"Apa gue balik kayak dulu aja, ya?"
Ares yang mendengar gumaman gadis disebelahnya—yang tidak lain Athena itu sontak menoleh. Sekarang mereka sedang jamkos.
"Balik kayak dulu gimana? Balik suka Bara?" sahut Ares kembali fokus ke buku didepannya.
"Bukan gitu!"
"Ya terus gimana, Athena yang cantik."
"Ya gitu."
"Gitu gimana?"
"Ya gitu-gitu."
"Yang bener napa. Lelah aku tuh." Kata Ares dramatis.
Athena bergidik ngeri, "Gak cocok lo gitu."
"Jahat amat lo Na. Emang Lo mau jadi gimana?"
Athena mengangkat bahu acuh dan kembali menelungkupkan kepalanya di atas meja.
"Liat aja nanti."
"Aneh lo."
Athena menghiraukan ucapan Ares dan mulai berselancar ke alam mimpi. Namun, baru beberapa menit mata itu tertutup, Citra si cabe-cabean memukul meja Athena. Sontak Athena terkejut dan menatap tajam sang pelaku.
Citra menatap Athena penuh permusuhan. "Kenapa? Kaget lo?"
Athena hanya berdecak kesal dan beranjak dari duduknya. Ia saat ini sedang malas berdebat. Dan lagi, moodnya masih kurang baik karena kehadiran kedua orangtuanya. Athena ingin keluar kelas dan jauh-jauh dari makhluk pembangkit emosi sejenis Citra.
Namun baru sampai didepan pintu, tangan Athena di tarik secara kasar dan wajahnya tiba-tiba basah. Air itu juga membasahi seragam Athena yang tidak terlalu tebal, hingga membuatnya sedikit tembus. Wajah Athena memerah, antara malu dan marah. Tiba-tiba, botol air mineral kosong melayang dan mengenai kepala Athena. Athena menunduk.
"Ups, Nggak sengaja. Jangan nangis." Ejek Citra, dan disambut tawa kedua temannya.
Tanpa mereka ketahui, Athena sedari tadi mencoba mengatur nafasnya yang memburu, tanda ia sedang emosi. Athena memilih untuk meninggalkan mereka agar emosinya tidak meledak saat itu juga.
Namun, Citra langsung menghalangi jalan Athena. Gadis itu menarik rambut Athena yang sedang diurai dengan bebas. Athena meringis pelan.
"Mau kemana? Takut ya lo?" kata Citra melepaskan rambut Athena dengan kasar.
"Minggir." Kata Athena pelan.
Mata gadis itu menatap lantai keramik dibawahnya tajam, seolah ia ingin menghancurkan lantai itu sekarang juga. Emosinya sudah memuncak dan siap meledak kapan saja.
"Hah? Nggak kedengaran!" ledek Citra mengeraskan suaranya.
"Minggir, sialan!"
Athena yang sudah tidak bisa membendung emosi itu menendang lemari kayu didekatnya yang dijadikan tempat menaruh sapu dan pel-pel an hingga hancur. Bahkan, beberapa sapu didalamnya terlihat patah. Athena menatap Citra yang syok didepannya tajam.
Ares yang sebelumnya ingin menghampiri Athena itu terdiam. Ini adalah ketiga kalinya Ares melihat sisi Athena yang menyeramkan.
"Minggir." Kata Athena dengan nada rendahnya.
Citra langsung menyingkir dan memberikan jalan untuk Athena. Emosi Athena sedikit mereda karena ia telah melampiaskannya kepada lemari kayu dikelasnya. Athena menjadi sedikit merasa bersalah karena sudah merusak salah satu properti di sekolah.
Athena bersandar di pagar pembatas rooftop, sembari menikmati angin yang mengelus lembut kulitnya. Athena (Alea) menjadi mengingat masa lalunya sewaktu ia masih SMP hingga SMA.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi | | Dua Jiwa Satu Raga
Ficção AdolescenteBerlian Alea, gadis mageran tetapi memiliki banyak potensi. Alea terlibat dalam sebuah kecelakaan lalulintas di negeri tempat tinggalnya. Namun bukannya bertemu tuhan, jiwanya malah berpindah ke tubuh seorang gadis bernama Athena Charlotte Lunch. At...