Keesokan harinya aku telah sampai di New York, aku dan Sean telah kembali pada kota New York yang sesak dan penuh dengan ambisi manusia yang setiap saat selalu bekerja dan bekerja tanpa henti, lampu-lampu toko-toko di pinggir jalan yang tidak pernah mati walaupun utuk sejenak cukup menjadi bukti kenapa New York dijuluki dengan kota yang tidak pernah tidur. Ketika Richard membuka pintu, aku langsung merasakan udara kota yang memenuhi paru-paruku, aku mengernyit sambil membandingkan kualitas udara California."Selamat datang kembali Miss Warren" Richard berkata dengan nada menenangkan di suaranya, aku mengangguk dan tersenyum padanya sebelum pinggangku diraih oleh Sean dan dibawa masuk kedalam penthousenya, aku bertanya-tanya kenapa dia begitu sensitive. Kami berdua hanya diam ketika kami telah berada di dalam lift.
"Apakah Richard tidak akan kemasuk ke Penthouse?" aku bertannya karena tidak tahan akan keheningan yang sengaja dia ciptakan entah karena alasan apa.
"Tidak, dia punya pekerjaan lain yang harus diurus" dia berkata, tepat saat itu juga pintu lift terbuka dan seperti biasa dia menyeretku keluarr dari lift dengan langkah panjangnya yang sangat sulit untuk kuikuti, aku juga mengernyit sakit ketika merasakan pergelangan tanganku yang belum sembuh benar kembali mengeluarkan rasa nyeri.
Aku tiidak tahu kapan dia membuka pintu penthousenya, yang aku tahu tiba-tiba saja aku sudah berada didalam dan dia segera menutup pintunya dengan cepat.
"Masuk kedalam kamar dan tunggu aku disana!" dia berkata dengan tegas sekaligus penuh dengan paksaan yang kembali membayangi pikiranku.
"Ingin kubuatkan sesuatu?" aku bertannya padanya, dia menoleh sejenak lalu kembali membalas kata-kataku dengan kata-kata tajamnya yang langsung ditujukan padaku.
"Ya Ashley. Aku ingin kau masuk kedalam kamar sialan itu dan menungguku disana, jadi cepat lakukan itu untukku!" kata-kata Sean barusan sangat menyakiti hatiku, aku berpaling darinya lalu menghentakkan kakiku menuju kamarnya, aku bahkan juga sempat membanting pintu kamarnya keras-keras.
Aku menangkup wajahku dengan jemariku, aku merasakan lelah yang luar biasa melandaku belakangan ini, entah sampai kapan aku bisa tahan untuk menghadapinya, aku melihat pantulan diriku di cermin, aku kembali pada diriku sebelum aku pergi ke California. Rambutku mengkilap dan bergelombang sempurna, kulitku mulus tanpa cacat sedikitpun, pipiku yang terdapat rona kemerahan alami, gaun yang kupakai saat ini adalah busana rancangan desainer Perancis yang bahkan tidak bisa kuingat namanya karena cara pengucapannya yang begitu sulit, sepatu dan tasku juga tak kalah bagus dan mahal dari bajuku. Aku tersenyum tipis dan mulai berpikir betapa menggelikannya semua ini, aku berusaha mati-matian untuk keluar dari sini dan sekarang aku malah dengan sukarela kembali kemari, benar-benar tidak dapat dipercaya aku melakukan hal sebodoh ini dalam hidupku.
Aku berbalik dari kaca karena benci melihat bayanganku sendiri menertawakanku dengan kebodohanku. Aku berjalan kearah walk ini closet lalu membukanya dengan cepat kebagian pakaianku, aku melihat beberapa tambahan gaun didalamnya, aku bahkan tidak pernah memesan ataupun menginginkannya sebelumnya, sekali lagi aku mendengus sebal lalu mengambil gaun tidur sutra berwarna hitamku dan membawanya kearah kamar mandi.
Dikamar mandi aku menyiapkan air hangat untuk diriku sendiri, aku ingin berendam dan menghilangkan semua kakacauan yang rasanya menumpuk didalam kepalaku. Setelah air hangatku siap aku menuangkan aroma mawar kesekaanku didalamnya, wanginya langsung menyebar di sekitar kamar mandi. Aku membuka gaun yang kupakai dengan hati-hati karena takut merusak bahannya, mengingat betapa banyak uang yang dikeluarkan oleh Sean hanya untuk sepotong gaun ini. Kini semua pakaianku telah terjatuh di lantai kamar mandi, aku memejamkan mataku untuk sedikit menenangkan diri, entah berapa lama aku melakukannya hingga aku merasakan sepasang lengan kuat itu memelukku dari belakang. Aku membuka mataku dan melihat kepala Sean yang bersandar di bahuku dari pantulan kaca didepanku. Aku bahkan tidak bisa memikirkan apapun saat ini, aku benar-benar sangat bingung dengan perubahan sikapnya yang tiba-tiba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya lekat-lekat. "Itu adalah cara yang ampuh, aku dibesarkan dengan cara itu, jadi jangan salahkan aku!" geramnya sambil mencengkeram setir mobi...