PART 20

15.8K 1.3K 15
                                    

🍁🍁🍁
H
A
P
P
Y

R
E
A
D
I
N
G
★★★


Pengurus mansion Vadresson yang dipanggil dengan sapaan paman Zen ini, sedang menyusuri sudut demi sudut mansion untuk mencari keberadaan nona mudanya.

Lelah. Itulah yang dia rasakan, menyusuri keseluruh ruangan yang jaraknya jauh antara satu sama lain membuat kakinya lelah melangkah. Dia berhenti sejenak mengatur napas.

Matanya menyipit ketika melihat pintu kaca belakang yang menghubungkan ke taman terbuka sedikit. Dia pun melangkahkan kakinya ke sana untuk menutup pintu kaca besar itu. Ketika ingin menutup pintu, kakinya tak sengaja menyenggol sesuatu yang membuat dia penasaran. Dia pun menunduk untuk melihatnya dengan jelas.

Sepasang sandal mungil berbulu hitam putih karakter panda. Matanya membola saat mengetahaui siapa pemilik sandal mungil itu.

Paman Zen membuka lebar pintu kaca besar itu dan melihat kearah taman yang basah karena hujan masih belum berhenti. Mata tuanya menelisik dengan teliti ke arah taman.

"Astaga... Nona..!!"

Paman Zen gelagapan panik melihat nona mudanya yang sedang asik menikmati hujan. Dapat dia lihat jika nona mudanya sedang berlari-lari dan bersenang-senang dari kejauhan. Walau pun dirinya sudah tua namun penglihatannya ini masih jeli.

"Nona! Nona muda!" Teriaknya memanggil Zify disertai raut wajah panik.

Zify yang mendengar seperti ada yang menggilnya pun berbalik, melihat ada sesosok orang tua yang dia kenali. Dia tersenyum dan mendekat ke arah paman Zen.

"Paman Zen..!" Teriaknya berlari menuju paman Zen dengan merentangkan kedua tangannya.

"Nona jangan berlari, anda bisa terjatuh nanti!" Ucap paman Zen yang semakin panik membayangkan jika nona mudanya terjatuh atau terpleset dan terluka.

"Hehe.. maaf paman" Zify hanya terkekeh saja hingga kedua pipinya menjadi terangkat.

"Nona kenapa anda bermain hujan-hujanan? Anda bisa demam nanti. Ayo ikut paman, semua orang sedang mencari anda di dalam." Paman Zen berusaha membujuk halus Zify untuk masuk ke dalam. Tapi bukanya menurut, Zify malah menjauh dan menolak.

"Tidak mau, Zify mau main lagi." Tolaknya dengan mengerucutkan bibirnya membuat paman Zen gemas namun dia tahan.

"Ayo paman Zen main sama Zify, kita main tabur-tabur bunga. Lihat Paman, cantik kan rumputnya, tadi Zify taburi bunga biar cantik terus Zify bentuk love. Zify juga taburi di danau situ loh paman, biar ikannya suka" cerocos Zify memperlihatkan hasil karyanya yang menurutnya sangat mengesankan.

Paman Zen menjatuhkan rahangnya tidak percaya. Hampir semua jenis bunga mawar yang ada di taman habis tak berkelopak. Dan semua itu ulah nona mudanya yang memetiknya dan ditabur sia-sia di rumput dan danau. Rasanya dia ingin menangis keras melihat tingkah polos nona mudanya.

Bagaimana dia menjelaskan kepada Nyonya dan Nyonya besar nya jika bunga mawar kesayangan mereka habis tak berkelopak. Tapi mungkin jika mereka tahu siapa pelakunya, paman Zen yakin Nyonya dan Nyonya besarnya tidak akan marah. Paman Zen tahu dibandingkan dengan princess Vadresson, bunga mawar itu tidak ada harganya sama sekali di mata mereka.

(Fyi: Nyonya besar = Oma Rina)

Sekarang paman Zen harus berpikir keras bagaimana caranya membujuk nona mudanya supaya mau berhenti bermain hujan-hujanan. Ah dia tahu!

My Possessive FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang