26. Gantung

34.7K 2.9K 45
                                    

"Hm, ambil kuliah karyawan aja. Kerjaan aku banyak, mih. Belum lagi Dini harus selalu di pantau kehamilannya," Atha terlihat sibuk di depan laptop dengan ponsel tergeletak di meja dan tersambung dengan mamihnya.

"Papih udah tentuin posisi buat kamu biar kamu ga banyak kerjaan tapi tetep kerja, soal bisnis sama yang lainnya biar papih kirim orang kepercayaan."

Rasanya Atha tidak terlalu suka pekerjaannya di kerjakan orang lain, kadang hasilnya selalu berbeda.

"Gimana ya, butuh sih, biar bisa jaga Dini lebih banyak waktunya."

Ketikan keyboard menjadi musik yang membangun suasana tenang namun juga sibuk.

Atha terus berbincang dengan mamihnya hingga pukul 10 malam.

"Belum tidur?"

Atha meregangkan lehernya, memandang Dini yang sudah bersiap akan tidur. "Baru beres, sayang. Tadi mamih telpon, lama jadi agak lambat kerjainnya." jelas Atha.

Dini mengangguk samar, mengulurkan tangannya ke Atha. "Yuk bangun, bersih-bersih terus tidur." ajaknya.

Atha mengangguk, menerima uluran tangan Dini lalu mengecupnya sekilas. "Bentar, ngaca dulu." Atha membingkai wajah Dini, bercermin pada kedua mata jernih milik Dini.

"Ha? Apaan sih?" Dini menatap Atha heran.

"Bentar, Din. Lagi ngaca." Atha menatap lekat kedua bola mata itu. "hm.. Di sana ada aku sama hidup aku." gombalnya.

Dini memang langsung berdebar tapi lain halnya dengan reaksi wajahnya. "Ihhh apaan sih!" gelinya jijik.

Atha tertawa pelan, gara-gara bosen kerja jadinya ngaco dan tidak jelas. Yasudahlah, anggap saja Atha ngigo.


***

Atha menggeliat, gerakan di sampingnya membuat Atha harus terjaga. "Pegel lagi punggungnya?" tanyanya dengan serak.

Dini mengangguk, meringis dengan kantuk yang bergelantungan. "Maaf ganggu, padahal besok kamu harus ke kampus buat urus surat-suratan." sesalnya lirih.

Atha melilitkan tangannya ke punggung Dini, mengusap dengan sesekali memijat. "Ga ada yang lebih penting dari kalian, kuliah udah tua aja bisa. Jangan merasa bersalah, kamu harus tetep bahagia biar mereka bahagia." di kecupnya kening Dini agak lama.

"Kamu juga harus bahagia, kalau capek kerja jangan lupa istirahat." Dini melilitkan tangannya di pinggang Atha, memeluknya dengan hangat nan nyaman.

"Iya, cintaku. Merem, biar cepet tidur." Atha masih setia mengusap dan memijat lembut punggung maupun pinggangnya.

Dini mengendus wangi Atha, memejamkan matanya dengan berusaha meraih mimpi.

Hening cukup lama..

"Udah tidur?" Atha mengintip Dini yang terpejam namun detik berikutnya membuka mata. "Loh? Masih belum tidur?" lanjutnya.

Dini mengangguk. "Susah banget, padahal udah ngantuk." di urai pelukannya.

"Gerah?" Atha menyeka peluh di pelipis Dini.

"AC padahal udah nyala." kata Dini dengan mengibas sekilas wajahnya.

"Lepas aja piyamanya, ganti—"

"Bukain." potong Dini di sertai senyum usil. "ga mau?" lanjutnya saat Atha terdiam.

Atha terkekeh, kantuknya mendadak menguap. "Ada bonusnya ga?" tanyanya menantang.

Dini pasrah saat Atha melepas kancing piyamanya. "Maunya kamu aja." balas Dini luluh.

Dini tahu kalau Atha mulai mumet dengan pekerjaan yang kian menumpuk, apalagi dia baru selesai tes masuk kampus.

Atha terlihat cerah, semangatnya seolah kembali bangkit. "Tapi kamu ga lagi lemeskan, sayang? Pusing? Mual?" tanyanya beruntun dengan masih melucuti apapun yang ada di tubuh Dini.

"Engga, makanya aku tawarin." kekeh Dini dengan lucu, malu-malu meong.

Atha semakin mengembangkan senyuman. "Kamu tahu aja kalau aku lagi mau, udah nahan 2 minggu ga sentuh kamu." setelahnya Atha melepas pakaiannya sendiri.

"Tapi pelan, takut mereka kenapa-kenapa." Dini menyambut Atha yang mulai mengukungnya.

"Pasti, aku bakalan sepelan mungkin." janjinya lalu perlahan mendekatkan wajahnya untuk meraih bibir Dini.

"kamu ga ngantukan? Jangan sampe aku lagi gerak kamu tidur." bisik Atha di bibir Dini.

Dini terkekeh. "Ga lagi, aku udah sehat." yakinnya.

Atha tersenyum lalu menyatukan bibirnya dengan bibir Dini, menyesapnya lembut dan hati-hati. Bibir Dini sedang pecah-pecah di tambah sariawan. Kasihan istrinya itu.

"Emh.." Dini mulai gelisah, ciuman Atha merambat dari rahang ke lehernya, menyesapnya lembut dan tidak terburu-buru.

"Hh Ahh Atha.." Dini tersentak pelan saat Atha semakin turun dan terus turun, tubuhnya jadi semakin sensitif.

Pernikahan Dini (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang