Turut berduka atas meninggalnya Alm Yoga Syahputra
jangan lupa komentar dan votenya yaaaa.
Melisa menatapku sesaat kemudian pandangannya berallih kepada Sean yang ada di sampingku, aku merasakan pegangan Sean pada pinggangku semakin mengerat, aku tidak tahu jika dia juga gugup sepertiku, padahal Melisa adalah neneknya sendiri, keluarga ini memang aneh.
"Apa kalian akan berdiri di sana sepanjang malam?, duduklah" kata Melisa angkuh, aku bersumpah aku tidak pernah selega ini sebelumnya, aku merasa aku baru saja selamat dari kematian yang ada didepan mataku. Tak lama kemudian Sean kembali menggenggam jemariku dan kamipun duduk di sofa seberang Macon Blackstone.
"Bawa pelacur itu keluar dari sini, aku muak melihatnya!" aku terkejut dengan perkataan Melisa, kupikir tadinya kata-kata itu untukku tapi ketika aku mendongak kedepan aku telah melihat beberapa pengawal menarik wanita yang berada di samping Macon, aku berpikir apakah sebentar lagi dia akan mengusirku, demi tuhan jika wanita tua itu mengusirku aku tidak akan sudi kembali ke mansion ini lagi walaupun Sean memohon dengan mencium kakiku, aku menunggu selama beberapa saat tapi Melisa tidak melontarkan kata-kata itu lagi.
"Macon, aku menginginkan surat pengunduran dirimu dalam dua hari, aku tidak bisa hanya diam saja melihatmu menghancurkan perusahaan yang dibangun ayahku dengan darah dan keringatnya" kami semua terkejut ketika mendengar kata-kata Melisa, terutama Macon.
"Ibu!, kau tidak bisa melakukan ini padaku" kata Macon mengebu-gebu kepada Melisa yang masih memasang tampang dingin diwajahnya.
"Tentu saja aku bisa!!!, harusnya kau sudah memiliki perusahaan itu diusiamu ini, tapi kau terlalu sibuk bermain dengan pelacur-pelacur menjijikkan itu, apa dulu aku pernah mengajarkanmu menjadi laki-laki berengsek dan tidak berguna seperti saat ini!!!" amuk Melisa hingga membuat semua yang ada diruangan itu terdiam, aku sangat tidak nyaman karena aku harus berada ditengah-tengah pertengkaran keluarga ini, sementara siapapun di rumah ini tahu bahwa aku bukanlah dari keluarga ini.
"Aku mendapat laporan jika kau membuat Blackstone company rugi sebesar 3 juta dollar, apa kau pikir perusahaan adalah tempat bermainmu!, dasar bodoh!!!" bentak Melisa, dan kali ini Macon hanya diam.
"Dan siapkan Sean untuk jabatanmu saat ini, aku tidak akan hidup selamanya untuk mengurus perusahaan ini, baik itu kau atau anak laki-lakimu, harus ada salah satu dari kalian yang akan mengurus perusahaan ini, aku sudah selesai dengan kalian sekarang tinggalkan aku bersama Miss Warren"
"Tapi nenek, Ashley dan aku akan..."
"Tak apa Sean" aku langsung memotong ucapan Sean, Melisa menatap Sean sesaat, lalu mengisyaratkan agar dia keluar dari ruangan itu.
***
3 tahun kemudian
Aku memandangi kemerlap kota New York pada malam hari dari Penthouse, aku memang sudah sering memandangi pemandangan ini sejak tiga tahun lalu ketika kami pindah ke kota yang tidak pernah tidur ini, dan selama itu juga aku tidak pernah bosan ketika melihat pemandangan didepanku ini, inilah satu-satunya pemandangan yang bisa mengurangi kesepianku, tapi tidak akan mengubah kenyataan bahwa aku memang kesepian. Empat tahun lalu di mansion keluarga Blackstone adalah terakhir kalinya aku bertemu dengan Melisa, dan seminggu kemudian Sean dikirim ke London untuk melanjutkan sekolahnya dan untuk masalah perusahaan Blacstone Company.
Setelah kepergian Sean, Melisa memperlakukanku seolah aku adalah putri keluarga Blackstone, dia membiayai kehidupanku selama empat tahun ini, apartemen, penthouse, pendidikan dan mobil semua adalah pemberian dari Melisa, aku benar-benar merasa seperti aku adalah seorang pengemis, aku berusaha menolak apa yang diberikan Melisa padaku, tapi dia tidak akan mau mendengarkan keberatanku dan memaksakan kehendaknya, begitulah cara kerja keluarga Blackstone. Melisa dan aku memang tidak pernah bertemu lagi semenjak empat tahun lalu, tapi dia selalu rutin menghubungiku, dan dia juga mengawasiku,
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya lekat-lekat. "Itu adalah cara yang ampuh, aku dibesarkan dengan cara itu, jadi jangan salahkan aku!" geramnya sambil mencengkeram setir mobi...