31 - This Where I Leave You

15 3 6
                                    


Abe kembali lagi ke tempat itu. Gedung bercat putih bersih dengan bau menyengat khas desinfektan. Sudah lewat lewat pukul 6 sore saat dia mendapati Mama yang sedang menyuap sesendok sup ke mulut. Tidak ada siapa-siapa lagi selain Mama di ruangan itu.

Sebuah perasaan bersalah menjalar, harusnya dia datang lebih awal.

"Kak Sera kemana?"

Abe ingat kakaknya berjanji akan datang setelah makan siang.

"Keluar ambil pesenan makanan," jawab Mama dengan senyum kecil. Seperti ada kelegaan saat menyadari kehadiran Abe di tempat itu.

"Ohh," gumam Abe.

"Kamu udah makan?" tanya Mama lagi. Dia menggeleng, memang sengaja agar Mama tidak menunggu terlalu lama.

Nyala tv di ruangan itu menjadi satu-satunya sumber suara kemudian. Sampai pintu ruangan terbuka dan menampakkan Sera dari balik pintu.

"Loh? Katanya lo mau kerja kelompok sampe malam?" Sera terkejut mendapati Abe yang sedang tiduran di sofa.

"Nggak jadi kerja kelompok, gue izin balik duluan," jawab Abe tanpa ada niatan bangun dari posisinya.

"Udah makan?" tanya Sera lagi.

"Belum."

"Tuh, kan. Untung aja gue beli lebih. Nih, makan dulu."

"Itu sambelnya dipisahin dulu, Ser. Abe nggak akan kuat pedesnya."

Ibu tetaplah seorang ibu, yang walau dalam sakit, hati dan pikirannya tidak akan pernah berhenti dari anak-anaknya.

"Ngg... nggak apa-apa, Ma. Aku udah biasa makan pedes, kok," protes Abe.

"Kamu nggak akan kuat, itu pedes banget. Mama sering beli makan di warung itu," Mama keukeuh.

Abe mengerang pelan ingin protes lagi, tapi melihat pelototan Sera yang mengarah kepadanya, membuat Abe menjadi anak baik dan penurut lagi. Dia menyingkirkan sambal merah yang ada di atas nasi, kalau itu yang membuat Mama tenang dan merasa nyaman.

Benar saja, baru satu suap nasi yang tercampur sedikit sambal menyentuh bibirnya, Abe bisa merasakan panas cabe membakar. Mama selalu benar.

"Kak Adel nggak ke sini ya, Ma?" tanya Sera saat mereka selesai makan.

"Iya. Ada acara di rumah mertuanya besok," jawab Mama dengan suara lemah. Tampaknya kantuk sudah menghampiri. Perlahan Abe mengambil remote dan mengecilkan volume suara tv, membiarkan Mama dan Sera berbincang.

Sampai akhirnya suara-suara itu pun menghilang, tersisa suara samar dari speaker kecil di atas kepala Abe. Mama sudah tertidur. Pandangan Abe bertemu dengan Sera yang sedang membersihkan lengan Mama dengan lap basah.

"Lo belum ngantuk kan? Keluar, yuk," ajak Sera yang sudah beranjak dari duduk.

"Terus Mama?" tanya Abe bingung.

"Nggak apa-apa.Bentaran doang ke taman. Nanti biar gue bilang ke perawat yang jaga."


Maka di sanalah mereka. Di taman gelap, yang hanya mendapat penerangan dari lampu-lampu kecil minim cahaya. Air mancur di hadapan membuat jari-jari Abe sesekali terpercik buliran kecil air.

"Apa kriteria orang untuk dirawat di ruangan ICU?"

"Huh?" Sera terkejut.

"Kenapa orang harus dirawat di ICU?" Abe mengulang pertanyaannya.

Dunia ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang