Saat ini Alfathar benar-benar emosi, wajah nya sangat merah, tangan nya mengepal kuat, dan mata nya berkaca-kaca.
ANJI*G! umpat nya sambil menonjok tembok di sebelahnya.
Barang-barang disekitar nya pun banyak yang ia hancurkan, mood nya benar-benar berantakan.
PRANG
"AL UDAH!" ucap Ashraf sambil menahan tangan Alfathar yang hendak memecahkan sebuah gelas kaca.
"Diem lo. Jangan tahan gue!" sentak Alfathar pada Ashraf.
"Pukul gue Al, pukul kalo itu bisa bikin lo tenang," pinta Ashraf pada Alfathar.
Alfathar yang di mintai hal itupun tersenyum smirk, ia lalu menatap Ashraf. "Lo yang minta, lo yang tanggung konsekuensinya!" ujarnya dan langsung memberikan bogeman di rahang Ashraf.
Ashraf terhuyung ke belakang karena mendapat serangan tiba-tiba, ia sudah memikirkan konsekuensinya, ketua nya ini memang tak akan pernah main-main dengan pukulannya.
Ashraf lalu bangkit dan langsung membalas pukulan Alfathar, kedua insan itu seperti musuh yang sedang saling membunuh hinggga mereka hampir lupa bahwa mereka bersahabat.
"Bangun lo! lawan gue!" ujar Ashraf yang sudah berhasil membuat Alfathar terjatuh.
"Gue cape Raf, gue cape!" ujar Alfathar sambil meneteskan air mata.
"Jangan lemah anji*g!" umpat Ashraf pada sahabatnya.
"Sampe kapan Raf? Sampe kapan gue kayak gini? Sampe kapan gue di hantui rasa bersalah?" tanya Alfathar lirih.
"Lo gak salah. Darren mati bukan karna lo!" ujar Ashraf. Ia sudah tidak dapat menahan air matanya agar tidak jatuh, namun nihil air matanya kini sudah turun membasahi pipinya.
"Boss gue baw-"
Perkataan Kenzie seketika terhenti saat melihat Ashraf dan Alfathar yang sedang menangis dengan wajah yang lebam dan mengeluarkan darah.
"Kalian kenapa?" tanya Kenzie yang kebingungan.
Tidak ada yang menyahuti pertanyaan Kenzie yang membuat dirinya mengacak rambutnya frustasi.
"JAWAB GUE KALIAN KENAPA HAH?!" umpat nya pada kedua sahabatnya.
Kenzie mendekati Ashraf yang sedang menundukan kepalanya. "Raf jawab gue ada apa? Kalian kalo ada masalah cerita sama gue! Apa gunanya gue sama anak-anak yang lain?!" ucap nya kesal.
"Mimpi itu datang lagi," jawab Ashraf yang membuat Kenzie terbungkam.
Kenzie melirik ketuanya yang keadaannya jauh dari kata baik-baik saja, rambut yang acak-acakan, wajah yang lebam, dengan baju seragam yang ia keluar kan dan terdapat bercak darah.
"Al, Lo gak salah. Itu cuman mimpi, come on! Lo pasti bisa!" ujar Kenzie.
"Lo gak tau apa yang gue rasain!" jawab Alfathar.
Kenzie dan Ashraf tidak tau harus berbuat apa, mereka hanya diam dan berkelut dengan pikirannya masing-masing.
Alfathar lalu mengambil jaket nya dan melenggang pergi dari markas yang membuat Ashraf dan Kenzie menatapnya. Saat ini markas terlihat sepi dari sebelumnya karena hanya ada mereka bertiga disini.
"AL MAU KEMANAA?" teriak Kenzie namun tidak di beri jawaban oleh Alfathar.
Kenzie hendak menyusul ketuanya namun tangan nya di cekal oleh Ashraf. "Biarin dia sendiri," ucapnya membuat Kenzie mengurungkan niatnya.
Disisi lain Alfathar telah mengendarai motor nya dengan kecepatan di atas rata-rata, ia bahkan hampir menabrak pengguna jalan lain. Dia tidak peduli, tujuan nya hanya satu sekarang, ia akan mengunjungi danau yang menjadi tempat favoritnya bersama sahabatnya di masa lalu.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFATHAR
Teen Fiction~ Jangan pernah tanyakan kepadaku mengapa aku bisa mencintaimu, karena aku mencintaimu karena kamu adalah kamu. ~ Kisah ini menceritakan tentang dua orang yang memiliki kekurangan yang saling bertolak belakang. Alfathar Ayden Pranadipa, Ketua geng...