13. Khawatir

32.3K 4K 12
                                    

Ares yang sedang tertidur pulas itu terbangun karena bunyi dering teleponnya. Dengan setengah sadar, Ares menggeser tombol hijau dan menempelkan handphonenya di telinga.

"Halo?"

"Gue takut."

Mata Ares langsung terbuka lebar dikala mendengar suara serak dan lirih gadis di sebrang sana.

"Jangan takut. Gue kesana sekarang."

Sedangkan gadis di sebrang sana terdengar terisak pelan. Ares tidak mematikan sambungan telepon mereka dan memakai jaket dengan cepat. Ares mengunci pintu apartemennya dengan tergesa-gesa dan berlari memasuki lift.

"Lo dimana?"

"Kamar."

"Lo tenang, ya?"

Ares berlari keluar dari lift dan menyusuri jalanan yang sepi. Tujuannya saat ini adalah Athena, gadis yang menghubungi dirinya.

"Na? Lo masih di sana?" tanya Ares dengan nafas tersengal-sengal.

Athena bergumam serak. "Manjat lewat belakang."

"Oke."

Ares dengan cepat menuruti Athena. Laki-laki itu dengan lancar masuk dan memanjat pohon yang terhubung dengan jendela Athena. Ares mengetahui letak kamar Athena karena cerita dari Athena sendiri.

"Gue di pohon. Buka jendelanya."

Athena yang sedang meringkuk di kasur itu dengan tertatih membuka jendela.

"Lo mundur." Bisik Ares melalui telepon.

Athena menurutinya. Ares dengan lihai melompat dan masuk melalui jendela. Athena langsung memeluk Ares erat.

Ares yang tidak tau apa-apa itu langsung memeluk balik Athena dengan ragu. Namun, Athena malah meringis.

Ares melepas dekapannya dan dengan berandalkan cahaya bulan, Ares bisa melihat luka samar di tangan Athena.

"Lo kenapa?"

Athena menggeleng pelan. Ares menuntun Athena duduk di kasur. Laki-laki itu mencari saklar lampu dan ia menemukannya.

Setelah kamar menjadi terang, Ares menatap Athena yang penuh dengan luka. Athena juga sedari tadi terisak pelan.

Ares langsung memeluk Athena pelan, dan Athena menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ares.

"Udah, ya? Jangan nangis."

Athena memeluk Ares dan menumpahkan tangisnya di sana. Ares berusaha menenangkan Athena tanpa memintanya bercerita. Athena saat ini hanya butuh ketenangan, bukan pertanyaan.

Setelah merasa membaik, Athena melepas pelukannya dan menghapus air di hidungnya dengan tangan.

"Jorok, Na!"

Athena terkekeh serak dan pelan. Ares menyodorkan tisu kepada Athena.

"Kotak P3K dimana?"

Athena menunjuk ke bawah.

"Bawah kasur?" tebak Ares dan dibalas anggukan oleh Athena.

Ares mengambil kotak P3K dan menuangkan obat merah. Ia dengan telaten membersihkan luka Athena. Ares menduga, itu adalah luka pukulan. Terbukti dari garis-garis lurus yang tercetak jelas di tangan Athena.

"Ada yang luka lagi?"

Athena menunjuk kakinya. Ares terbelalak karena melihat luka Athena sangat banyak. Ia sebenarnya tadi tidak menyadari luka di kaki Athena.

Transmigrasi | | Dua Jiwa Satu RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang