Sean membukakan pintu mobilnya untukku saat kami ada didepan apartemenku, wajahnya benar-benar terlihat sangat lelah, kerah bajunya terbuka, dasinya dilonggarkan dan lengan kemejanya telah ditekuk hingga sebatas siku, dia menggandengku menyusuri lorong gelap di jalanan apartemenku, dia selalu melakukannya saat kami melewati lorong gelap ini, aku pikir itu untuk menjagaku. Kami tidak bicara sepatah katapun saat kami sampai di apartemenku, aku menatapnya yang sedang termangu menatapku, aku jadi tidak tega untuk mengucapkan selamat tinggal padanya.
"Kau mau masuk?" tawarku padanya, seketika itu juga dia langsung menatapku terkejut,
"Kau yakin?"
"Tentu, aku membuat kesalahan malam ini, setidaknya ini adalah kompensasiku padamu"
"Dengan membiarkanku masuk, itukah yang kau masuk kompensasi?"
"Tidak, dengan menjagamu tetap aman dan tidak melakukan hal-hal bodoh, itu adalah kompensasinya."
"Boleh aku menginap disini?"
"Kupikir itu yang akan kau lakukan, tapi kau tidur disofa" aku tersenyum sambil membuka pintu apartemenku dan mempersilahkannya masuk, dia segera duduk di sofa nyamanku yang hangat sambil menyampikan jas yang digenggamnya disandaran kursi meja belajarku, aku berganti pakaian dengan kaos oblong berwarna putih dan celana pendek berwarna hitam aku mengikat rambutku dengan ikat rambut strawberry yang diberikan Jake padaku, aku tidak mau memikirkan dia saat ini, aku tau dia akan sangat terluka dan bahkan tidak mau bertemu denganku lagi. Aku keluar sambil membawa beberapa baju ayahku dan menghampiri Sean yang sedang menonton acara di televisiku.
"Emm, aku membawa beberapa baju ayahku, kau bisa memakainya jika kau tidak keberatan memakai baju orang yang sudah mati"
"Aku akan memakainya, terima kasih"
"Kamar mandinya ada di..., oh astaga!!" pekikku ketika aku melihat Sean melepas celananya dan hanya mengenakan boxer saat aku melihatnya
"Apa?" tanyanya sambil menahan tawa,
"Lupakan!, aku akan masuk kekamar sampai kau berpakaian, panggil aku jika sudah selesai" ujarku sambil berjalan mejauh darinya,
"Ashley, aku sudah selesai berpakaian" kata Sean sambil mengetuk pintu kamarku
"Well,Apa kau lapar?" tanyaku sambil berjalan melewati Sean yang ada didepanku
"Ya, sangat lapar" ujarnya, membuatku tertawa, bayangkan saja, kami baru saja tiba dari sebuah pesta dan kami kelaparan.
"Ya aku juga, Mau kubuatkan sandwich?" tawarku padanya
"Kedengarannya enak"
"Aku akan membantumu mengiris tomat dan mencuci seladanya"
"Bagus!"
***
Saat pagi hari kami mulai berkemas-kemas dan bersiap untuk menjalani hari, aku sudah bersiap untuk pergi kuliah, aku sudah mengikat tali sepatuku dan meraih tasku saat Sean sudah mengambil kunci mobilnya dan membukakan pintu untukku, saat dia melangkah keluar dia menghalangi jalanku dengan berdiri di tengah pintu.
"Sean, menyingkirlah, kau menghalangi jalanku!"
"Apa seseorang baru saja mengadakan pesta miras disini?" tanya Sean sambil mengangkat botol berwarna kecoklatan kemudian melemparnya kearah tempat sampah.
"Ohh para pemabuk itu lagi, tinggalkan saja disana, petugas kebersihan akan membereskannya"
"Jadi mereka sudah sering berpesta miras didepan apartemenmu ini?" tanya Sean dengan pandangan seriusnya, dia benar-benar terlihat tampan saat dia seperti ini.
"Ya, hal itu sudah biasa" jawabku enteng sambil berusaha menghidari pecahan kaca yang berserakan.
"Mereka mabuk Ashley, bagaimana kalau mereka mendobrak paksa rumahmu?."
"Itu tidak pernah terjadi Sean, setidaknya belum pernah terjadi." Ujarku lagi sambil mengenakan topiku dan bersiap untuk berlari kearah halte bus
"Lingkungan ini benar-benar tidak aman untuk ditinggali seorang gadis" kata Sean sambil menatap Ashley dengan pandangan tidak setuju
"Ayolah Sean, ini adalah apartemen termurah yang bisa kudapatkan dikota ini"
"Pindah saja keapartemenku, ada banyak ruangan disana"
"Dan semua orang pasti akan menganggapku seorang pelacur yang tinggal bersama dengan pewaris Blackstone Inc, aku tidak tertarik" kata Ashley sambil mengibaskan tangannya, sedangkan Sean hanya memandanginya dengan pandangan yang tajam, matanya menyipit padaku,dan sekarang dia sedang berjalan menghampiriku dengan langkah pelan dan akhirnya sampai ditempatku berdiri saat itu.
"Kau lupa kalau kau adalah milikku Ashley?"
"Dengar aku sangat minta maaf atas apa yang terjadi pada malam itu ,aku benar-benar menyesal, bisakah kau melupakan hal itu dan mengakhiri hubungan kita sampai disini?, kumohon, hidupku sudah cukup rumit bahkan sebelum aku bertemu denganmu" aku memohon padanya, tapi dia hanya mengerjabkan matanya lalu menjawab
"Harusnya kau memikirkannya sebelum kau menghinaku saat itu, asal kau tau aku tidak akan membiarkanmu begitu saja, jadi lupakan saja permintaan konyolmu barusan karena aku tidak akan mengabulkannya!"
"Apa aku sudah pernah mengatakan kalau kau menyebalkan?"
"Kau baru saja mengatakannya, well, apa kegiatanmu hari ini?"
"Kuliah, bekerja dan bekerja lagi,tidak tidak, mungkin aku hanya bekerja satu kali hari ini, karena kupikir setelah pesta tadi malam, Sarah akan merengek pada ayahnya agar memecatku"
"Maaf tentang itu, kau tidak akan perlu bekerja lagi setelah ini"
"Apa maksudmu?"
"Ayolah, aku akan mengantarmu ke Universitasmu kau tidak mau terlambat bukan?"
Mobil Sean berhenti tepat di depan Universitasku, beberapa orang yang sedang bersantai sedang menatap, itu wajar karena mobil yang digunakan untuk mengantarku adalah sebuah Lamboghini Avendator LP1600 hitam milik Sean, Sean keluar dan membukakan pintu untukku dan menggandengku keluar dari mobil, tanpa kusangka sebelumnya dia mendekat kearahku sambil mencium bibirku dengan lembut lalu melepas topiku dan memasukkannya kedalam mobilnya, dia membenarkan rambutku yang tertiup angin musim gugur lalu menciumku sekali lagi.
"Jangan menggunakan topi itu lagi"
"Aku menyukainya"
"Aku akan menjemputmu sepulang kuliah,dan tidak perlu bekerja hari ini"
"Tentu saja aku harus bekerja"
"Kita lihat saja nati" kata Sean sambil tersenyum licik
"Kau bahkan tidak tau jadwal kuliahku, bagaimana kau bisa tahu jam berapa kuliahku selesai"
"Aku akan sampai disini sebelum kau selesai, percayalah"
"Terserah" kataku sambil berbalik dan berjalan memasuki kelasku tanpa memperdulikan tatapan orang-orang yang tadi baru saja melihatku bersama Sean, aku mengabaikan semuannya lalu berjalan memasuki kelasku.
Komentarnya ditunggu ya, kalo gak ada yang minat baca mending aku gak usah post cerita ini lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya lekat-lekat. "Itu adalah cara yang ampuh, aku dibesarkan dengan cara itu, jadi jangan salahkan aku!" geramnya sambil mencengkeram setir mobi...