit peminat, tidak seperti Bara. Dan hal itu membuatnya tidak percaya diri jika bersama Athena. Ares takut, dirinya hanya akan membuat Athena cringy jika bersamanya.

"Rambut gue udah hampir sebahu. Potong nggak ya?"

°•°•°•

"Res, kantin." Kata Athena merentangkan tangannya.

Ia dan Ares duduk sebangku. Selama beberapa hari terakhir ini, Athena tidak pernah lagi mengganggu Nasya beserta Bara. Ia hanya selalu nempel dengan Ares.

Ares membawa Athena ke kantin, seperti biasanya.

"Mereka kayaknya beneran ada hubungan."

"Eh, masa? Tapi menurut gue, mereka nggak cocok. Athena-nya cakep banget, masa sama cowok yang wajahnya pas-pasan?"

"Meskipun gitu, Ares itu pintar lho."

"Padahal kalo di lihat-lihat, Athena cocok nya sama Bara. Sama-sama cakep gitu."

Gosip-gosip murid itu membuat Ares semakin merasa tidak pantas bersama Athena. Namun, ia tidak ingin menjauh dari gadis ini.

Tiba-tiba, ia merasakan rambutnya di elus lembut. Langkah Ares terhenti, ia menoleh dan langsung berhadapan dengan wajah cantik Athena.

"Jangan pernah mikir buat pergi dari gue. Nanti gue mati kelaparan kalo lo nggak ada."

Ares terkekeh dan mengangguk, "Gue janji, nggak bakal mikir gitu lagi."

Athena mengangguk. Ares kembali melanjutkan jalan mereka yang tertunda.

"Ngomong-ngomong, Res. Lo nggak capek tiap hari gendong gue?" tanya Athena.

"Lo mah kayak bayi baru lahir, nggak ada berat-beratnya."

Athena mengangguk-angguk, "Gue bayi, berarti masih butuh ASI dong."

Ares menyentil pelan jidat Athena, "gak gitu juga, maemunah."

•°•°•°

Athena sedang duduk sambil nyender pada tembok. Di tangannya, terdapat sebuah novel yang ia beli bersama Ares. Ngomong-ngomong soal Ares, cowok itu sedang di panggil ke ruang guru.

Kelas mereka saat ini sedang free. Jadi, jangan heran jika kelas 11 IPA 4 sangat berisik saat ini.

Tiba-tiba, 3 orang gadis kelasnya menghampiri Athena. Athena tidak peduli dengan mereka, toh ia tidak tau mereka ingin apa.

"Na." Panggil gadis yang Athena ketahui bernama Citra, salah satu 'cabe' di kelas mereka.

Athena bergumam

"Lo beneran ada hubungan sama Ares?" Tanya Citra.

"Hm, mungkin." Jawab Athena.

"Lo ngejadiin Ares pelampiasan ya, Na?"

"Nggak."

"Padahal Bara lebih cakep lho, Na. Kenapa lo milih Ares?"

"Ares baik,"

Citra berdecak kesal karena jawaban Athena yang tidak memuaskan. "Bukan gitu, Athena."

Athena mengerutkan keningnya dan menatap heran gadis didepannya. Ia merasa, tidak ada yang salah dari jawabannya.

"Ya sudah, langsung ke intinya aja. Ares kan cuman cowok tampang pas-pasan, terus penampilannya kayak cowok preman gitu, sedangkan lo cantik kebangetan. Lo nggak ilfil gitu kalo dekat-dekat sama Ares?"

Athena mendadak emosi mendengar pernyataan blak-blakan gadis di depannya. Datang-datang ngajak ribut.

Athena menghempaskan buku novel di tangannya secara kasar ke atas meja. Ia menarik kerah Citra hingga jarak mereka menipis. Murid di kelas itu mendadak senyap, bersiap menyaksikan aksi Athena. Bahkan, Bara dan teman-temannya juga berada di kelas mereka.

"Lo dengar ucapan gue baik-baik dan catet di otak kecil lo itu. Jangan pernah hina Ares di depan gue, atau lo bakal tau akibatnya. Paham?" desis Athena dengan aura intimidasinya.

Nyali Citra mendadak menciut. Bersamaan dengan itu, ia merasa dipermalukan karena baru pertamakali ada yang berani mengancamnya.

Athena melepaskan kerah Citra dan berjalan ke arah pintu kelas. Disana, Ares terdiam menatap Athena yang terlihat sedikit, menyeramkan? Emosi gadis itu belum turun.

Athena menggenggam jari telunjuk Ares dan membawanya pergi dari sana.

"Jangan pikirin ucapan mereka. Mereka hanya sekumpulan orang bodoh yang selalu menilai orang lain dari fisik, bukan hati."

Ares tertegun. Athena selalu saja membuat semua pikiran negatif hilang dari otaknya.

Namun, "berarti gue jelek ya, Na?" batin Ares miris.

Athena masih menggenggam jari telunjuk Ares, ia mensejajarkan langkahnya dengan Ares.

"Oh iya. Ngomong-ngomong, kenapa lo di panggil guru? Lo buat masalah?"

Ares menatap Athena yang lebih pendek darinya, "Nggak. Gue cuman di suruh ikut olimpiade sains."

Athena menatap Ares, "Hebat dong. Kapan?"

"Em, tiga minggu lagi."

Athena mengangguk paham. "Jadi lo bakal sibuk, ya?"

"Mungkin."

Hening. Tujuan mereka adalah kantin. Jarak kantin dan gedung IPA lumayan jauh. Ares menoleh menatap Athena yang mendadak berhenti bicara.

Mata Athena nampak berkedip berulang kali, ia menahan kantuk. Langkahnya pun nampak melambat.

Ares terkekeh dan berjongkok di depan Athena. Athena berhenti melangkah dan langsung melingkarkan tangannya leher Ares. Gadis itu menyenderkan kepalanya pada bahu tegap Ares.

"Tetap ke kantin?"

Athena mengangguk.

"Oh iya. Nanti gue bakal datang ke perlombaan lo." Kata Athena pelan.

Ares tersenyum tipis, "Gue tunggu."

=========================
====

Votenya, ditunggu!
       ↓

Transmigrasi | | Dua Jiwa Satu RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang