43. Pelaku dan Korban

16.7K 2K 26
                                    

Bara
Sidang bkl di adain lusa
Lo siapin diri
Tntng persiapan yg d perluin, gue yg urus

Athena
Ok, tq
Gue serahin ke lo

Athena menghela nafas panjang. Sidang, ya. Kedengarannya sangat merepotkan. Lagi, Athena menghela nafasnya.

Pintu kamar Athena tiba-tiba di buka. Gadis yang sedang berbaring di kasur langsung menoleh ke arah pintu. Di sana, Nasya masuk ke kamar Athena tanpa permisi, kemudian ia menutup pintu itu dengan rapat.

Athena duduk dari posisinya dan menatap Nasya heran. "Ngapain lo?"

"Nggak papa, cuman mau hilangin rasa gabut aja."

Nasya mengeluarkan sebuah cutter dari saku baju tidurnya. Gadis itu tersenyum miring, "Temani aku bermain, kakak."

Athena menatap Nasya datar. Ia bergumam kecil, "Psikopat,"

Nasya berjalan mendekat. Sedangkan Athena berdiri dari duduknya dan dengan santai meregangkan tubuhnya. Gadis dengan cutter di tangannya itu menatap Athena kesal. Ia menerjang dan mengarahkan benda tajam di tangannya ke Athena.

Athena dengan cepat memiringkan tubuhnya dan menangkap pergelangan tangan Nasya yang ingin menusuk perutnya. Ia menaruh tangan itu ke belakang tubuh Nasya yang terjatuh dengan posisi tengkurap.

Nasya meringis. Gadis itu menatap Athena marah, "LEPASIN GUE BNGST!"

"Uuu, ngeri banget." Ejek Athena.

Wajah Nasya memerah menahan amarah. "Lepasin gue!" Nasya semakin memberontak di bawah Athena.

Athena menatap Nasya iba. "Kenapa lo jadi gini? Padahal, kalo lo tetap rutin konsultasi sama dokter Liz, mungkin lo bakal sembuh dan jadi gadis yang ceria." Gumam Athena pelan. Namun itu cukup untuk Nasya yang berada sangat dekat dengan Athena.

"Lo nggak bakal paham rasanya! Lo itu nggak tau apa yang gue rasain. Jadi jangan sok lo!" bentak Nasya.

Athena merebut paksa cutter dari tangan Nasya. Kemudian, ia melonggarkan cengkramannya pada pergelangan tangan Nasya.

"Gue emang nggak tau rasanya. Tapi, kalo dia mungkin tau. Karena, kalian sama-sama korban."

Athena menjauh dari Nasya. Nasya duduk dengan kasar dan menatap Athena aneh. "Apa maksud lo?"

Athena menggeleng pelan, "Nggak. Gue cuman mikir, kenapa harus selalu korban yang menanggung sakitnya. Sedangkan pelaku, mereka bisa berkeliaran bebas asalkan ada reputasi dan...ya, lo tau sendiri."

"Makin kesini lo makin ngoceh nggak jelas, ya." Cibir Nasya dingin.

Athena berjongkok di depan Nasya. "Gue yang nggak jelas, atau lo yang nggak paham? Oh iya, kan lo juga salah satu pelaku. Tapi, kali ini lo nggak bakal bisa bebas, sekalipun dengan money."

"Lo gila? Ngomong gak jelas dari tadi."

Athena mengelus pipi Nasya, "Bukannya lo yang gila?"

Nasya menepis kasar tangan Athena.

Athena menatap Nasya dingin, "Lo juga nggak tau gimana penderitaan dan trauma yang di alami Athena." Gadis itu terkekeh miris, "Lo cuman kehilangan sedikit kewarasan, dan itu masih bisa di sembuhkan. Sedangkan Athena, dia kehilangan mahkota yang hanya ia miliki sekali seumur hidup dan harga dirinya sebagai perempuan. Dan itu semua karena lo yang terlalu naif melampiaskan semua kekesalan lo. Sekarang, giliran lo yang nanggung akibatnya."

Nasya tersenyum mengejek, "Enak kan main sama 3 cowok sekaligus?"

Athena menatap Nasya tajam, "Lo penasaran? Biar gue siapin 5 cowok buat lo, biar makin seneng."

Nasya bangkit dari duduknya, "GILA!" Lalu, ia keluar dari kamar Athena dengan wajah kesal yang kentara.

Sedangkan Athena tidak mempedulikan Nasya yang membanting pintu. Ia memilih menatap lantai dengan tatapan dingin.

•°•°•°•°

Athena menyedot minumannya hingga tandas. Tenggorokannya terasa kering sehabis bercerita tentang kejadian tadi malam kepada Ares dan Abel yang sudah kembali masuk sekolah. Gadis itu juga terlihat sudah baik-baik saja. Nyatanya, kini ia mulai emosi mendengar cerita Athena.

"Kenapa nggak lo tampar aja pipinya? Jangan di elus doang!" Kata Abel, terdengar antusias.

"Dia selalu bawa kamera. Gue malasnya, nanti dia malah laporin gue balik."

"Kamera? Buat apaan?" tanya Ares, heran. Abel juga mengangguk menyetujui.

"Dia kan copat, jadi dia selalu siap-siap rekam buat di tonton ulang. Coba aja lo retas laptopnya, pasti banyak situs berdarah." Kata Athena, memakan cemilan yang baru saja ia buka.

"Yok ke kelas!" Semangat Abel.

Athena menatap gadis itu heran. "Ngapain?"

"Lah kan tadi katanya--"

"Ga mau, mager." Athena tiba-tiba saja merebahkan kepalanya di meja.

"Athena mahh! Please!" Mohon Abel.

"Gendong?" tawar Ares di sebelah Athena.

Dengan semangat, Athena mengacungkan jempolnya. "Gas!"

°•°•°•°•

Hari persidangan pertama berjalan lancar. Athena hanya perlu memberikan pengakuan dengan sedikit di bumbui air mata.

Meskipun nyatanya, dalam hati ia selalu mengatakan kata 'mampus' kepada Ferry yang selalu mengelak dan menuduh Athena balik, namun ia tidak punya bukti yang jelas. Hakim terlihat lebih percaya kepada Athena.

Wajah Nasya terlihat menahan amarah. Gadis itu juga menjadi tersangka atas percobaan pembunuhan. Sedangkan, 2 orang laki-laki menjadi tersangka atas pem*rk*s**n terhadap Athena.

Bara? Laki-laki itu tidak menjadi tersangka karena permintaan Athena yang sebenarnya. Ia menemui Alea di dalam mimpi dan memohon untuk tidak melaporkan Bara. Entah apa yang di pikirannya. Ia hanya berkata, "Bara teman kecil gue, cinta pertama gue. Meskipun gue kecewa sama apa yang di perbuat, tapi dia udah jujur dan mau bertanggung jawab. Dan berkat dia, kita juga bisa dapat bukti, kan?"

Yah, kurang lebih begitu. Meskipun Alea sangat ingin melaporkan Bara, tapi ia juga tidak bisa bertindak jauh di kehidupan orang lain.

Athena merebahkan tubuhnya di kasur milik Ares. Sedangkan Abel, ia duduk di sofa. Ares datang dengan 3 gelas kosong dan 2 botol air es di atas nampan hitam.

Kini mereka sedang berada di apartemen Ares. Athena berniat untuk menginap di rumah Abel karena sidang akan dilanjutkan besok. Rumah Ferry juga di jaga ketat oleh kepolisian.

"Misi gue bentar lagi selesai." Gumam Athena.

"Athena." Panggil Abel.

Athena sontak menoleh, "Ada apa?"

"Kalo misi lo selesai, lo bakal balik ke tubuh asli lo?"

Athena terdiam. Ia tersenyum tipis, "Sejujurnya, gue masih mau di sini, sama kalian."

"Kalo gitu, lo sini aja, ya? Jangan kemana-mana!" pinta Abel, menatap Athena serius.

"Maaf. Tapi, di sana gue juga lagi di tunggu."

Abel menunduk sedih. "Benar juga."

"Maaf, ya."

"Tapi, jangan lupa hubungin gue dan Ares! Malam ini, Lo harus hapalin nomor telepon gue! Gak mau tau!" Kata Abel, menatap Athena dengan pipi yang di kembungkan

Athena terkekeh pelan, "Iya-iya."

===============♤==============

Ga tau lagi udaaaa, buntu:)
Belakangan ini susah banget dpt inspirasi, bingung mau lanjutinnya gimana spya menarik

Tapi gapapa lah ya:v

Oke sekian, maaf lambat update, lagi:v

Transmigrasi | | Dua Jiwa Satu RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang