Aku dalam perjalanan menuju Mansion keluarga Blackstone bersama dengan Sean saat ini, aku sedikit gugup saat aku memikirkan aku akan menginap di Mansion itu selama akhir pekan, bayanganku tentang Daniel Blackstone masih saja membayangiku sampai saat ini, aku juga bertanya-tanya apakah saat itu Sean tau jika aku keluar bertemu Daniel dirumah kaca itu. Ini sangat membuatku bingung, dia mengetahui segalanya tentangku, dia bahkan tau jika aku adalah anak haram dari Gabriella Maxwell sebelum aku memberitahunya dan dia diam saja, itu sungguh membuatku ketakutan setengah mati, sekarang sikapnya cenderung seperti seorang psyco.
Aku menghela nafasku gugup disampingnya, astaga kenapa mendadak seluruh tubuhku serasa menggigil ketika mengingatnya marah padaku.
"Ada apa?" suara berat Sean langsung membuyarkan kecemasan dan kegelisahanku, aku menoleh ke sampingnya dan mengelus rahangnya sambil menggelengkan kepalaku.
"Katakan padaku" kejarnya sambil membawa telapak tanganku ke bibirnya dan mengecupnya berulang kali.
"Sungguh tidak ada apapun" aku berbisik sambil menghadiahi kecupan ringan di lehernya, aku mendengar dia menggeram ketika aku menanamkan bibirku dilehernya.
"Kau membuatku gila jika menutupi sesuatu dariku" dia berkata tenang, kata-katanya di selimuti oleh kesungguhan dan sedikit ancaman, bahkan aku merasa seperti diancam saat aku bersamanya. Perasaanku benar-benar sangat aneh, ketika aku bersamanya ada kalanya aku merasa sangat nyaman dan terlindungi saat bersamanya, dia seperti seorang penjaga dalam hidupku yang selalu melindungiku dari apapun, tapi ada kalanya dia seperti penjahat itu sendiri, ada kalanya saat kata-katanya penuh tuntutan dan ancaman kepadaku. Saat dia mengatakan kata-kata dengan geraman aku bersumpah seluruh tubuhku rasanya merinding mendengarnya. Aku sama sekali tidak bisa mengenyahkan perasaan takut ini dalam hatiku walaupun sudah berulang kali aku meyakinkan diriku sendiri bahwa Sean tidak akan pernah menyakitiku entah dengan cara apapun itu, tapi kadang ketika dia melakukan hal yang terlalu mengekangku dalam semua hal, itu justru membuatku ketakutan dan jadi semakin tidak nyaman bersamanya.
Demi tuhan aku menyayanginya, dan aku akan bersama dengannya jika dia menginginkan hal itu, itu seperti memberinya sebuah kompensasi karena perbuatanku selama ini padanya. Aku ingin mengatakan seperti yang selalu dia katakan padaku bahwa 'dia mencintaiku'. Aku belajar untuk mengatakannya, aku belajar untuk membiasakan kalimat itu dalam pikiranku dan mengingatnya dengan baik-baik, tapi saat aku berhadapan dengannya ataupun saat dia menatapku, kata-kata itu seakan menghilang begitu saja dalam pikiranku.
Tuhan tau betapa aku membenci diriku sendiri ketika aku gagal mengucapkan kalimat itu padanya, tapi setidaknya tuhan juga tahu bahwa aku telah berusaha untuk mempelajarinya.
"Kau tidak akan mengatakannya kepadaku?" dia berujar lagi memecahkan lamunanku, sekali lagi aku menoleh padanya dan berpindah kepangkuannya, dia mengatur posisiku agar kami tetap berhadapan, aku berusaha masuk ke dalam dadanya untuk menyembunyikan wajahnya tapi dia menolakku.
"Tidak sayang, tidak ada pelukan sampai kau katakan apa yang terjadi" dia mengusap bibirku dengan lembut lalu mengecupnya penuh kelembutan, sekali lagi aku menggeleng padanya, dan untuk kesekian kalinya aku melihat rahangnya mengeras. Oh astaga apa dia marah padaku lagi?, aku buru-buru mengusap lagi wajahnya, mataku seakan melekat pada pemandangan wajah tampannya, aku melihat seluruh wajahnya dengan seksama seakan aku tidak ingin melewatkan hal kecil apapun. Matanya juga memandangku seolah aku adalah hal menakjubkan yang tidak pernah dia lihat sebelumnya, mata tajam itu sekarang menatapku dan kembali mengintimidasiku, bahkan hanya dengan tatapan matanya pun dia bisa mengintimidasiku.
"Sean please..." aku memohon padanya sambil kembali berusaha memeluknya, tapi sekali lagi dia menghentikanku. Sialan!, aku sangat benci ketika dia melakukan ini padaku, ketika dia tidak mau membiarkanku menyentuhnya, itu seolah menyakitiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya lekat-lekat. "Itu adalah cara yang ampuh, aku dibesarkan dengan cara itu, jadi jangan salahkan aku!" geramnya sambil mencengkeram setir mobi...