EMPAT

157 27 5
                                    

Rafa mengendarai motornya dengan kecepatan cukup tinggi, jalanan sore saat mendung begini tak terlalu ramai membuatnya dengan leluasa menggunakan jalanan yang lenggang, beberapa menit yang lalu Galang menyuruhnya untuk ke apartemennya sebab sahabatnya yang satu itu sedang sakit dan mengeluh kesepian berada di sana sendirian, Kafa sudah berangkat lebih dulu menggunakan mobil.

Di sebuah persimpangan jalan, Rafa melihat beberapa orang berkerumun di trotoar jalan. Rafa memelankan laju motornya saat melewati kerumunan itu, melihat sekilas dari celah kecil orang-orang yang sedang berdiri cukup rapat itu, seseorang yang sedang dia hindari beberapa hari ini, terduduk lemas di atas batu trotoar jalan itu. Kakinya diluruskan ke depan, ada sedikit luka di pergelangan kaki sebelah kanannya.

Dengan cepat Rafa memutar balik kendaraannya, melawan arah sedikit, memarkirkan motornya sembarangan kemudian langsung turun dan menerobos kerumunan orang yang hanya menonton Risa yang kesakitan, ada sedikit kesal di hatinya. Bagaimana bisa orang yang kecelakaan terlihat seru untuk di tonton? Rafa tak habis pikir.

"Risa!" panggil Rafa sambil mendekat dan berjongkok di depan Risa.

Risa menoleh dan senyum langsung tercetak di bibir tipisnya, rasa sakit yang berpusat di pergelangan kaki kanannya seketika terasa hilang saat pria yang selalu dia cari beberapa hari ini akhirnya muncul kembali di depannya.

"Rafa." sahutnya lembut, tangannya mengulur ke depan mencoba meraih Rafa dalam dekapannya.

Tapi, pria itu justru malah menahan tangannya, ditolak secara halus seperti itu membuat Risa seketika mengurungkan niatnya untuk memeluk Rafa. Mungkin pria itu masih kesal atas kejadian beberapa hari lalu, Risa memang salah tapi tidakkah bisa Rafa memaafkannya? Jangankan memaafkannya, mendengar penjelasannya saja pria itu enggan.

"Gimana bisa lo kayak gini? Kesrempet?" tanya Rafa menyentuh pelan kaki kanan Risa.

Hati Risa mencelos, rasa sakit yang tadi berpusat di pergelangan kakinya kini malah berpindah ke hatinya saat mendengar Rafa sudah tak lagi mengunakan bahasa aku-kamu padanya, sepertinya pria itu benar-benar marah.

"Iya, aku mau nyebrang tapi tiba-tiba ada motor kenceng banget. Orangnya kabur." jelas Risa sambil matanya tak lepas dari wajah pria yang sekarang sibuk memeriksa kakinya.

Kalau memang benar Rafa marah, lalu kenapa sekarang dia masih sangat memedulikannya? Bukankah itu berarti Rafa masih menyayanginya? Jika iya, besar kemungkinan hubungan mereka bisa kembali baik.

"Terus lo bisa berdiri? Ini cukup parah, Sa. Harus ke rumah sakit."

Risa menggeleng, "ga bisa, Raf. Sakit."

Risa menekankan ucapannya pada kata sakit, sakit bukan secara harfiah. Sakit yang Risa rasakan bukan pada lukanya yang memang cukup parah, tapi luka di sudut lain di dalam hatinya justru lebih parah dan menyebabkan nyeri yang cukup perih.

"Ayo gue anter ke rumah sakit." ajak Rafa sambil membantu Risa berdiri.

Manusia-manusia yang tadi berkerumun satu persatu sudah pergi sejak saat Rafa datang dan berbicara pada Risa. Sekarang hanya menyisakan dua pengemudi ojek online yang membantu Risa untuk naik ke boncengan motor Rafa.

Risa memeluknya ragu, takut-takut Rafa tak ingin lagi Risa melingkarkan tangannya di pinggang pria itu. Tapi, saat tangan Risa sudah melingkar sempurna di pinggang Rafa, pria itu tidak bicara apapun bahkan saat Risa mengeratkan pelukannya dan menyandarkan kepalanya di bahu Rafa. Kata maaf yang Risa bisikanpun tak mendapat respon apa-apa dari Rafa. Bukan, bukan Rafa tak mendengarnya, hanya saja rasanya tak perlu Risa mengucapkan itu sebab Rafa sudah tak ingin lagi mengingat kejadian beberapa hari lalu.

Heavy RainfallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang