16 - Failing in Love

15 4 5
                                    

I light the fuse,
And I watch it burn,
And somewhere deep inside
I know there's a lesson to be learned,
It's not the crime but the way that we pay for,
Feelings unmutual,

*****

We are not falling in love, we are failing in love

Hujan.

Padahal matahari pun belum beranjak dari tidur. Alpha membiarkan jendela kamar terbuka sedari malam, mengijinkan udara dingin masuk menusuk ke tulang. Sudah lewat seperempat malam, dia tidak kunjung mengantuk.

Saat dia mencoba memejamkan mata, pembicaraannya dengan Rian tadi sore kembali teringat. Patah hati setidakmenyenangkan itu. 

"Mia tuh versi ceweknya Abe," adalah kalimat pembuka yang berhasil membuat Alpha uring-uringan semalaman.

"Lo tau kan Abe kalo udah ambis gimana?  Bayangin aja deh ada dua Abe, pusing nggak lo? Mereka pernah pulang sampe tengah malam selama 1 bulan berturut-turut buat persiapan lomba. Menurut gue agak freak sih, tapi temen-temen bilang mereka couple goal di sekolahan. Sangking goalnya, sampe Kepala Sekolah bisa biasa aja ngeliat mereka pacaran di laboratorium. Belum lagi guru-guru yang suka bilang kalau pacaran tuh ya kayak mereka, sama-sama bawa ke hal yang positif."

"Pernah tuh kan, gue dipanggil ke ruang konseling gara-gara bolos dan ketahuan pacaran, ehhh, sialnya ada mereka berdua. Habislah gue diceramahin sama guru BK. 

"Sejujurnya gue nggak terlalu kenal sama Mia, pergaulannya suka beda sendiri sama anak-anak yang lain. Waktu kita nongkrong di kantin pas jam istirahat, dia nongkrongnya sama guru-guru. Ehm, bukan nongkrong sih, lebih tepatnya diberdayakan jadi asisten guru."

Mia begini, Mia begitu. Sepanjang penjelasan Rian tentang Mia, dia hanya mampu menatap nanar perempuan itu. Masih banyak lagi informasi yang diceritakan, tapi Alpha sudah tidak sanggup menampung lebih banyak informasi. 

Apalah dia dibandingkan dengan Mia?


Jendela kamarnya yang terletak di lantai dua masih terbuka lebar. Sesekali ada percikan air yang masuk karena hujan di luar semakin deras. Pandangan Alpha kemudian beralih pada bayangan hitam di ujung jalan. Dari kejauhan, dia bisa melihat bayangan hitam itu mendekat. 

Suara langkah semakin mendekat, samar-samar dia melihat dua orang muda yang sedang menarik gerobak. Sedini ini, dan ada orang di luar sana yang sudah memulai hari. 

Sesaat pikirannya mulai terdistraksi, mengasihani dua orang yang sepertinya akan membawa dagangan mereka ke pasar pagi. Sebentar lagi jalanan depan rumahnya akan ramai dilewati para pekerja pabrik yang ada ujung jalan. Jalanan itu tidak pernah sepi di setelah pukul 4 pagi. Belum lagi kendaraan pabrik yang lebih sering beroperasi saat malam hari.

Mata Alpha masih terus mengekori langkah dua orang tadi, sampai mereka benar-benar menghilang di kegelapan jalan. Sebuah percikan besar air mendarat di ujung hidungnya, dingin.

Abe udah tidur belum ya, benaknya.

Distraksinya gagal, pikirannya kembali pada hati yang patah. 

***** 

Hampir satu jam Abe mencoba menghubungi Alpha, tapi gagal. Awalnya panggilan masih tersambung, tapi setelah beberapa lama, ponsel gadis itu sudah tidak aktif. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Hhhh, Alpha kemana sih?" gerutunya kesal. Mereka harusnya ada diskusi perihal asistensi kemarin.

"Gue ada rapat ANUAL ya, Be. Jam 12," kata Angga. Laki-laki itu sedari tadi hanya diam melihat Abe seperti cacing kepanasan.

Dunia ParalelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang