Chapter 48

64.6K 2.6K 773
                                    


Satu hari lagi aku terbangun di hotel, rasanya aku mulai terbiasa dengan pemandangan di sekeliling saat aku bangun di pagi hari setelah beberapa hari sebelumnya merasa berada di tempat asing, aku membungkus diriku dengan selimut satin berwarna merah muda yang disiapkan disampingku dan berusaha untuk turun dari tempat tidur, aku memeriksa di kamar dan tidak menemukan Sean disana, mungkin dia sedang berolah raga atau dia sedang mengurung dirinya lagi untuk bekerja. aku melihat ke arah kamar mandi dan tanpa pikir panjang aku menuju kesana untuk melakukan ritual pagiku, mandi dan membersihkan diriku, entah kenapa setiap aku bangun pagi aku merasa seperti kotoran.

Tak butuh waktu lama bagiku untuk merapikan diriku, dengan malas-malasan aku mengeringkan rambutku dan tak lama kemudian aku melihat Sean memasuki kamar dengan ponsel di tangannya, pakaiannya santai dan aku langsung memutuskan bahwa dia tidak terlihat seperti habis berolah raga jadi kesimpulannya hanya satu, bahwa dia mengurung dirinya lagi.

"Hei maafkan aku, aku tidak ada saat kau bangun" gumamnya menyesal sambil berlutut padaku, dia mengubur kepalanya di pangkuanku sedangkan kedua lengannya melingkari pinggangku yang masih duduk di depan meja riasku, kini ponselnya telah tergeletak begitu saja di lantai.

"Tak apa, aku baru saja bangun dan kupikir kau sedang berolah raga atau membeli kopi"

"Aku tidak akan meninggalkanmu dihotel sendirian sayang"

"Kubilang itu tak apa Sean, aku terbiasa dengan itu" aku mulai sebal karena sikapnya, berjuang untuk melapaskan diri dari pelukannya dan meraih kembali sisirku.

"Jangan marah, kumohon" Sean menatapku dengan pandangan anak kecilnya, aku menghela nafas panjang berharap bahwa itu bisa menambahkan kesabaran dan kekuatanku dalam menghadapinya.

"Bukan masalah besar, lakukanlah yang perlu kau lakukan Sean,aku tahu kau memiliki pekerjaan untuk diurus dan itu tidak pernah menjadi masalah untukku, tapi segalanya akan jadi lebih mudah jika kau menceritakan padaku apa yang sedang terjadi" aku memberinya pengertian dan berharap bahwa dia bisa menerima hal itu, bahwa dia akan mengerti bahwa aku mengkhawatirkannya, dan karena aku mencintainya.

"Kau berjanji akan menceritakannya jika terjadi sesuatu?" aku bertanya padanya dan dia hanya mengangguk patuh.

"Aku akan selalu disini Sean, kau tidak perlu mencemaskan apapun lagi sekarang" aku mendekapnya erat-erat, membisikkan kata-kata cinta padanya dan meyakinkan padanya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Tak lama kemudian aku mendengar suara ponselnya berdering, Sean cepat-cepat mengambilnya dari lantai dan melepasku.

"Tunggu" aku menahan lengannya, secepat mungkin dia berbalik menghadapku, aku melihat itu lagi dimatanya, aku melihat sesuatu yang mengganggunya, ketidak nyamanan di matanya begitu terlihat jelas, aku tahu itu tanpa dia harus mengatakannya kepadaku aku hanya tidak tahu mengapa dia tidak ingin mengatakannya padaku.

"Apakah ada sesuatu yang salah Sean?"

"Tidak, hanya saja pekerjaan tidak bisa menunggu" dan hanya begitu saja dia berlalu pergi, dia terlihat sangat jelas sedang menghindariku.

"Kalau begitu kenapa kita tidak kembali" aku bergumam sambil berjalan ke arah walk in closet.

"Ashley, jangan memulai semua ini" dia mengeluh, aku memandangnya dengan pandangan tersinggung sebelum kemudian menjawabnya.

"Aku tidak memulai apapun Sean!, kau adalah orang yang selalu memulai sesuatu, kau mulai untuk merencanakan masa depan dimana aku terlibat di dalamnya tanpa meminta pendapatku sedikitpun, kau orang yang selalu memintaku untuk menetap, kau juga orang yang selalu memintaku berkomitmen dengan segala peraturanmu yang tidak adil dan konyol, kau melarangku melakukan hal-hal sepele, kau selalu memintaku untuk jujur dan memberitahu segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku kepadamu, tapi di sisi lain kau selalu menutup dirimu sendiri dariku, kau selalu menghindariku jika sesuatu yang buruk terjadi, kau tidak pernah memberitahuku perasaanmu padaku, apa yang sebenarnya telah terjadi di sana, kau mengharapkan aku untuk selalu jujur kepadamu tapi kau lah orang yang tidak bisa jujur, kau bahkan tidak bisa jujur kepada dirimu sendiri" aku sadar bahwa aku telah melampaui batasku, tapi aku benar-benar tak tahan lain, aku selalu mencoba untuk berusaha membuka diriku pada dirinya, tapi sekarang dia seolah-olah membuat semua usahaku selama ini tampak seperti omong kosong.

Forever MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang