19. Hadiah

50.1K 3.8K 44
                                    

     Intan merangkul Dini ke arah kantin, melewati beberapa siswa maupun siswi yang tengah istirahat juga.

"Bareng aku." Atha meraih pinggang Dini membuat rangkulan Intan terlepas.

Intan mendengus dengan tetap melanjutkan langkahnya, tatapannya melirik Yuda yang tengah menggoda adik kelas di sebrang sana.

"Emang ga pernah tobat." celetuk Atha yang membuat Intan menatap ke arah lain seolah tidak terganggu.

Sekuat baja itu Intan dan sebodoh itu di perbudak cinta.

Dini mengikuti arah pandang Atha lalu beralih menatap Intan yang acuh di depannya.

Dini belum sepenuhnya mengenal Intan yang ternyata hidupnya tidak gampang. Intan lebih parah di sakitinya yang mungkin bahkan berkali-kali.

"Gue mau cari yang lain kok." Intan tersenyum kecil ke arah Atha sekilas.

Atha mangut-mangut samar, selagi itu yang terbaik kenapa engga.

"Mau gue cariin?" tawar Atha.

"Cariin aja, Intan sahabat aku, aku ga mau liat dia di sakitin." sambar Dini yang membuat hati Intan menghangat.

***

"Lo kenapa kenalin Rino ke Intan?!" Yuda terlihat tidak terima. "lokan udah tahu kalau dia salah satu pac—"

"Intan yang minta, dia ga sanggup lo sakitin terus, Da." potong Atha kalem dengan sibuk membalas pesan singkat dari Dini.

Yuda berdecak jengkel, rokoknya yang masih ada setengah dia matikan lalu beranjak pergi dengan uring-uringan.

Atha tidak terusik, sudah sepantasnya Yuda sadar kalau nakal tidak boleh menjadi kebiasaan. Itu hal buruk.

"Nape tu bocah?" tanya Atoy dengan melirik Yuda yang menjauh sekilas.

"Di sentil karma." jawab Atha asal dengan menyesap rokoknya untuk yang terakhir kali.

"Pantes." Atoy tertawa pelan, lucu saja melihat Yuda uring-uringan karena perempuan, biasanya perempuan yang uring-uringan karena Yuda.

Tak lama Atha mematikan rokok keduanya yang baru habis setengah itu. "Gue cabut, Dini marah gue ngerokok nih." Atha beranjak, dia terlihat panik.

Pasti ulah Yuda, dasar pendendam!

***

Yuda sudah duduk di samping Intan yang menemani Dini, Atha mendengus kesal saat dugaannya benar.

"Kan bau rokok, Din?" Yuda tersenyum puas karena berhasil membalas tingkah Atha yang membuat moodnya kacau itu.

Intan melepas rangkulan Yuda. "Gausah rangkul." kata Intan dingin.

Yuda menelan ludah. "Kenapa?" tanyanya agak cemas tak seperti biasanya.

Dini menahan bibirnya yang berkedut ingin terbahak, melihat Intan berinteraksi dengan Yuda dengan sok jual mahal rasanya geli.

Maafkan dia yang receh, Intan.

Intan kembali berdoa dalam hati agar dia benar-benar di pertemukan dengan jodohnya, bukan laki-laki yang banyak rumahnya alias banyak ceweknya.

Intan pacaran pun masih saja merasa sendiri karena Yuda sibuk sendiri.

"Kita emang ga biasa rangkul-rangkulan di sekolah, bukannya kita harus pura-pura ga kenal?!" Intan agak ngegas.

Yuda kicep.

Atha menahan kedut bibirnya saat bersitatap dengan Dini, melihat orang berantem kenapa lucu. Apa mungkin karena Yuda dan Intan sering lawak makanya saat serius rasanya susah untuk serius.

"Kita pindah meja." Atha meraih jemari Dini.

Dini menurut, menatap Atha lalu kembali memasang wajah marah. Dini tidak terima saat Atha kembali mulai merokok.

"Kata Yuda kamu ngerokok." Dini mengendus bau Atha yang memang agak terselip bau rokok.

"Dia—"

"Gimana mau jadi bapak kalau ternyata kamu ga berubah, aku ga mau suami aku sakit gara-gara rokok." bawel Dini dengan bibir manyun.

Atha terkekeh, dia malah terbang di omeli Dini. Mungkin karena omelannya berbau perhatian.

"Aku serius!"

Atha mengusap bahu Dini seraya membawanya duduk. "Iya, jangan marah, nanti anak-anak ikut marah." balasnya.

***

"Beli harus serba 3 ya?" Dini terlihat bahagia mengingatnya.

Atha hanya mengangguk dengan fokus pada jalanan.

"kamu harus makin kerja keras loh, sekaligus 4 yang kamu tanggung, 5 sama diri kamu sendiri." kata Dini dengan mengusap lengan bisep Atha sekilas.

Atha mengulum senyum. "Siap banting tulang buat kalian, ada kalian apapun yang berat jadi ringan." balas Atha.

Dini tersipu, jantungnya berdebar layaknya orang yang baru jatuh cinta.

"Cie, kamu terbangkan, baby? Merah gitu pipinya." goda Atha seraya melirik Dini sekilas.

"Iyah, aku hampir terbang. Mau kasih hadiah ga?" Dini menatap Atha usil.

"Hadiah?"

Dini mengangguk antusias. "Kayak, jenguk anak-anak?" bibirnya berkedut saat melihat wajah Atha yang berbinar mesum.

"tapi, boong!" tambah Dini lalu terbahak apalagi saat Atha mendengus, menekuk wajahnya.

"Serius, nanti malem ya." kata Dini yang membuat Atha mengangguk riang.

Dasar!

Pernikahan Dini (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang