18. Pantai!

27.7K 3.6K 87
                                    

Athena baru saja masuk ke rumah dan langsung disuguhi drama murahan Nasya. Athena memutar bola matanya malas. Menjengkelkan. Athena memilih untuk pergi saja. Namun, panggilan dari Feby lagi-lagi menghentikan langkahnya.

"Athena. Kenapa kamu nggak ngalah aja? Nasya lagi sakit, dan sekarang peringkatnya menurun. Coba aja kamu ngalah, Nasya pasti peringkat satu dan sekarang lagi happy." Kata Feby sembari mengelus surai Nasya lembut.

Athena melongo mendengar itu. Apa-apaan itu? Waktu itu dirinya di bilang bodoh dan mencontoh Nasya. Apakah dirinya sekarang harus menangis dan memohon maaf begitu? Seperti yang biasanya Nasya lakukan.

"Udah, Mah. Ini bukan salah Kak Athena kok. Salah Nasya juga yang terlalu maksain diri buat belajar dan akhirnya malah sakit dan nggak fokus waktu ulangan."

"Sakit? Perasaan sebelum ulangan mulai dia masih sehat-sehat aja tuh."

"Anak mamah baik banget sih. Gak papa kok kamu peringkat 2. Kamu tetap kebanggaan mamah."

Athena jengah menonton drama di depannya. Gadis itu memilih pergi tanpa menghiraukan tatapan Theo yang selalu mengarah ke dirinya.

"Theo ke kamar dulu mah, Sya."

Feby mengangguk. "Kalo udah makan malam, turun ya."

Theo mengangguk dan pergi ke kamarnya. Baru saja Theo membaringkan tubuhnya, suara ketokan pintu membuatnya beranjak kembali.

"Eon!"

"Apa-apaan lo manggil gue gitu?"

Entah mengapa, hatinya sedikit perih mendengar panggilan itu. Namun disisi lain, ia merasa senang di panggil begitu. Theo juga tidak paham dengan dirinya sendiri.

Gadis di depan Theo langsung nyelonong masuk dan berbaring di kasur Theo.

"Oi! Jangan main masuk aja lo. Keluar sana!"

Gadis itu menghiraukannya. "Gue mau minta izin buat ke pantai, sekaligus nginap di penginapan kakeknya Abel."

"Kenapa harus izin ke gue? Nggak penting tau nggak, Na."

Athena menatap Theo dan duduk. "Gue mau izinnya sama lo. Bukan mereka. Kalo gitu, gue ke kamar dulu. Bye bang."

Setelah Athena pergi dari kamar Theo, Theo langsung mendudukkan dirinya di ujung kasur sembari memegang kepalanya.

"Panggilannya kayak nggak asing. Padahal, seingat gue baru pertama kali ada yang manggil gitu."

Theo mengacak rambutnya frustasi.

"Sebenarnya apa yang terjadi sebelumnya?"

°•°•°•

"Ayam! Lempar bolanya sini!"

"Nama gue Liam, pe'a!"

"Lebih cocok Ayam!"

Disinilah mereka berada sekarang. Pantai yang luas nan panas meskipun hari sudah sore. Athena sungguh sangat ingin kembali ke penginapan. Di sebelahnya, ada Silla yang ikut serta dalam liburan mereka sedang belajar.

Perihal penyakit Silla, Liam sudah memberi tahu mereka. Hanya untuk berjaga-jaga, jika sewaktu-waktu penyakitnya muncul dan Liam tidak ada.

Gadis dengan kaos putih polos itu mendekat ke arah Silla yang sedang kebingungan.

"Persamaan nilai mutlak, ya?" gumam Athena. Silla sontak menoleh.

"Hm, kenapa tertarik sama pelajaran kelas tinggi?" lanjut Athena.

Silla kembali fokus ke buku di depannya. "Nggak juga."

Athena mengangguk. "Btw, yang itu salah."

Transmigrasi | | Dua Jiwa Satu RagaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang