SEMBILAN

43 12 1
                                    

Gia memeluk Rafa cukup erat dari belakang, angin yang berembus malam ini cukup membuatnya sedikit kedinginan dan memeluk Rafa membuat tubuhnya terasa jadi lebih hangat, terlebih tangan kiri Rafa juga ikut mengusap lembut tangan Gia yang melingkar di pinggangnya itu, senyum Gia mengembang meski Rafa tak bisa melihatnya.

Tapi, kemudian Rafa memelankan laju motornya. Di sebuah taman, terparkir mobil yang sangat Rafa kenal. Dan, terlihat tiga orang sedang berkelahi sedangkan satu orang lagi sedang sibuk seperti memaksa seseorang di dalam mobil. Kemudian, tanpa menunggu persetujuan Gia, Rafa langsung mengarahkan motornya mendekat ke arah orang-orang itu.

"Siapa, Raf? Lo kenal?" tanya Gia sambil turun dari motor sebab Rafa juga langsung turun begitu motor mati, dia tak menjawab pertanyaan Gia dan langsung menghampiri pria yang sedang memaksa seseorang di dalam mobil.

Rafa menarik kerah baju pria itu dari belakang sampai pria itu menoleh dan tubuhnya ikut tertarik, tanpa bicara apa-apa lagi, Rafa langsung memukul wajah pria itu dengan keras hingga pria itu tersungkur ke aspal. Tak memberi kesempatan sedikitpun pria itu untuk melawan, Rafa terus memukulinya dengan penuh emosi.

Sementara Gia yang masih berdiri di dekat motor Rafa, hanya diam mematung. Tubuhnya gemetar, air matanya keluar tanpa Gia bisa tahan. Dia sangat takut sekarang sebab matanya kembali menyaksikan perkelahian yang hampir mirip dengan kejadian beberapa bulan yang lalu, Gia tak bisa apa-apa. Menghentikan mereka adalah hal yang mustahil. Gia rasanya ingin lari, tapi kakinya terasa seperti di paku, jangankan melangkah, mengangkat salah satu kakinya saja rasanya sulit. Sedangkan dadanya kini sudah mulai terasa sesak, trauma yang Gia alami memang bukan hal yang bisa disepelekan sebab sering kali jika merasa begitu takut, napasnya jadi sesak dan Gia sulit mengaturnya.

Ketiga orang itu kabur saat salah satu dari mereka sudah tak sadarkan diri akibat pukulan bertubi-tubi dari Rafa, sedangkan dari penglihatan Gia. Rafa dan Kafa --iya orang yang berkelahi yang Gia dan Rafa lihat adalah Kafa, makanya Rafa berhenti. Wajah mereka sudah cukup babak belur, padahal baru saja Gia mengobati luka Rafa tadi di toko tapi sekarang muncul luka-luka baru di wajahnya dan itu membuat Gia sangat khawatir tapi dia tetap tidak bisa beranjak dari tempatnya, sementara Rafa tak langsung menghampirinya, dia malah berjalan menuju mobil Kafa dan memeriksa keadaan seseorang di dalam sana.

Mata Gia tak lepas dari gerak gerik Rafa, termasuk saat pria itu berjalan mendekat ke mobil Kafa. Gia bisa tahu di dalam sana ada seorang wanita dan Gia tahu siapa wanita itu. Risa. Iya, dia Risa. Gia sebenarnya tak tahu persis apa hubungan Rafa dan Risa tapi dari yang Gia rasa, Rafa memiliki kekhawatiran yang lebih pada wanita itu. Entah mereka sepasang kekasih atau bukan, tapi Rafa bilang saat di rumah sakit waktu itu, dia dan Risa hanya teman dan Rafa mengatakan itu di depan Risa walaupun saat itu Gia bisa lihat ekspresi Risa terlihat seperti sedih dan mengharapkan sesuatu. Tapi, persisnya siapa Risa sebenarnya, Gia tak tahu.

Mobil Kafa melaju pelan meninggalkan Rafa yang berdiri di samping mobil itu, Rafa kemudian menghampiri Gia dan wajahnya terlihat begitu khawatir saat melihat Gia cukup pucat, matanya basah dan keringat mengucur di dahinya padahal malam ini cukup dingin.

"Gia, maaf." hanya itu yang Rafa ucapkan sambil menarik Gia ke dalam pelukannya seolah dia mengerti penyebab kenapa Gia seperti ini.

Gia tak menjawab, dia mencoba mengatur napas dan menghentikan tangisnya tapi tidak bisa. "Gue takut." ucap Gia dalam pelukan Rafa, dia balas memeluk Rafa dengan erat, mencoba mencari ketenangan di sana meski sebenarnya Gia bingung dan sulit mengartikan sikap Rafa yang terlihat begitu khawatir pada Risa dan juga pada dirinya dalam waktu bersamaan yang membuat satu pertanyaan muncul di benaknya. Apa Rafa selalu seperti ini pada semua wanita?

Heavy RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang