08. Aneh

37.8K 4.6K 121
                                    

Sesuai janji, Ares dan Athena akan berjalan-jalan sepulang sekolah. Sebelumnya, Athena sudah mengabari supirnya agar tidak usah menjemputnya.

Athena sedang menunggu Ares di parkiran. Kakinya serasa penat karena terlalu lama berdiri. Athena tidak menyadari ketika ada seseorang yang mendekatinya, Athena sibuk menendang-nendang kerikil yang berada di dekat kakinya.

"Na."

"Lama ba-- oh, Bara. Sorry, gue kira Ares."

Bara menatap Athena yang sudah terlebih dahulu memutuskan kontak mata mereka. Seperti ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya.

"Gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong aja." Kata Athena tetap menatap ke arah lain.

"Gue mau lo menjauh dari Ares, sebagai pertanggungjawaban kejadian di kantin tadi."

Athena yang sebelumnya tersenyum ketika melihat Ares memasuki wilayah parkiran tiba-tiba terdiam ketika mendengar perkataan Bara. Ares mendengar samar ucapan Bara. Ares mendekati kedua orang itu dan menatap Bara tajam.

" Dan juga, gue bakal bawa lo jalan. Dulu lo pengen banget kan jalan sama gue? Kapan lagi gue nawarin lo gini."

Athena menatap cowok didepannya tajam. Bara tertegun melihat tatapan Athena yang bukan seperti biasanya.

"Menjauh dari Ares? Sebagai pertanggungjawaban? Dan dengan itu lo bakal ngajak gue jalan?" kata Athena pelan.

Ares mendadak takut. Ares takut Athena memilih menjauh darinya dan bersama Bara. Sedangkan Bara, ia tersenyum miring dan mengangguk mantap.

"Na---"

"Konyol." Desis Athena.

"Mudah banget lo ngomong gitu. Lo tau? Ares mau menerima gue yang jahat ini. Sedangkan lo? Gue buat satu kesalahan aja, dan lo langsung ngelupain semua kebaikan gue. Disaat gue butuh sandaran, lo kemana? Ares mungkin memang baru di kehidupan gue, tapi dia nggak semunafik lo."

Unek-unek Athena memotong ucapan Ares. Athena memegang pergelangan tangan Ares yang lebih besar darinya,

"Jangan ganggu gue lagi."

Setelah mengucapkan kata-kata yang membuat harapan Bara jatuh, Athena pergi dengan menyeret Ares. Ia langsung menyuruh Ares menyalakan motornya dan pergi dari sana. Pada saat melewati Bara, Athena sama sekali tidak menoleh ke arah laki-laki itu.

Bara menendang udara dengan kesal, "Ares sialan!"

•°•°•°

"Na, Kita jalan kemana?"

Athena yang sedang nyender di bahu Ares itu bergumam tidak jelas. Ares mendadak panik.

"Oi, Na! Jangan tidur Na. Ntar lo jatuh."

Athena membuka sedikit matanya yang terasa berat itu secara paksa. Athena melihat ke sekelilingnya guna menghilangkan kantuknya.

"Kita ke mall ya, Na? Gue mau beli buku buat olimpiade. Gak papa kan?"

Athena bergumam, "Terserah. Kemana aja gue ngikut."

Setelahnya, tidak ada percakapan lagi. Keheningan melanda mereka. Akhirnya, mereka tiba di mall yang sebelumnya pernah mereka kunjungi bersama.

Athena turun dan berusaha melepaskan helm yang bertengger manis di kepalanya. Namun, pengait helm itu susah untuk dilepas. Athena mendadak kesal sendiri.

"Res, bukain." Kata Athena sambil menunjuk pengait helm.

Ares dengan pasrah membukakan pengait helm Athena dan melepaskan helm itu dari kepala Athena.

Mereka berdua memasuki mall dengan baju sekolah yang masih menempel di tubuh mereka. Kedatangan Ares menarik perhatian para gadis yang sedang berada di mall. Athena tidak masalah tentang itu. Seorang gadis bersama 3 temannya mendekati Ares dan tersenyum genit.

"Boleh minta nomor teleponnya gak?" kata salah satu diantara mereka sembari mengedipkan sebelah matanya. Gadis yang terlihat 'kaya' itu menyodorkan ponselnya.

Ares melirik Athena sekilas dan mengangguk ragu. Ares merasa tidak enak jika menolak.

Perlahan, gadis-gadis yang menyaksikan itu mendekat karena mengira Ares mudah untuk didekati.

Athena perlahan mulai terdorong menjauh dikala para gadis tadi membuat lingkaran mengerubungi Ares. Mereka seperti tidak pernah melihat laki-laki tampan saja.

Athena menjauh dari gerombolan itu dan membeli es krim yang berada tidak jauh dari sana. Athena memakan es krimnya sembari menatap malas gerombolan gadis yang rata-rata mengenakan seragam putih-abu didepannya.

Disisi lain, Ares berusaha untuk keluar dari kerumunan orang itu. Namun, selalu ada saja yang menghalanginya untuk keluar. Ares menjadi menyesal karena sudah merespon gadis-gadis ini.

Athena yang mulai merasa bosan menunggu itu dengan kesal menerobos kerumunan, sesekali ia mendorong orang yang menghalanginya. Masa bodo dengan kemarahan orang yang didorongnya.

Athena menggenggam tangan Ares. Ares yang baru menyadari kehadiran Athena itu terkejut bukan main ketika tangannya digenggam.

"Minggir lo semua! Dia punya gue, jangan keganjenan deh lo pada. Minggir sana!" kesal Athena.

Gadis-gadis tadi tiba-tiba bersorak, dan hal itu membuat Athena kesal. Dasar human!

•°•°•°

Waktu terus berjalan. Tanpa terasa, sudah hampir 1 bulan Alea berada di tubuh Athena. Dan diantara satu bulan itu, hari ini adalah hari tersialnya. Ya meskipun Alea sudah menduga hari ini akan datang. Yaitu hari bertemu dengan orang tua Athena. Dan, ia benci itu.

Orang tuanya memang jarang pulang karena urusan bisnis. Dan kini, mereka datang memberikan kabar bahwa mereka akan menetap di sini. Mungkin bagi Atheon dan Nasya, itu adalah kabar baik. Namun tidak bagi Athena (Alea).

Mereka kini sedang duduk di meja makan, termasuk Athena. Dengan ogah-ogahan, Athena duduk disana dan ikut makan malam.

Nasya sedari tadi sibuk bercerita kepada kedua orangtuanya. Tentunya, Nasya mendapatkan respon yang sangat baik dari kedua orangtuanya.

Theo mengacak rambut Nasya gemas. Entah kenapa, dada Athena mendadak terasa sesak. Alea tau, ini bukan perasaannya. Ini adalah perasaan Athena asli.

"Gimana kalau setelah makan, kita pergi ke pasar malam?" ajak Feby—Mama Nasya, Atheon, dan Athena

"Mama sama Papa kan baru pulang. Mending istirahat dulu." Kata Theo lembut.

"Gak papa kok. Kapan lagi bisa ajak anak-anak papa jalan bareng." Kata Ferry—Papa mereka bertiga.

"Anak, ya?" batin Athena miris.

"Athena selesai. Athena duluan." Kata Athena beranjak dari duduknya.

"Kakak ikut juga, yuk?" ajak Nasya.

Athena masih terus berjalan, "Gak perlu."

"Dasar nggak tau diri." Sinis Feby.

Athena hanya bisa menjawab ucapan Feby dalam hati. Jika ia menjawab langsung, pasti akan terjadi perdebatan.

"Kalo gue ikut, paling gue cuman jadi babu. Mending gue mendekam di kamar, aman dan nyaman."

==============♤==============


Jangan lupa vote ya
         ↓

Bye-bye👋

Transmigrasi | | Dua Jiwa Satu RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang