11. Jealousy

4.4K 428 116
                                    

Kemarin mau up malah ketiduran 🤣 Pagi ini mau up, harus naik gunung beli kentang.

*Life struggle*

Klik di atas untuk mendengarkan lagu Shawn Mendes - Imagination

🌼🌼🌼🌼🌼

Setelah dua hari dirawat di rumah sakit Chengdu, hari ini Xiao Zhan sudah diizinkan keluar dari rumah sakit. Tidak ingin membuang waktu, pemuda itu meminta Yibo untuk memesan penerbangan pulang sore itu juga.

Tidak banyak yang mereka bicarakan selama perjalanan. Kondisi Xiao Zhan masih sedikit lemah, lebih banyak menatap langit dari balik jendela dan melamun. Yibo sama sekali tidak diperhatikan olehnya.

Lebih banyak berbicara sendiri tanpa mendapat respons, hal itu sedikit membuat Yibo kesal. Namun, Yibo masih bisa mentolerir ketika menatap bibir Xiao Zhan yang tampak pucat. Tidak hanya bibir, bahkan tatapan pemuda itu juga sangat sayu. Bulu mata yang panjang terkulai lemah, kelopaknya berkedip sesekali, menatap murung pemandangan di luar sana dari balik jendela.

Setibanya di Beijing, mereka telah dijemput oleh seorang supir yang telah dipersiapkan perusahaan. Yibo meminta supir itu untuk mengantarkan Xiao Zhan lebih dulu.

Perjalanan hanya sekitar dua puluh menit dari bandara. Sekitar pukul tujuh malam, mereka tiba di depan kediaman Tuan Xiao. Yibo tidak bisa tinggal diam melihat Xiao Zhan keluar dari mobil dan menenteng kopernya sendirian. Alih-alih menyuruh supir untuk membantu Xiao Zhan, pria itu turun tangan dan melakukannya sendiri.

Xiao Zhan tidak begitu peduli ketika Yibo berinisiatif merampas kopernya dari tangan. Hanya terdiam sesaat, kemudian mengikuti langkah pria yang dengan percaya diri memasuki rumahnya tanpa diundang.

“Zhan?” sapa Tuan Xiao. Pria itu melihat sosok yang tidak biasa berjalan di samping Xiao Zhan, bahkan membawakan koper putranya.

“Tuan Wang?” sapanya dengan raut wajah sedikit heran, kemudian menyuruh seorang asisten rumah tangga membawa koper itu.

Yibo dengan senyum khas bisnisnya tampak tenang, kemudian membalas sapaan Tuan Xiao, “Selamat malam, Tuan Xiao.”

Sempat tertegun dan bertanya-tanya mengapa Wang Yibo mengantarkan putranya sampai ke dalam rumah, Tuan Xiao kemudian berpikir bahwa mungkin ada hal serius yang masih harus dibicarakan seputar proyek. Pria itu pun mempersilakan Wang Yibo duduk di ruang tamu.

Xiao Zhan sangat lelah, dengan sikap acuh berjalan begitu saja melewati sang ayah. Atensinya menangkap benda yang tidak biasa tidak jauh dari tangga. Sebuah guci keramik mewah setinggi dua meter lebih. Cukup memakan tempat terpampang di sana sehingga Xiao Zhan mau tak mau menyadari barang baru itu.

“Ayah membeli guci baru?” tanya pemuda itu.

Tuan Xiao tersenyum bangga menatap guci itu, membuat Yibo penasaran dengan pembicaraan ayah dan anak, ikut menunggu jawaban.

“Itu hadiah dari Tuan Song,” jawab Tuan Xiao dengan senyum lebarnya. Terlihat sangat senang menatap guci antik dan memang sudah menjadi hobinya mengoleksi barang-barang unik.

“Tuan Song?” Yibo menyahut tanpa sadar, pernah mendengar nama itu sebelumnya. Tuan Song juga seorang pebisnis yang cukup sukses, memiliki beberapa perusahaan perakitan mobil dan berpengaruh di pemerintahan. “Apa maksud Anda, Tuan Song Wen Zou?”

“Ya, benar Tuan Wang. Anda juga mengenal Tuan Song?” Tuan Xiao balik bertanya.

Yibo menjawab, “Kami sempat bertemu di beberapa kesempatan. Beliau pria yang hebat.”

Xiao Zhan tampak tidak peduli dengan pembicara mereka. Pemuda itu melanjutkan langkah menaiki tangga menuju kamar. Mengabaikan Yibo dan sang ayah yang secara kompak mengalihkan atensi kepadanya. Namun mereka tidak menghentikan Xiao Zhan. Hanya diam sesaat sebelum kembali berbincang-bincang. Tuan Xiao berusaha mencairkan suasana, berpikir bahwa sangat tidak sopan bagi Xiao Zhan untuk meninggalkan tamunya tanpa sepatah kata. Yibo bukan bawahan. Pria itu adalah mitra kerja sekaligus penyelamat bagi perusahaan Xiao. Tidak seharusnya mendapatkan perlakuan yang kurang baik dan menciptakan kecanggungan.

HOW TO PLAY? (YIZHAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang