Hugh Hefner Sky Villa di Palms Casino sungguh luar biasa dengan segala fasilitas yang di tawarkan di dalamnya, ada kolam renang dengan symbol playboy di dalam air yang menghadap kearah kota Las Vegas, pusat kebugaran yang di lengkapi dengan segala sesuat yang di butuhkan, tempat tidur berputar dan aku mendapatkan perpustakaanku sendiri disini. Benar-benar luar biasa, selama beberapa hari ini yang kulihat adalah keindahan dan itu sangat membahagiakan, meskipun itu sudah cukup dengan Sean di sisiku. Pagi ini dia tidak menginterupsi tidurku karena tidak ada jadwal penerbangan, tapi dia tidak terlihat di dalam kamar pagi ini, aku berpikir mungkin dia hanya pergi untuk berolah raga, aku membuka selimut satin yang membelitku dan tidak lagi terkejut dengan ketelanjanganku, aku berjalan ke arah dapur dan mengambil jus jeruk dari kulkas dan menuangkannya di gelas sebelum akhirnya menikmatinya."Kau terlihat lezat" suara baritone itu mengagetkanku hingga hampir saja aku menjatuhkan gelas di tanganku, tak lama kemudian aku merasakan lengannya membungkus pinggangku dan hidungnya mengendus leherku.
"Hmm, istriku yang cantik" telapak tangannya turun ke pantatku dan meremasnya dengan lembut, membuatku mendesah.
"Kau berkeringat" aku balas berkata sambil mengecup lehernya.
"Kau suka ketika aku berkeringat dan meledak didalammu seperti kemarin malam" aku tertawa ringan saat dia mengatakannya dan ya dia memang selalu benar tentang hal itu, aku suka saat dia membuatku datang dan menjeritkan namanya.
"Kau merindukanku pagi ini?" Sean bertanya sambil mengangkat tubuhku hingga aku duduk diatas meja bar dengan lengannya yang masih melingkar di pinggulku. Sambil menjalankan tanganku di rambutnya aku menganggukkan dan menanamkan ciuman basah di bibirnya.
"Aku mencintaimu" aku berkata dan dibalas dengan senyuman penuh kebahagiaan dari Sean, dia menguburkan kepalanya di payudaraku dan menghirup aromaku disana, aku menahan diriku untuk mengerang ketika dia melakukannya.
"Aku juga mencintaimu sayang, aku sangat sangat sangat mencintaimu" lidahnya mulai menelusuri setiap ujung mulutku dengan liar, beberapa kali dia juga menggigit kecil bibir bawahku.
"Aku lapar" aku berkata sambil memeluk lehernya membuat ciumannya beralih di bahu dan leherku, dia mengerang pelan dan melanjutkan menggerayangi tubuh telanjangku.
"Aku ingin waffle dengan buah segar di atasnya" aku berkata lagi tapi dia tetap saja tidak mendengarkan perkataanku, dia sedang menikmati apa yang dia lakukan saat ini, sampai aku menangkap kepalanya di telapak tanganku dan dia menatapku dengan gairah yang terlihat jelas di matanya.
"Kumohon" aku menampakkan wajah tidak berdayaku padanya, tapi tatapan penuh gairah itu belum hilang dari matanya, ini sudah hampir dua minggu sejak pernikahan tapi dia tidak pernah menjauhkan tangannya dari tubuhku.
"Tidak akan lama sayang, lalu kita akan makan waffle sebanyak yang kau inginkan" dia mengangkat tubuhku dari meja bar dan berjalan menuju kamar, dia menjatuhkanku ke tempat tidur sebelum dia membuka pakaiannya dan menindih tubuhku di bawahnya.
***
Kami menghabisakan sebagian besar waktu kami di hotel, kami bermain monopoli, kami menonton film dan beberapa acara televisi yang tidak pernah kutonton sebelumnya, Sean ada di sampingku dan memelukku sepanjang hari, dia akan selalu sigap untuk mengambilkanku minuman dan makanan untukku jika aku mulai merasa bosan. Dia mengurus semua kebutuhanku tanpa mengeluh sedikitpun bahkan jika aku bersikap sedikit ketus padanya, dia adalah pria terbaik yang kudapatkan, dan aku bahagia menyadari kenyataan bahwa aku menikahinya.
Didepan layar televisi kami berdua bergelung nyaman tanpa bicara sedikitpun, mata kami sama-sama tertuju pada layar tapi tangan Sean tidak pernah berhenti menyentuhku, bibirnya berulang kali mengecup diriku, tapi jika aku menolaknya dia akan marah dan pada akhirnya nanti kami akan berdebat, jadi aku memutuskan untuk tetap diam dan menerima segala bentuk kasih sayangnya padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Mine
Romance"Apa kau selalu seperti ini?, memerintah orang untuk melakukan apa yang kau mau?" lanjutku sambil menatapnya lekat-lekat. "Itu adalah cara yang ampuh, aku dibesarkan dengan cara itu, jadi jangan salahkan aku!" geramnya sambil mencengkeram setir mobi...